xix - They Went For Trick or Treat

Participant and Pairing:

rey_asha → SamaRain

RainAlexi123 → JoRiel

rorovii_ → LuciRhe

.

.

.

SamaRain

By: rey_asha

Acara setahun sekali dimana semua orang harus mengenakan kostum sementara anak-anak akan pergi dari satu pintu ke pintu lain untuk meminta permen atau siapapun yang menolak akan dikerjai ramai-ramai. Halloween.

Layaknya sebagian besar perusahaan, Rain juga mengadakan acara halloween tersendiri untuk kantornya. Mengingat banyak dari karyawannya yang telah memiliki anak, maka Rain memutuskan untuk merayakannya dengan super meriah dan ramah anak-anak. Acaranya berlangsung dari sore, karena itu Rain sudah mempersiapkan diri sejak siang.

"Masih belum?"

Samatoki menarik kerah jubahnya kasar. Ide Rain yang memaksanya memakai setelan formal ala 'setan' lengkap dengan tanduknya. Ingin menolak pun tidak sanggup jika berhadapan dengan tatapan memohon sang istri. Meski setelahnya sifat Rain langsung kembali dengan berkata. Tidak apa-apa, kan cocok dengan sifatmu yang mirip setan.

"Bersabar sedikit. Kesempurnaan butuh waktu, tahu," balas Rain dari kamar tidur mereka.

Samatoki mendesah kasar. Ia memutuskan untuk mengendurkan tali jubah dan membuka dua kancing kemeja teratasnya lalu menghela napas lega. Setidaknya dengan begini ia tidak perlu merasa sesak dan gerah.

Bersandar pada sofa di ruang tengah, Samatoki memiringkan kepala untuk mengintip Rain yang masih terduduk di meja rias. Kostumnya belum dikenakan, masih memakai pakaian rumah biasa. Penasaran karna Rain urung memberitahu kostum apa yang ia kenakan, Samatoki memilih bertanya.

"Kau akan mengenakan kostum apa?"

Seringai jahil Rain terpantul melalui cermin. "Rahasia."

Jawaban yang sudah diduga, tetapi tetap menjengkelkan. Ia mendecih lalu mengalihkan atensi pada ponselnya. Balon-balon pesan berisikan ucapan selamat halloween juga kekonyolan yang diabadikan dalam foto sempat membuat Samatoki mendengus geli. Bayangan Rain akan mengatakan trick or treat padanya memancing senyum Samatoki. Sayang sekali kalimat itu hanya akan dilontarkan oleh para anak-anak yang menghadiri acara.

Kepalanya baru terangkat hanya ketika pintu kamar tertutup sejenak, menandakan Rain tengah berganti pakaian.

"Sudah?"

"Sabar dulu," seru Rain dari balik pintu. "Biarpun acara semi formal, aku tetap harus tampak profesional tahu."

Suara pintu lemari terbuka disusul dengan gerutuan Rain tentang kostumnya terdengar. Tidak punya pilihan lain selain menunggu sang istri, Samatoki kembali memainkan kerah jubah setannya, menimbang dalam hati apakah ia harus menanggalkan jubah merepotkan yang tak perlu itu atau menuruti keinginan Rain yang ingin melihatnya dengan kostum lengkap tahun ini.

Belum sempat mengambil keputusan, pintu kamar terbuka. Samatoki terdiam sejenak, tercengang dengan penampilan sang wanita yang mengenak kostum Alice. Gaun selutut berwarna biru juga bando senada yang menghias rambut keemasan Rain tampak.... memukau? Entahlah, Samatoki bahkan kebingungan mencari kata yang tepat untuk menggambarkan kekagumannya pada sang wanita kali ini.

"Bagaimana?" tanya Rain mematut diri di depan Samatoki.

"Berputar," Samatoki menggerakkan jari telunjuknya dengan gerakan memutar. Rain menurut. "Tidak ada yang berubah."

Rain mengernyit lantaran komentar Samatoki. "Apa maksudmu tidak berubah? Aku menghabiskan waktu cukup lama untuk memilih gaun dan memikirkan riasa macam apa yang cocok dengan tema kostumnya. Kau tidak bisa menghargai usahaku sedikit!?"

"Berisik, kuso onna," decih Samatoki. "Kau bilang kesempurnaan butuh waktu, tapi aku tidak melihat ada perubahan yang signifikan darimu. Tetap seperti biasanya."

Butuh waktu sepersekian detik bagi Rain untuk memahami makna dari ucapan suaminya. Samatoki menelengkan kepala dengan senyum jahil, puas dengan wajah tersipu Rain yang berusaha disembunyikan dengan ekspresi datarnya.

"Pakai jaketmu," Samatoki melanjutkan ucapannya, menyampirkan salah satu jaketnya di bahu Rain. "Jangan dilepas sebelum sampai di tempat acara. Kalau bisa sih jangan dilepas sama sekali."

Rain mengerang jengah, hampir melepaskan kembali jaket yang terpasang jika bukan karena delikan sang suami. "Jaketnya tidak cocok dengan kostumku, Samatoki."

"Pakai saja."

Sebelah alis Rain terangkat naik saat Samatoki berbalik. Matanya berbinar cerah seolah mengetahui isi pikiran prianya. "Apa kau cemburu?"

Tidak ada jawaban dari Samatoki.

Rain tergelak. "Kau serius cemburu dengan anak-anak atau teman kantorku?"

Merah ruby mengunci biru safir. Sebelah tangan Samatoki membingkai wajah Rain, menangkup dagunya. Tatapan lurus yang menyimpan kesungguhan juga sirat afeksi tampak jelas dari netra senada darah sang pria.

"Aku tidak cemburu. Aku teritorial," tiap penggalan kata yang diucapkan bersamaan dengan napas hangat yang membelai bibir sang wanita. "Cemburu ketika kau menginginkan sesuatu yang bukan milikmu. Teritorial adalah saat melindungi sesuatu yang telah menjadi milikmu."

Samatoki mencondongkan tubuhnya, menghalangi Rain untuk membalas perkataannya. Tercecap sedikit rasa manis yang tertinggal dari teh yang disesap sang wanita sebelum merias diri. Ketika mata kembali terbuka, Samatoki menyeringai tipis.

"And you are mine to keep, babe."

__________________

JoRiell

By: RainAlexi123

"Eonni, sudah berapa banyak permen yang eonni dapat?"

"Lima, bagaimana dengan Mia?"

"Sepuluh!" jawab Yoo Mia lalu menoleh ke arah Rielle, "eonni mau satu dariku?"

Rielle menggeleng, dirinya justru mengambil dua permen cokelat yang ada di keranjangnya, lalu memasukkannya ke keranjang permen Yoo Mia.

"Untukmu saja, Mia."

Yoo Mia menatap keranjangnya yang mulai terisi, lalu menatap Rielle dan langsung merangkul pinggang perempuan yang lebih tua darinya itu.

"Terima kasih, eonni! Ayo pergi ke stan berikutnya."

Setelah itu Yoo Mia menggenggam tangan kiri Rielle dan menarik sang perempuan untuk pergi menuju stan selanjutnya. Mereka bertiga kini berada di mall yang berada di dekat rumah. Demi memeriahkan hari Halloween, mall tersebut mengadakan acara trick or treat untuk masyarakat umum, tentu saja selama mereka datang dengan menggunakan kostum.

"Trick or treat!" ucap Yoo Mia mengangkat keranjang permennya.

Yoo Mia yang mendengar ini tentu langsung meminta Yoo Jonghyuk dan Rielle untuk pergi ke mall yang bersangkutan. Mereka berdua mengiyakan ucapan Yoo Mia tanpa pikir panjang. Melihat kedua kakaknya menuruti permohonannya, Yoo Mia memanfaatkan situasi dengan menambahkan permintaannya—yaitu memilih kostum untuk mereka berdua.

"Permen untuk Tuan Putri," sahut penjaga stan memberikan sebungkus permen ke dalam keranjang Yoo Mia kemudian melihat ke belakangnya, "—dan dua penjaganya?"

Rielle dan Yoo Jonghyuk mengangguk dengan serempak, membuat penjaga stan memberikan permen dengan canggung.

"Terima kasih," ucap Rielle sebelum dirinya kembali ditarik oleh Yoo Mia, dan Yoo Jonghyuk mengekor di belakang mereka.

Yoo Mia tanpa ragu langsung memilih kostum vampir untuk Yoo Jonghyuk, dan kostum suster untuk Rielle. Tidak sampai di sana, Yoo Mia dengan spesifik menunjukkan foto kostum mereka, dan mari anggap pakaian Rielle terlalu seksi untuk musim yang akan berganti menjadi musim dingin.

"Eonni tidak mau?"

"M-mau kok!"

Rielle yang baru berpikir untuk menolak, langsung menepis pikiran tersebut saat melihat Yoo Mia menatapnya dengan alis berkerut. Yoo Jonghyuk sendiri hanya bisa menggerutu dan menuruti permintaan sang adik. Dirinya tidak masalah menjadi vampir, namun pakaian Rielle yang membuatnya tidak senang, walaupun Yoo Jonghyuk yakin tidak ada yang berani macam-macam dengan Rielle, mengingat tatapan tajam sang perempuan cukup membuat orang berpikir dua kali untuk mendekat. Namun Yoo Mia terlalu spesifik dalam memilihkan kostum mereka.

Yoo Mia mungkin memang ingin melihat mereka menggunakan kostum yang dia pilih, atau ada bisikan setan (Kim Dokja) yang memberikan instruksi demikian.

"Oh, permen yang kita terima barusan rasanya enak," komentar Yoo Mia memakan salah satu permennya.

"Benarkah?" tanya Rielle menatap Yoo Mia.

"Eonni coba juga," sahut Yoo Mia mengambil permen yang sejenis dari keranjang Rielle, membuka bungkus permennya kemudian menyuapi Rielle.

Rielle berkedip beberapa kali saat merasakan berbagai rasa secara bersamaan. Yoo Mia tersenyum puas saat melihat ekspresi Rielle yang tampak menikmati permen tersebut, kemudian menoleh ke belakang—menatap Yoo Jonghyuk yang mengangkat sebelah alisnya saat sang adik menatapnya.

"Bagaimana dengan oppa?"

"Aku tidak terlalu suka permen," jawab Yoo Jonghyuk mendekati mereka, "jadi untukmu saja, Mia."

Yoo Jonghyuk mengambil tiga bungkus permen dari keranjangnya, kemudian memasukkannya ke dalam keranjang Yoo Mia. Setelah itu Yoo Jonghyuk melepas jubah vampirnya, dan meletakannya di pundak Rielle, menarik perhatian sang perempuan.

"Oh, terima kasih—"

Namun ucapan Rielle terhenti saat Yoo Jonghyuk memegang dagunya lalu memberikan sebuah ciuman singkat—membuat Rielle membelalak kaget. Yoo Jonghyuk tidak langsung menjauh, dirinya menatap wajah Rielle yang masih syok, sebelum akhirnya menyeringai lalu menjauh dari sang perempuan.

"Untuk Mia memang kuberi dengan gratis, tapi untukmu, aku hanya mau barter seperti itu."

Setelah itu Yoo Jonghyuk mendekati Yoo Mia, mengulurkan tangannya untuk digenggam sang adik.

"Tapi oppa harus coba permen yang barusan kita terima!"

"Aku sudah mencobanya."

"Oh, bagaimana rasanya?"

"Manis."

Suara mereka berdua jadi semakin jauh, sementara Rielle masih membatu di tempat. Iris merahnya berpindah ke keranjang permen, mendapati permennya bertambah satu—sudah dipastikan permen tersebut dari Yoo Jonghyuk. Tangan kanannya perlahan menyentuh bibirnya, sebelum akhirnya rona merah menyapa pipi Rielle.

Dia bahkan tidak memintanya!

__________________

LuciRhe

By: rorovii_

"Rhea, sudah siap?" panggil Lucien, menoleh dari jam tangan yang melingkari tangan kirinya, ke arah tangga. Rhea sedari tadi sedang bersiap-siap, sedikit lagi pasti wanita bermarga Xu itu pasti terlihat.

"Kau menunggu lama?" Akhirnya yang dipikirkan muncul, wanita berambut hitam itu turun tangga sedikit tergesa-gesa, Lucien segera menggeleng, dengan sigap menaiki tangga dan menggenggam tangan Rhea dengan lembut. "Tidak perlu terburu-buru, acaranya tidak akan lari."

"Karena acara tidak memiliki kaki," tanggap Rhea, sarkasmenya keluar, tapi justru membuat Lucien terkekeh lembut, apapun dari wanita miliknya itu sangat menakjubkan, kecantikannya, sikapnya, bahkan omongannya yang sedikit pedas. Rhea menghela nafas, mengadah pada Lucien, rasa bersalah menyelam di iris coklatnya.

"Aku tidak enak membuatmu menunggu," ungkap Rhea. Lucien mendapati dirinya menatap tubuh Rhea yang berbalut gaun mint bernuansa medieval, sedikit memeluk tubuh, juga memberikan nuansa elegan dan menambah kecantikan natural sang wanita.

"Aku siap menunggu berhari-hari, my butterfly. Disamping itu, penantianku membuahkan hasil, kau terlihat indah dan menawan malam ini, Rhea."

Wajah manis itu memerah, dan tubuh Lucien seperti mendapatkan tambahan serotonin. Tanpa sadar, senyuman mengembang di wajah Lucien, tambah mekar lagi saat Rhea mengalihkan pandangan, mengipas wajah untuk mendinginkan muka yang terasa panas. "Kau terlalu berlebihan."

"Kau tau aku tidak pernah membumbui kata-kataku, sayang," balas Lucien, tangannya mengembalikan pandangan Rhea padanya, mata violet menatap, sedikit terlindungi oleh kelopak mata yang menunduk, dan Rhea merasakan ada sesuatu yang bangkit dalam dirinya, terasa panas dari jantung hingga seluruh tubuh merinding. Jika saja akal sehatnya tidak segera memulihkan, mungkin Rhea lebih memilih untuk tinggal di rumah saja, menuruti keinginan.

"That's better, ayo kita pergi sekarang, jika tidak, kita akan melewatkan acaranya." tangan Lucien yang masih menggenggam tangan Rhea menariknya dengan lembut, membawa Rhea berjalan menuju pintu depan, sejenak, pantulan Rhea terpintas di kaca yang terpasang, wajah merah, dan aksesoris rambut Rhea yang sedikit berubah hingga membingkai wajah lebih baik, juga seringai samar di wajah sang suami.

Tenangkan dirimu, Rhea! Jangan pikirkan hal apa yang bisa kalian lakukan di rumah, fokus ke cokelat! Cokelat!

Published 16th of November, 2020

#PAW

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top