liii - They were recreating moments from games
Participants and Pairings:
-KAGEYAMSMILK - KiyoSoph
Cuzhae - SenAi
Healerellik - ToVierr
queenofjoker_ - TauMeli
.
.
.
» KiyoSoph
"Sophie, apa kau suka bermain game ?" Wanita itu sedikit kebingungan dengan pertanyaan yang diucapkan sang suami, "game ? kurasa tidak, kenapa bertanya seperti itu ?"
"banyak penggemar yang bertanya kepada ku tentang video game yang baru saja rilis."
"lalu ?"
"lalu sejujurnya aku tak tahu, mereka berkata aku harus memainkan nya." Kashuu sedikit berpikir keras, merasa kebingungan lantaran harus memainkan nya atau tidak.
"jika penasaran coba saja shuu." Sophie mengalihkan pandangan dari layar monitor menuju wajah kalut Kashuu.
"kau yakin aku harus mencoba nya ?"
"ya tentu, demi penggemar bukan ? apa salah nya melakukan sedikit fanservice kepada mereka." Pria itu bangkit, kedua kaki jenjang nya membawa tubuh itu menuju sang kekasih, "kau- tidak cemburu ?"
"tidak ? kekasih ku adalah seorang aktor sekaligus idol jadi ini adalah hal yang biasa."
Kashuu tersenyum saat mendengar ucapan Sophie, "terima kasih sudah mengerti Sophie."
***
Jumpa fans yang telah digelar beberapa hari yang lalu sukses besar dengan Kashuu yang melakukan beberapa fanservice yang ia pelajari, tak dapat dipungkiri sang kekasih sedikit merasa iri dengan apa yang dilakukan Kashuu dengan fans nya.
"Bagaimana hari mu gadis kesayangan ku ?"
"baik, kurasa..."
Kashuu yang menyadari raut wajah Sophie yang sedikit tertekuk paham, "hei, ada apa ? ceritakan pada ku."
"aku baik baik saja, hanya saja--"
"kekasih ku cemburu ya ?" tubuh mungil Sophie segera berbalik, dengan segera kedua telapak tangan menutupi wajah ayu nya yang sedikit memerah malu.
Melihat tingkah sang kekasih Kashuu hanya tertawa, "Baiklah, kudengar besok adalah hari yang cerah untuk pergi jalan jalan, bagaiman Sophie ? ingin mencoba semua hal yang aku pelajari dari video game nya ?"
__________________
» SenAi
"Kita sudah sampai. Masuklah dulu." Senkuu mempersilakan Ainawa untuk ke dalam
rumah duluan, sementara ia memarkirkan mobil terlebih dulu. Ainawa mematuhinya tanpa
bantahan, hari ini cukup berangin dan akan lebih baik untuk masuk ke rumah.
Namun, karena angin itu pula mata cokelat Ainawa seperti kemasukan sesuatu, atau
mungkin kelilipan. Senkuu yang menyadari istrinya menggosok-gosok kelopak matanya pun
memegang tangan Ainawa, agar tidak menyentuh mata.
"Hmm? Matamu terasa tidak enak? Apakah karena bulu mata?" Perlahan Senkuu
mencoba membuka kelopak mata Ainawa supaya bisa melihat apakah ada sesuatu yang
masuk di sana.
"Jangan diusap dengan tanganmu. Bulu matanya bisa merusak kornea kalau
masuk lebih dalam lagi. Aku akan membantumu mengeluarkannya. Ayo, duduk sini."
Senkuu menarik tangan Ainawa untuk duduk di sofa.
"Lihat ke atas dan coba buka matamu," ujar Senkuu. Ainawa pun mencoba perlahan
membuka matanya lalu mengerjapkan beberapa kali.
"Jangan paksa dirimu kalau kamu tidak bisa."
Begitu terbuka dengan benar, segera Senkuu menelisik mata cokelat Ainawa. "Wow, matamu memerah ... Sakit kah?"
"Tidak terlalu, tapi sedikit perih," tutur Ainawa. Dia memang terasa ada yang mengganjal di sudut mata. Dengkusan pelan keluar dari Senkuu.
"Kamu tidak perlu berlagak kuat ketika kamu bersamaku. Aku akan pakai tanganku dan membantumu. Aku menemukan bulu matanya,namun sepertinya akan sulit mengeluarkannya."
Penuh kehati-hatian pria bersurai mirip sawi putih itu meniup pelan netra Ainawa yang kemasukan bulu mata. "Bagaimana perasaanmu? Masih tidak enak kah?"
Senyuman tipis terbit di paras Ainawa. "Sekarang sudah baikan. Terima kasih, Senkuu."
__________________
» ToVierr
Suasana sehabis makan siang itu sangat sesuai untuk memulai mimpi. Sayangnya, Tobio tidak bisa melakukan hal yang kadang dia lakukan tersebut. Ingatan akan pesan dari seorang gadis keturunan Jerman sana membuat dirinya seolah hilang kendali.
Besok kau tidak ada kegiatan klub, kan? Mau pergi jalan-jalan denganku?
Rasanya wajah Tobio selalu menghangat sejak pesan itu dikirimkan. Dia memang baru menjalin hubungan dengan Vier akhir-akhir ini, tapi tetap kaget dengan sifat to-the-point perempuan itu. Sampai kadang membuatnya berpikir, seharusnya dia bisa lebih dominan dalam hubungan mereka.
Lamunan Tobio terputus begitu mendengar pengumuman dari ketua kelas yang mengatakan bahwa guru mereka berhalangan hadir, jadi mereka diminta untuk mengkaji ulang materi sebelumnya. Tentu saja bagi kebanyakan anak kelas, yang mereka dengar adalah waktu luang panjang sampai bel pulang.
"Apa aku ke atap saja ya? Jangan. Nanti aku ketiduran di sana sampai jam pulang," gumam Tobio yang berusaha untuk mengusir rasa bosan. Nasib baik dia menemukan sekotak susu di dalam laci mejanya. Maka seraya menghabiskan minuman tersebut, dia memilih mengawasi sekitar.
Matanya tertuju pada sekelompok gadis di depannya yang heboh sendiri dengan ponsel mereka. Sekilas, Tobio bisa melihat ada yang membawa sebuah ponsel layar sentuh dan sepertinya mereka tengah memainkan game di sana. Karena sangat penasaran sekaligus bosan, Tobio memutuskan untuk mengintip dari belakang.
'Mirip game yang dibilang oleh Tanaka-senpai. Dating game ya namanya? Atau apa? Entahlah,' batin Tobio kala melihat bagaimana game itu berjalan. Hingga tanpa sadar, dia turut larut bersama teman-teman perempuannya ke dalam suasana yang ada.
***
Jam pulang di SMA Karasuno hari itu sedikit berbeda. Penyebabnya adalah kehadiran tamu yang tidak terduga di depan gerbang sekolah. Tubuhnya yang begitu semampai jika dibandingkan dengan perempuan sekitar, rambut perak panjang dengan ujung seperti gulali, serta sepasang mata merah-ungu yang benar-benar mencolok. Ditambah dengan gaya berpakaian yang tentunya kian mengundang perhatian.
Tobio yang tahu siapa sosok itu pun tak luput dari pesonanya. Rasanya dia bisa mendengar detak jantungnya kian kencang seiring posisi mereka yang mendekat. Sampai kemudian sosok itu menyadari kehadirannya dan segera melambaikan tangan singkat. Tak lupa senyum lebar yang rasanya membuat Tobio lupa sesaat.
"Tobio~!"
Bisik-bisik seketika terdengar di antara mereka. Berusaha tidak menangggapi, Tobio pun berdehem sebentar dan langsung menarik Vier dari sana. Bisa dia dengar tawa jail dari Vier yang mengikutinya.
"Astaga, maaf telah membuat kekacauan seperti itu, Tobio," ujar Vier saat matanya menangkap semburat merah dari pipi si lelaki, "tapi kau yang seperti ini lucu juga ya—"
Selanjutnya adalah Vier yang langsung terdiam karena sekarang Tobio memerangkapnya di antara si lelaki dan pohon oak yang begitu lebar. Sepasang tangan kekar itu menjaga kedua sisinya, memastikan dia tidak bisa kabur. Tatapan mereka berdua bertemu dan bertahan sampai Vier merasakan wajahnya berubah warna.
"Tobio ...?" panggil Vier setelah sadar kalau Tobio sendiri membeku di posisinya. Panggilan itu segera membuat Tobio mengerjapkan mata dan mengambil langkah mundur.
"Ah, ma-maaf, harusnya aku memberitahumu, jadi kau tidak kaget," jawab Tobio berusaha menjaga raut wajah datarnya. "Sial, mengapa aku mengikutinya," gumamnya lalu.
"Mengikuti apa?" timpal Vier yang ternyata mendengarnya. Melihat tatapan penasaran itu, ditambah Tobio yang tidak biasa berbohong, akhirnya dia pun menjelaskannya dengan sedikit malu.
"Tadi aku melihat teman-teman perempuan di kelasku memainkan dating game begitu. Karena terlihat seru, jadi aku mengintip. Terus ada adegan kabedon. Terus ... jadi ... aku ... lalu ... teringat itu ..." Tobio menggaruk tengkuknya, menyadari kelakuannya yang ceroboh.
Namun, pengakuan itu justru membuat Vier ternganga. 'OH MY GOD, THAT'S SO CUTE OF HIM? HE'S SO ADORABLE.' Alhasil Vier hanya tersenyum untuk menutupi teriakan batinnya itu.
"That's okay. Itu berarti kau menikmati game-nya," Vier kemudian menggandeng tangan Tobio, "lupakan itu. Bagaimana kalau kita jalan sekarang? Kudengar ada toko es krim yang baru buka di persimpangan sana."
"Aku tahu toko itu," imbuh Tobio sedikit gugup karena tindakan mendadak Vier yang tiba-tiba. Tapi rasanya hangat. Buat dirinya tersenyum pada dara itu, sekaligus mengeratkan genggamannya.
"Ayo kita ke sana!"
__________________
» TauMeli
"Hum, jujur aku sedang bosan sih, Fan."
Kalimat Meli membuat Taufan menoleh ke arahnya. Wajar saja, mereka sedang berdua di ruang tamu, tidak melakukan apapun. Baik Meli maupun Taufan hanya duduk diam, dengan pencahayaan ruang tamu yang remang, dan hanya terdengar bunyi jam yang berdetak dan hujan gerimis di luar rumah.
"Kamu mau apa memangnya?" tanya Taufan, bertopang dagu.
"Kita terjebak di rumah, tidak bisa keluar sampai hujan reda. Aku tidak ada deadline mendatang, jadi..." Meli menggantung kalimatnya.
Taufan terdiam agak lama, mengernyitkan dahinya. Dia sedang berpikir keras, mencoba untuk mencari cara untuk menghabiskan waktu mereka.
"Hm, coba cerita tentang game romance yang kamu mainkan tempo hari. Sepertinya menarik," usul Taufan.
Ide yang tidak buruk, tapi Meli tidak menyangka saja. Meli sempat memainkannya, dan ternyata memang bagus kualitasnya. Kalau Meli tidak bisa mengontrol dirinya, agak berbahaya juga karena adiktif. Taufan tidak terlalu masalah jika Meli bisa bersantai lewat game- itu haknya juga.
"Eh, itu hanya dating game biasa kok. Tapi ya cara pendekatannya agak beda saja. Itu seperti game romansa yang ada chatroom dan bisa ditelepon, tapi ada beberapa fitur berbedanya saja. Kenapa? Apa topiknya sedang hangat dibicarakan dengan saudara-saudaramu?" Meli memiringkan kepalanya, penasaran dengan reaksi kekasihnya.
Pertanyan Meli ada benarnya. Kemarin Ice membicarakan game itu, dan penasaran jika Meli memainkannya. Mentang-mentang Taufan yang baru memiliki pasangan dan hubungannya dengan Meli sudah lebih dari 2 tahun. Toh Taufan juga penasaran dengan game itu, makanya dia berusaha untuk memahaminya.
"Ya gitu sih~ aku penasaran, tapi kalau nggak mau cerita, gapapa kok~" balas Taufan, terkekeh.
Meli kebingungan, tapi juga penasaran. "Eh, tumben? Kenapa nih? Kok aku curiga ya~?" niatnya Meli adalah bercanda dan menggoda Taufan.
"Ya siapa tahu di gamenya ada kamu kepikiran mau coba remake kejadiannya di dunia realita, karena saking relateable kan~" Taufan menjawab, agak malu-malu.
"Ngapain juga, ih! Aku sudah dapat yang nyata juga!" Meli menyikut lengannya keras.
Published on 23rd of March, 2023
#PAW
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top