Chapter 5

WARNING: Pembahasan 18+ (soal gawean ya bukan esek2) itung2 nambah pengetahuan sejak dini WKWKKWK

"Lalu, aku harus apa? Apakah aku harus mengatakan "kita akan lanjutkan setelah menyikat gigi" begitu? Aku tidak semesum it—argh!"

Dada kanannya langsung disikut oleh Lesley dengan kekuatan penuh.

"Ley! Sakit!"

"Dasar Gusion bodoh!"

***

"Bisakah kau pelan-pelan?! Dahiku ini sangat sakit—argh!"

Bukannya memelankan kompres air es ke dahi Gusion, Lesley malah semakin menekannya.

"Kekuatanmu benar-benar seperti badak bercula dua, ya!"

"Kau sudah pernah bertemu badak?!"

"Di kebun binatang!"

"Dan kau mau merasakan pukulan nenek moyang badak?!"

"Stop, Ley! Aku menyerah!"

Ketika Gusion mengatakan   menyerah, barulah Lesley menjadi lebih tenang dan memperlakukan pria ini sebagai manusia. Lesley membuang napas panjang, lalu kembali mengompres dahi Gusion setelah memeras air yang sedikit menetes dari ujung kain.

Beda dengan Lesley, Gusion tidak tahan dengan kesunyian di antara mereka. Rasanya terlalu canggung. Memang, segalanya sudah berubah sekarang dan Lesley bukan lagi anak 17-an yang cerewet dan terkadang clingy padanya. Perempuan yang ia cintai ini kini menjadi seseorang yang dewasa dan cukup galak.

"Sekarang kau tinggal di mana? Masih di rumah orang tuamu?" tanya Gusion dengan kepalanya sedikit mendongak.

"Haruskah aku menjawab?" Lesley balik bertanya, masih serius menatap benjolan di dahi Gusion untuk dikompres.

"Aku akan mengantarkanmu pulang. Apa kau akan pergi bekerja? Jam berapa?"

"Aku dipecat."

Jawaban itu kontan saja membuat Gusion terbelalak, kepalanya pun jadi sedikit miring ke kiri. "Kau bekerja di mana? Siapa yang berani memecatmu?!"

Lesley berdecak. "Aku sedang malas membahasnya."

"Kau sekarang bekerja sebagai apa? Mungkin di kantorku ada perekrutan karyawan baru."

"Tidak mau."

"Mengapa tidak mau?"

"Aku tak ingin sekantor denganmu."

"Ley. Sebegitu bencinya kah kau denganku?"

Lesley terdiam. Matanya masih fokus pada memar di dahi Gusion, tak ingin menatap lelaki itu balik. Sesungguhnya, pikirannya berkecamuk seperti kabel kusut. Kejadian hari ini benar-benar sulit dicerna akal sehatnya.

"Kau tak perlu mengantarku. Aku akan pulang sendiri. Di mana tasku?" tanyanya pada Gusion dengan cepat.

"Aku takkan mengembalikannya sampai kau mau kuantar pulang."

"Gusion, aku serius."

"Aku juga tidak main-main dengan perkataanku." Gusion menurunkan tangan Lesley, menghentikannya menempelkan kompres.

"Kau kuantar, atau tak pernah pulang selamanya. Pilih saja."

"Kau terdengar seperti sosiopat gila daripada seorang karyawan perusahaan," ejek Lesley. Gusion memijit kepalanya, sudah hampir putus asa. Ternyata, membujuk perempuan semi-mantan ini sulit juga untuknya.

"Sebenarnya tasmu tertinggal di kotak yang kaubawa. Di bar. Aku minta titipkan ke si bartender."

Kali ini, giliran Lesley yang meringis. Ia tak punya pilihan. Apalagi, ia tak tahu tepatnya ia berada di daerah mana sekarang. Ia juga tak punya uang karena hanya pakaian saja yang melekat di badan. Mengembuskan napas panjang, berpikir sejenak. Kiranya, sudah tak bisa lagi ia menghindari tawaran Gusion.

"Baiklah. Antarkan aku ke apartemenku. Tetapi, sebelumnya aku harus mengambil barang-barangku."

***

"K-Kau?! Mengapa kau datang bersama Lesley?"

"Itu bukan urusanmu," jawab Gusion sebelum mengedikkan bahu.

"Claude, kau simpankan kotak bawaanku malam tadi?" tanyanya pada Claude.

"Ley, dia tak menyakitimu, kan? Kau baik-baik saja?" Claude khawatir dengan memegang bahu Lesley. Perempuan di depannya ini hanya menggeleng. "Aku baik-baik saja. Bisakah kau bawakan barang-barangku sekarang? Aku sedang buru-buru," pintanya.

"Baiklah." Dengan berat hati ia kembali ke ruangan dan pergi lagi ke hadapan mereka, membawa kotak berwarna cokelat berisi berkas, alat tulis, juga tas kecilnya.

"Awas saja bila kau macam-macam!" ancam Claude pada Gusion.

"Bila aku macam-macam?"

"Kau!" Claude ingin melayangkan pukulan, tetapi Lesley mencegahnya.

"Sudah, Gusion berhentilah! Dan Claude, aku akan baik-baik saja. Aku takkan ragu menendangnya di selangkangan bila dia macam-macam."

"Wha-What?!" Refleks Gusion melindungi "adik kecilnya" dengan ditutupi memakai kedua tangan. Claude hanya bisa tertawa terbahak-bahak sampai menepuk pintu dengan keras.

***

Beberapa menit yang lalu Lesley sudah masuk ke apartemennya. Setelah memutar kunci pintu, segera ia mengambil ponsel di tas karena berdering. Menunggu pertanyaan basa-basi, barulah ia berterus terang bahwa ia sudah dipecat.

"Kau dipecat? Berarti memang ini jalanmu untuk menjadi ibu rumah tangga saja, Nak. Ibu akan menjodohkanmu dengan anak dari teman Ibu."

"Tidak bisakah aku bekerja saja? Aku akan mendapatkan pekerjaan sebentar lagi! Tolong, Ibu! Aku sudah dewasa, aku tak ingin diatur-atur lagi!"

"Ibu hanya tidak mau kamu menderita di tempat kerja, Ley. Ibu hanya ingin kamu bahagia."

"Tetapi, menikah karena dijodohkan pun takkan membuatku bahagia!" teriak Lesley. Habis sudah kesabarannya dalam membahas permasalahan ini. Ia yang sudah terlalu lelah, malah ditambah keinginan absurd orang tuanya. Ketika ia menurunkan ponsel, tak ada jawaban apa-apa lagi dari loudspeaker, kemudian sambungan telepon mati. Ia pun melemparkan ponsel ke ranjang dengan perasaan dongkol berlipat.

"Benar-benar. Apakah tak ada di pikiran mereka solusi yang baik selain menikah?! Apakah harus menikah agar bahagia?!"

Lesley membuang napas berat, kemudian merebahkan diri ke kasur. Ini gila, gumamnya dalam hati. Secepatnya aku harus bekerja agar tak dijodoh-jodohkan lagi, tambah Lesley.

Kemudian, ia mengambil ponselnya kembali, langsung mencari portal job di mesin pencari. Baginya, tak ada lagi waktu untuk bersantai. Serasa dikejar keinginan orang tuanya, ia pikir ia harus menemukan pekerjaan secepatnya.

Baru menggulirkan layar sebentar mencari pekerjaan yang tersedia, matanya terbelalak saat melihat lowongan pekerjaan dari suatu perusahaan. General admin, Paxley Inc. Minimal pengalaman 1 tahun.

"Itu saja? Hmm, sedikit mencurigakan. Tetapi, baiklah. Aku harus mencobanya."

Ia bangkit dari rebahan, kemudian menarik kursi dari belakang meja kerja dan menyalakan laptop. Ia harus menyiapkan CV dan beberapa berkas penunjang lain untuk melamar pekerjaan dari perusahaan tadi. Tanpa pikir panjang, Lesley mengajukan lamaran, dengan tak mencari siapa pemilik perusahaan itu.

***

Pagi tadi, dua hari setelah ia mengajukan lamaran pekerjaan, ia dipanggil untuk interview di perusahaan Paxley. Karena baginya persyaratannya cukup mudah, ia sedikit meremehkan dalam hati. Bahkan, ia begitu santai saat bersiap-siap pergi ke sana. Sesudah memesan taksi, sekitar sepuluh menit di perjalanan dan sekarang sudah berada di bangunan besar di hadapannya ini.

"Lumayan juga," ucapnya dengan bibirnya sedikit terangkat di kiri. Sudah berpengalaman selama lebih dari tiga tahun dari perusahaaan sebelumnya, rasanya Lesley yakin akan diterima. Atau bahkan dengan keahlian yang ia miliki, harusnya tidak berapa lama ia harus naik jabatan menjadi SPV admin, tidak seperti di perusahaan lama yang tak pernah memberikannya kenaikan jabatan, lebih-lebih upah.

Dengan percaya diri, Lesley mengetuk pintu HRD sekali. Menunggu sebentar, kemudian ada sahutan.

"Silakan masuk," kata seseorang dari dalam ruangan. Maka, ia pun membuka pintu pelan, melihat seorang pria cukup muda, ia taksir sekitar 30-an awal.

"Silakan duduk. Dengan Lesley Vance?"

"Benar, Pak," jawab Lesley. Menarik kursi di depan meja HRD, ia pun duduk dengan menegakkan punggung.

"Kau bisa memanggilku dengan sebutan Aamon. Langsung saja. Sebenarnya, setelah aku membaca riwayat kerjamu, perusahaan sudah menerima dan memberikan penawaran kontrak. Aku hanya memberikan penjelasan dengan singkat saat ini. Jadi, di bagian administrasi umum sudah ada 5 orang, kuharap kau bisa bekerja sama dengan mereka. Jam kerja seperti biasa, jam 9 sampai 5 sore. Mengenai jobdesk, ada di kontrak dan kau bisa bertanya kepada rekanmu yang lain. Akan ada supervisor yang mengarahkanmu juga setelah teken kontrak dan kau datang untuk hari pertama kerja. Selain gaji, perusahaan juga memberikan asuransi kesehatan beserta biaya medical checkup dan psikolog, maternity leave, bonus tahunan, reimburse kacamata, selengkapnya ada di berkas kontrak. Untuk pengambilan cuti, biasanya harus mengajukan dua hari sebelumnya kecuali cuti karena sakit atau kejadian mendadak lainnya. Ada yang ingin ditanyakan?"

Lesley mengangguk paham, berpikir terlebih dahulu sebelum bertanya. Aamon masih menunggu dengan menganyam jari-jari di atas meja.

"Bagaimana dengan jenjang karir, Pak? Apakah aku juga memiliki kesempatan dapat promosi naik jabatan?"

"Tentu saja ada. Bila kau menyetujui untuk bergabung bersama kami, cermati dan bacalah kontrakmu. Bila kau sudah mengisinya, kirimkan lewat surel yang ada di sana."

Lesley berdiam sebentar. Ia berpikir cepat. Mengapa perusahaan ini menerimanya begitu saja? Berarti, apakah tak ada interview dasar dahulu, atau jangan-jangan ini sudah interview user? Ia bertanya-tanya dalam hati.

"Aku akan pergi dari sini dalam dua menit. Ada lagi yang ingin kau tanyakan?" tanya Aamon setelah melirik arloji di tangan kiri.

"Baik, Pak. Aku akan membaca isi kontrak terlebih dahulu dan mengisinya. Terima kasih atas kerja samanya, Pak."

Aamon menarik napas panjang dan mengangguk pelan. Ia mengulurkan tangan, menjawab, "Selamat bergabung di perusahaan kami."

"Terima kasih, Pak. Aku akan mengirimkan kembali isi kontrak secepatnya." Baru Lesley menjabat tangannya, terdengar teriakan dari luar mengejutkan mereka.

"Kak Aamon, aku mencarimu! Mengapa CEO jauh-jauh interview di ruangan HRD?!" Tepat setelah pintu digedor dan terbuka, ada seorang pria berpakaian formal muncul. Mulutnya ternganga saat melihat siapa yang sedang interview di dalam ruangan ini bersama seseorang yang ia sebut "Kak Aamon".

"Kau ... mengapa ada di sini?"

"Gusion?"

TBC

sori gais tadi hampir aja lupa, kebiasaan di pf sebelah abis nulis enggak dikasi tebece-nya awakawka

maaf otor kelamaan menggantung, sekarang otor udah bisa update lagi semoga bisa rajin yah, cerita otor yg basa enggres otor tarik aja krn salah dikasi kontraknya jadi yaudah daripada disuruh nulis kontrak noneks gada duidnya

jadinya otor di Fizzo tinggal ngedit aja bila rajin dan ajuin tamat, abistu baru berkewajiban namatin ini.

tapi otor bingung juga abis nulis ini, nulis apaan lagi ya ewkwkwk entahlah otor ngikut ke mana otak membawa aja entar juga muncul idenya lagi

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top