Bab 9~Teman Baru

Uta dan yang lainnya tengah menikmati makanan mereka di kantin Academy. Uta dan Alecia yang makan bersama Alvis dan Eliar, saat ini menjadi pembicaraan seluruh murid di kantin. Bukan hanya karena dia adalah Putra Mahkota Western. Tapi, karena Uta yang dekat sekali dengan Putra mahkota dan putri mahkota kerajaan Flore. Jika Eliar, mereka sudah tahu jika Eliar adalah pengawal Uta. "Bagaimana hari pertama di Academy, Uta?" tanya Alvis. "Bukankah terlalu cepat untuk bertanya soal itu sekarang?" tanya Uta bingung. "Tidak apa kan? Bagaimana menurutmu pelajaran pertamamu? Apa kau sudah mendapatkan teman?" jelas Alvis.

"Pelajarannya membosankan. Karena membicarakan soal sejarah Academy dan kerajaan. Padahal aku sudah tahu soal itu," jawab Uta malas. "Hahaha ... Sudah aku duga dari pangeran jenius," ucap Alvis yang tertawa senang. "Hah ... Jika kakak bertanya soal teman. Ya, aku berteman dengan baik," ucap Uta setelah menghembuskan napas pasrah. "Hihihi ... Dia tidak hanya berteman dengan baik kak. Bahkan ada murid perempuan yang bertengkar dengan teman bangku sebelahnya agar bisa duduk di sebelah bangku Uta," jelas Alecia sambil tertawa kecil.

"Kau kan tidak perlu cerita soal itu!" teriak Uta dengan wajah yang sedikit memerah. "Wah, ada apa ini Uta? Kau sepertinya cukup populer di kalangan para gadis," sindir Alvis sambil tersenyum kecil. "Tentu saja pangeran akan populer di kalangan para gadis. Bahkan ia sangat populer meskipun jarang menunjukkan wajahnya selain di pesta," jelas Eliar bangga. "Kalian ini sungguh mengganggu," ucap Uta kesal lalu berdiri dan berjalan meninggalkan Alvis dan yang lainnya. "Yah ... Dia marah," ucap Alecia tenang. "Ngomong-ngomong Alecia. Siapa gadis yang duduk di samping bangku Uta dan siapa gadis yang ingin duduk di sebelah bangku Uta?" tanya Alvis penasaran.

"Kalau tidak salah, gadis yang ingin duduk di sebelah bangku Uta itu, Beatrice Von Elix. Bangsawan dari keluarga Marquis Elix, kalau gadis yang duduk di sebelah Uta itu, Eli Bivortis. Dia bukan keluarga bangsawan dari desa. Kalau tidak salah dia mempunyai teman yang satu kelas dengannya dari desa yang sama," jelas Alecia. "Putri keluarga Marquis kah? Jadi, apa yang dia katakan saat itu?" tanya Alvis penasaran. "Dia membesarkan gelar bangsawannya yang di anggap paling tinggi di kerajaan dan menghina Elin yang berasal dari desa," jelas Alecia tidak senang. "Sungguh tidak sikap yang buruk," ucap Alvis tidak senang.

"Benar, tidak hanya menghina nona Eli Bivortis. Tapi dia juga mengumumkan jika dia keluarga Marquis adalah keluarga tertinggi di kerajaan. Sepertinya dia wanita bodoh yang berani memandang rendah keempat keluarga Duke," jelas Eliar tidak senang. "Tapi, bagaimana kau bisa tahu soal ini meskipun kau berbeda Kelas dengan Uta?" tanya Alvis bingung. "Hehe ... Kebetulan saat itu aku berkomunikasi dengan Uta menggunakan sihir telekomunikasi dan saat Uta membela gadis itu dia lupa mematikannya. Jadi, aku bisa mendengar semuanya," jelas Alecia sambil tertawa kecil. "Sungguh kalian ini ... Hah," ucap Alvis pasrah.

"Oh, bicara soal Beatrice. Wanita itu ada di sana," ucap Alecia sambil melirik kearah gadis berambut Orange panjang yang duduk bersama dua gadis sambil terlihat berbicara dengan senang. "Jadi dia," ucap Alvis datar. "Pangeran, sebaiknya sekarang kita kembali ke ruang Osis. Masih ada dokumen yang harus kita kerjakan," jelas Eliar. "Kau benar juga. Maaf Alecia, aku dan Eliar pergi dulu ya," ucap Alvis sambil berdiri. "Baiklah," jawab Alecia sambil tersenyum senang dan melambaikan tangan saat Alvis dan Eliar yang berjalan meninggalkannya. "Oh, putri Alecia. Anda di sini sendirian?" tanya suara yang tidak familiar bagi Alecia. "Oh, kau Eli Bivortis kan?" tanya Alecia yang terkejut melihat kedatangan Eli bersama seorang pemuda berambut merah dengan penampilan yang berantakan.

"Ara ... Bukankah kau Eli Bivortis? Senang bisa bertemu denganmu," ucap Alecia sambil tersenyum ceria. "Ah, suatu kehormatan bisa satu sekolah dengan Putri Alecia," ucap Eli yanh sedikit tersipu. "Apa ada yang bisa aku bantu?" tanya Alecia ramah. "Maaf, apa bisa kami duduk di sini? Karena tempat lain sudah penuh," pinta Eli. "Bukannya sudah penuh. Tapi, mereka memang sengaja tidak membiarkan kami menikmati makanan di kantin," decak pemuda di samping Eli. "Ara ... Baiklah, kalian boleh duduk. Kebetulan aku sendirian di sini," ucap Alecia sambil tersenyum senang. Eli mengucapkan termia kasih lalu duduk di hadapan Alecia. Alecia melirik kearah para murid yang terkejut karena Alecia duduk dengan dua orang dari desa.

Karena kebanyakan makan di kantin hanyalah para murid bangsawan. Sedangkan murid yang bukan dari keluarga bangsawan lebih sering makan di tempat lain karena banyaknya keluarga bangsawan yang memandang rendah. Itu juga membuat Alecia sempat terkejut saat melihat Eli dan temannya berada di kantin meskipun mendapatkan perlakuan yang tidak adil seperti itu dari murid lainnya. "Para bangsawan yang merepotkan," decak Alecia datar. "Maaf, apa Anda mengatakan sesuatu, putri Alecia?" tanya Eli. "Tidak," jawab Alecia sambil tersenyum ceria. "Oh benar. Siapa pemuda di sampingmu itu Eli?" tanya Alecia. "Oh benar, kami belum memperkenalkan diri, tapi sepertinya Anda sudah mengetahui nama saya?" tanya Eli bingung.

"Karena aku kebetulan mendengar murid bernama Beatrice yang sedang mengganggumu," jelas Alecia ceria. "Eh? Bagaimana Anda tahu?" tanya Eli terkejut begitu juga pemuda di sampingnya. "Tentu saja menggunakan sihir telekomunikasi," jelas Alecia santai. "Hebat, bukankah kita akan mendapatkan materi itu nanti? Tapi Anda sudah bisa menggunakannya?" tanya Eli takjub. "Tentu saja, karena bagi keluarga kerajaan. Mempelajari sihir seperti itu adalah kewajiban sebelum memasuki Academy," jelas Alecia santai. "Hebat," ucap Eli takjub. "Jadi, siapa namamu?" tanya Alecia sambil tersenyum menatap pemuda di samping Eli. "Rafael. Rafael Enerlard," jelas Rafael datar. "Rafael, jaga nada bicaramu," bisik Eli sambil menyikut lengan Rafael.

"Hihihi ... Aku tidak masalah," jelas Alecia sambil tertawa kecil. "Jadi Rafael dan Eli, salam kenal. Seperti yang kau tahu aku adalah putri dari kerajaan Flore. Alecia De Grivon. Silakan bicara dengan santai denganku," ucap Alecia ramah. "Dengan senang hati, putri!" ucap Eli senang. "Alecia," panggil Uta yang tiba-tiba menghampiri Alecia. "Ara ... Ada apa Uta?" Tanya Alecia bingung. "Kenapa kau lama sekali di kantin? Padahal makananmu sudah habis," tanya Uta bingung. "Aku sedang menemani teman baru," jelas Alecia sambil tersenyum ramah. Membuat Eli dan Rafael terkejut.

"Oh, Eli dan?" tanya Uta bingung. "Rafael Enerlard, kita satu kelas pangeran," jelas Rafael. "Oh, ya Rafael. Maaf aku tidak melihatmu saat di kelas tadi," jelas Uta. "Tidak masalah pangeran. Sudah suatu kehormatan bisa satu kelas dengan Yang Mulia," ucap Rafael sopan. Membuat Alecia terkejut dan membuatnya menyadari sesuatu sehingga membuatnya tersenyum kecil. "Ada apa kau mencariku, Uta?" tanya Alecia mengalihkan pembicaraan. "Sebelum istirahat berakhir aku ingin mengajakmu berkeliling sebentar," ucap Uta. "Ara ... Baiklah," jawab Alecia senang. "Kalau begitu kami pergi dulu, Eli, Rafael," ucap Alecia lalu berjalan bersama Uta setelah mendapatkan anggukkan kepala dari Rafael dan Eli.

***

"Seperti biasa kau sangat populer ya Uta?" tanya Alecia sambil tersenyum ceria. "Apa maksudmu?" tanya Uta bingung. "Astaga, apa kau tidak sadar Uta?" tanya Alecia terkejut. "Tidak sadar? Soal apa?" tanya Uta yang semakin bingung. "Rafael terlihat sekali jika dia sangat menghormatimu," jelas Alecia. "Apa benar? Menurutku biasa saja," tanya Uta bingung. "Hm ... Benar juga, bagi Uta yang baru berbicara dengan Rafael itu akan terlihat biasa saja," jelas Alecia. "Bukankah kau juga baru berbicara dengannya?" tanya Uta malas. "Tapi nada bicaranya saja dingin kepadaku. Tapi, kalau bicara kepadamu dia bicaranya sangat sopan," jelas Alecia sambil mengembungkan kedua pipinya.

"Haha ... Yang sabar, Alecia," ucap Uta sambil mengelus kepala Alecia yang lebih pendek darinya. "Berhenti memperlakukanku seperti anak kecil," ucap Alecia kesal. "Tapi, kau kan memang anak kecil. Kau belum lima belas tahu kan?" tanya Uta santai. "Ihh ... Aku akan menjadi dewasa lihat saja nanti," jelas Alecia kesal. "Akan aku nantikan ... Hehe," ucap Uta sambil tertawa senang.

Bersambung...

Hai hai

Akhirnya update juga
Kalau begitu sampai jumpa minggu depan

Happy reading
Gokigenyou

Bab selanjutnya :

"Masalah"

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top