Bab 5~Kesedihan
Seperti biasa Rika tengah berdoa di kuil suci kerajaan setiap sore hari. Tiba-tiba ia menghentikan doanya dan langsung membuka mata dengan terkejut. "Zen!" ucapnya dan langsung berlari meninggalkan kuil. "Yang Mulia!" panggil pelayan yang terkejut saat Rika tiba-tiba berlari keluar dari kuil dan meninggalkannya. Rika terus berlari hingga ia berhenti di depan ruangan Nico. Ia langsung membuka pintu dengan keras. Membuat Nico terkejut. "Ada apa Yang Mulia?" tanya Nico bingung. "Apa ada kabar mengenai Zen?" tanya Rika panik. "Tolong tenang, Yang Mulia. Sa--"
Nico belum menyelesaikan ucapannya. Tiba-tiba sebuah burung api menerobos masuk dan terbang di atas mereka. "Itu ... Itu pesan dari kerajaan Ilorn," ucap Nico dan segera mempersiapkan kertas kosong. Setelah itu, burung api itu langsung masuk ke kertas kosong yang di siapkan Nico dan membentuk sebuah pesan. Nico membaca pesan itu dengan seksama. Tiba-tiba ekspresi Nico terlihat sangat terkejut. Membuat perasaan Rika menjadi tidak tenang. "Apa pesan itu?" tanya Rika khawatir. "Maaf Yang Mulia. Mulai sekarang, Anda akan menjadi pengganti Yang Mulia Zen," jelas Nico tajam.
"A-apa maksudmu, Nico?" tanya Rika khawatir. "Yang Mulia Zen dan Kerajan Ilorn telah gugur saat melawan pasukan kegelapan," jelas Nico tegas. Seketika waktu terasa terhenti. "Yang Mulia!" panggil Nico panik saat Rika kehilangan keseimbangan. "A-aku baik-baik saja, Nico," ucap Rika. "Ibunda," panggil suara yang sangat familiar bagi mereka. Membuat Rika dan Nico menatap kearah pintu yang terbuka dengan terkejut. Terlihat anak kecil berambut hitam dan bermata merah yang menatap mereka terkejut.
"Ibunda, apa Ayah tidak akan pulang?" tanya Uta sambil berjalan pelan mendekati Rika. Membuat Rika tidak bisa menahan air matanya dan membuat Uta langsung berlari kepelukan ibunya dan menangis. Karena mereka tidak akan pernah bisa bertemu dengan orang yang mereka cintai lagi. Maaf Rika, Uta. Aku tidak bisa mengatakan yang sebenarnya, batin Nico yang merasa kasihan menyaksikan kesedihan dari Rika dan Uta.
***
Hujan telah tiba. Membasahi kerajaan Western yang tengah mengalami kesedihan atas kehilangannya Raja cahaya kerajaan mereka. Langit yang juga menunjukkan kesedihannya atas kepergian Zen. Menambahkan kesedihan yang semakin berat bagi Rika dan keluarga. Setelah mendengar kabar mengenai kepergian Zen. Kerajaan Flore datang dengan cepat. "Kita berkumpul di sini untuk melakukan acara doa atas kepergian Yang Mulia Zen Bathelion Thron Westren yang gugur bersama pasukan dan Kerajaan Ilorn saat melawan pasukan kegelapan. Semoga kepergian mereka selalu berada di jalan dewa cahaya," ucap uskup agung yang memimpin jalannya upacara.
Semua orang langsung berdoa dan Rika mulai menyanyikan doa sebagai perwakilan dewa cahaya. Ia bernyanyi dengan suara yang sangat merdu dan air mata yang tidak bisa ia tahan. Menambahkan kesedihan yang mendalam di setiap liriknya. Uta yang dalam dekapan Nico tidak bisa berhenti menangis. Begitu lagu selesai di nyanyikan. Semua orang bergantian meletakkan bunya lily di dekat lukisan Zen dan di tutup Rika yang meletakkan bunga lily terakhir dan saat itu juga Rika telah di nobatkan sebagai Ratu yang akan menggantikan tugas Raja sebelum Uta di nobatkan menjadi Raja Western.
***
Sudah satu minggu telah berlalu semenjak acara duka Zen dan pasukannya. Kini Rika mengerjakan tugas Zen dengan bantuan Usui dan Nico. Setelah peristiwa itu Uta semakin memaksakan diri untuk melatih dirinya dalam berpedang dan sihir. Ia sudah bertekat akan membunuh seluruh pasukan kegelapan yang telah merenggut ayahnya. "Setelah kejadian itu, Uta lebih sering berlatih pedang atau sihir," ucap Rika yang mengawasi Uta dari jauh dengan di temani Nico.
"Kita tidak bisa melakukan apapun. Ini semua sesuatu yang tidak kita duga," jelas Nico. "Huft ... Kau benar, Nico. Meskipun aku masih belum bisa melupakan Zen. Tapi, aku harus melakukan yang terbaik untuk kerajaan ini," ucap Rika. Membuat Nico tersenyum sambil menganggukkan kepala. "Yang Mulia!" panggil Usui yang berlari mendekati Rika dan Nico. "Ada apa, Usui?" tanya Rika bingung. "Yang Mulia, perwakilan dari kerajaan Ilorn telah tiba," jelas Usui. Membuat Rika dan Nico sangat terkejut.
"Perwakilan kerajaan Ilorn? Bagaimana mungkin? Bukankah kerajaan Ilorn telah hancur?" tanya Nico bingung. "Yang datang adalah Pangeran Kerajaan Ilorn yang berhasil selamat bersama para penduduk kerajaan Ilorn," jelas Usui. "Astaga! Jadi, dia yang berhasil selamat? Cepat siapkan semuanya," perintah Rika. "Baik, Yang Mulia!" ucap Usui dan langsung berlari meninggalkan Rika dan Nico. "Nico, apa kau tahu kenapa tiba-tiba pangeran kerajaan Ilorn kemari?" tanya Rika tajam. "Saya kurang tahu, Yang Mulia. Tapi. Sebaiknya kita datang menyambutnya. Saya dengar pangeran Ilorn umurnya lima tahun di atas pangeran," jelas Nico.
"Baiklah, kita akan kesana," jelas Rika. "Baik," jawab Nico dan berjalan mengikuti Rika meninggalkan lapangan tempat Uta berlatih.
***
"Eliar Von Ilorn menghadap Yang Mulia Ratu Western, Rika Arkniska Del Morchers," ucap pemuda berambut coklat muda, bermata hijau muda hanya mengenakam kaos putih polos yang tertutup rompi hijau celana coklat muda panjang, sepatu hitam, sarung tangan coklat muda dan membawa pedang dengan permata hijau muda yang berlutut di hadapan singgasana tempat Rika duduk. "Selamat datang Pangeran Eliar Von Ilorn di kerajaan Western, berdirilah, Anda pasti lelah menempuh perjalanan jauh. Silakan istirahat di kamar yang telah kami siapkan," ucap Rika sambil tersenyum lembut.
"Terima kasih atas kebaikan Anda, Yang Mulia. Tapi, saya kemari karena ingin memenuhi pesan terakhir Raja Ilorn, Ayah saya," jelas Eliar sambil berdiri tegak dan menatap Rika dengan tekat yang bulat. "Pesan terakhir Yang Mulia Aleris? Apa itu?" tanya Rika bingung. "Kerajaan Ilorn telah hancur sepenuhnya. Rakyat kerajaan Ilorn telah di bebaskan memilih tempat tinggal yang baru, dan saya sudah bukan lagi pangeran kerajaan Ilorn. Saya Eliar Von Ilorn ingin mengabdikan diri menjadi pengawal Pangeran Uta Bistona Western," jelas Eliar tegas.
Membuat Nico, Usui dan Rika yang mendengar itu sangat terkejut. Sekarang semuanya masuk akal saat Eliat datang sendiri tanpa adanya pengawal meskipun dia adalah perwakilam dari kerajaan Ilorn. "Meskipun ini adalah perintah terakhir Raja Aleris, Anda pasti memikirkannya sebelum kemarin, benarkan?" tanya Rika tegas. "Benar, Yang Mulia. Semua ini sudah saya pikirkan. Tidak hanya demi mengikuti permintaan terakhir Ayah saya, tapi ini sudah menjadi tekat saya untuk melindungi pangeran Uta demi membalas atas kebaikan yang di lakukan Kerajaan Western," Jelas Eliar tegas.
Rika terdiam dan menatap Eliar tajam. Membuat pemuda itu meneguk salivarnya dengan sulit. "Baiklah, aku mengizinkanmu," ucap Rika sambil tersenyum senang. Mengejutkan Nico dan Usui. "Apa Anda yakin soal ini, Yang Mulia?" tanya Usui panik. Membuat Rika berdiri sambil tersenyum lembut lalu berjalan mendekati Eliar. "Tentu saja. Bukankah lebih baik Uta mendapatkan teman baru? Apalagi Alecia dan Alvis sudah kembali ke kerajaan Flore. Dia pasti merasa kesepian," jelas Rika.
Tiba-tiba Rika memeluk Eliar. Membuat pemuda itu sangat terkejut. "Kau juga pasti selama ini kesepian kan?" tanya Rika lembut. "Ti-tidak, Yang Mulia," ucap Eliar dengan wajah sedikit memerah. "Tenang saja, Eliar. Kau akan selalu di terima di sini," ucap Rika dan memberikan kehangatan untuk Eliar yang sudah kehilangan semuanya. "Terima kasih, Yang Mulia," ucap Eliar senang.
"Baiklah, sebaiknya sekarang kau istirahat. Aku akan memperkenalkanmu dengan Uta saat makan malam nanti," jelas Rika sambil tersenyum senang dan melepaskan pelukannya. "Baik, Yang Mulia," ucap Eliar. Setelah itu berjalan bersama seorang pelayan yang di panggil oleh Nico tadi. "Yang Mulia, apa Anda yakin soal ini?" tanya Usui tidak yakin. "Aku yakin sekali. Saat aku melihatnya, dia mengingatkanku akan diriku sendiri. Saat aku kehilangan kerajaanku, tidak mengingat siapa orang tuaku, dan harus mengalami derita bersama ibuku yang di anggap sebagai penyihir terkutuk, aku hanya ingin menyelamatkan anak itu, sebelum termakan kegelapan," jelas Rika sambil tersenyum lembut.
***
Malam telah tiba. Ketiga menteri, Nico, dan Uta telah berkumpul di ruang makan. Menunggu kedatangan Rika sebagai tokoh utama falam makan malam saat ini. Pintu terbuka, memperlihatkan Rika dan Eliar. Membuat Uta yang melihat pemuda asing bersama ibunya dengan bingung. "Silakan duduk," ucap Rika mempersilakan para menteri kembali duduk. Rika membiarkan Eliar duduk di kursi sebelah kiri yang biasa di tempatinya saat makan malam bersama Zen dan Uta. Sedangkan Uta duduk di kursi biasanya yang di sebelah kanan Rika. Sedangkan kini Rika duduk di bagian tengah. Tempat duduk utaman untuk pemimpin.
"Sebelum kita memulai makan malam hari ini. Ada seseorang yang ingin aku perkenalkan kepada kalian," jelas Rika. Membuat semua orang fokus menatapnya. "Dia adalah Eliar Von Ilorn, mantan pangeran kerajaan Ilorn. Mulai dari sekarang, dia akan menjadi pengawal pribadi Putra mahkota kerajaan Western," jelas Rika tegas. Membuat semua orang terkejut. Kecuali Usui dan Nico. "Pengawal? Ibunda, aku tidak membutuhkan pengawal! Aku akan melawan pasukan kegelapan itu sendirian!" bentak Uta tidak menerima keputusan itu.
"Uta, tolong pikirkan juga dirimu sebagai putra mahkota kerajaan Western. Kau membutuhkan seseorang untuk melindungimu sebagai penerus kerajaan," ucap Rika lembut. "Tidak! Aku bisa menjaga diri. Meskipun aku masih berumur lima tahu. Aku bisa menjaga diri dan akan menghancurkan pasukan kegelapan demi membalas kematian ayah!" bentak Uta yang tetap keras kepala. "Uta Bistona Western! Berhenti keras kepala!" bentak Rika. Membuat semua orang di sana terkejut.
Rika yang selama ini tidak pernah marah atau membentak seseorang. Tiba-tiba membentak Uta. "Ah." ucap Rika yang baru saja tersadar akan apa yang dia lakukan kepada Uta. "Sudahlah, aku tidak ingin makan!" ucap Uta kesal dan langsung berlari meninggalkan ruang makan. "Uta!" panggil Rika. Namun, Uta tidak mendengarkan panggilannya. "Maaf atas pemandangan ini. Kalian makan saja dulu. Aku akan berbicara dengan Uta," ucap Rika lalu berjalan menyusul Uta. "Kau tidak perlu sedih, Eliar. Ini karena kematian Yang Mulia Zen yang tiba-tiba, sehingga pangeran Uta yang masih kecil belum bisa menerima hal itu. Jadi, kau tidak perlu khawatir, serahkan saja masalah ini kepada Yang Mulia Rika," jelas Nico yang ada di sampingnya.
"Benar. Tapi, aku baru pertama kali melihat Yang Mulia Rika sampai semarah itu," ucap Astin yang terkejut melihat kemarahan Rika. "Haha ... Sepertinya Yang Mulia Zen dulu mengetahui bagaimana Yang Mulia Rika marah. Sehingga beliau tidak pernah membuatnya marah," ucap Nico. Meskipun Nico sudah mengatakan hal itu. Namun, perasaan Eliar tetap tidak nyaman karena membuat Rika marah.
Bersambung...
Hohoho
Akhirnya update juga
Okay, update selanjutnya yaa
Cerita lain?
Antri dolo hehehe...
Gokigenyou
Bab selanjutnya :
"Awal Mula"
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top