Bab 44~Kejutan di Malam Festival
Setelah keadaan kerajaan dan dataran Terania telah membaik. Kerajaan Western mengadakan festival selama satu minggu sebagai perayaan atas kemenangan kerajaan cahaya dalam perang suci. Semua persiapan telah di lakukan oleh Rika dengan bantuan Uta, dan Alen. Selama tiga hari Zen istirahat atas permintaan Rika, meskipun ia dalam keadaan baik-baik saja. Namun, setelah tiga hari, ia kembali bekerja untuk mengurus urusan kerajaan yang tertinggal.
Leo kembali menjadi wakil komandan pasukan Matahari Senja Merah. Meskipun awalnya ia merasa canggung karena kembali ke pasukan setelah apa yang dia lakukan sebelumnya. Namun, ia disambut dengan hangat dan meria oleh Komandan dan seluruh pasukan Matahari Senja Merah. Sehingga ia bisa menjalankan kembali tugasnya dengan lancar selama tiga bulan.
Tiga bulan telah berlalu setelah kembalinya Raja cahaya bersama Leo. kelima pemimpin aliansi kerajaan berkumpul di istana Western untuk bersiap ikut festival dan pesta yang diadakan. Mereka terlihat sangat senang saat Zen dapat kembali setelah perang dengan Putra kegelapan Jade.
Ema dan Elsa tengah berdiri di aula singgasana dengan Zen yang duduk di tahtanya. "Selamat datang kembali, Yang Mulia Zen," ucap Elsa.
"Terima kasih. Maaf membuat kalian harus menanggung semua ini," ucap Zen.
Elsa tersenyum lembut sambil menggelengkan kepalanya pelan. "Sudah menjadi kewajiban bagi kami untuk menghentikan pasukan kegelapan. Kami sangat bersyukur jika Anda dan tuan Leo bisa kembali dengan selamat."
"Benar, Yang Mulia. Seharusnya kami yang seharusnya meminta maaf sebagai salah satu penjaga segel kegelapan, kami tidak bisa menghentikan pasukan kegelapan bangkin." ucap Ema.
"Kalian telah melakukan tugas dengan baik. Jadi, aku tidak menyalahkan kalian akan hal ini. Elsa dan Ema, aku ingin memberikan kalian penghargaan bersama orang-orang yang telah berperan dalam perang suci saat acara di mulainya festival tiga hari lagi," ucap Zen.
"Saya tidak memerlukan hal itu, Yang Mulia," ucap Elsa.
"Saya juga, Yang mulia," ucap Ema.
Zen tersenyum kecil lalu menyandarkan kepala di tangan kanannya. "Tapi, aku tidak bisa tidak memberikan kalian apapun atas apa yang telah kalian lakukan di perang suci."
"Hah ... Anda selalu seperti itu, Yang Mulia," ucap Elsa. "Tapi seharusnya Anda tahu jika saya dan Ema tidak membutuhkan uang, yang Mulia."
Ema menganggukkan kepala. "Tentu saja uang tidak kami butuhkan. Karena kami hanya melakukan apa yang seharusnya kami lakukan, tentu saja pangkat juga tidak saya butuhkan."
"Hah ... sepertinya aku harus memikirkan dengan baik jika ingin memberikan penghargaan untuk kalian," ucap Zen.
"Hihihi ... itu karena Anda memaksa ingin memberikan kami penghargaan," ucap Ema.
"Hah ... baiklah, jika kalian tidak ada urusan lagi. Kalian bisa pergi dan beristirahat bersama Rika dan yang lainnya," ucap Zen.
Ema dan Elsa membungkukkan badan memberi hormat lalu berjalan meninggalkan aula singgasana.
***
Uta yang sebelumnya menghabiskan waktu di ruang belajarnya untuk membantu Rika mempersiapkan festival di kerajaan, kini menghabiskan waktunya di luar istana bersama Eli, Rafael, Alvis, dan Alecia untuk menikmati festival sebelum pesta di mulai. Tentu saja Nico dan Leo ikut bersama mereka untuk menjadi pengawal.
Awalnya Uta menolak untuk meninggalkan tugas yang belum ia selesaikan. Namun, karena ini adalah permintaan Zen untuk menikmati masa mudanya. Karena Zen yang juga sudah kembali, seharusnya Uta tidak memiliki urusan negara yang harus ia kerjakan. Akhirnya Uta menerima permintaan Zen untuk pergi ke festival bersama teman-teman dan sepupunya.
"Kak, ayo kita beli itu!" Alecia yang baru pertama kali pergi ke festival merasa sangat senang saat melihat kemeriaan festival di luar istana. Ia dengan semangat menarik Alvis untuk membeli makanan atau barang yang ia inginkan.
"Baik, baik. Jangan tarik bajuku," ucap Alvis lalu berjalan mengikuti Alecia. Sedangkan Uta, Eli dan Nico menunggu di air mancur, Rafael dan Leo pergi entah kemana.
"Hah ... mereka sudah berpencar saja," ucap Nico sambil menggelengkan kepalaya pelan. Ia tidak menyangkah akan mendapatkan pekerjaan sebagai pengawal anak-anak dari Zen.
Awalnya Nico menolak permintaan Zen untuk mengawal Uta dan yang lainnya, karena ia masih ada banyak pekerjaan yang harus di lakukan. Namun, karena Zen menggunakan 'titah Raja' untuk memaksa Nico. Sehingga ia mau tidak mau harus melakukan tugasnya.
"Paman Nico ada apa?" tanya Uta.
"Bukan apa-apa," ucap Nico sambil menggelengkan kepalanya pelan. Sudahlah, tidak perlu di pikirkan, anggap saja ini liburan yang diberikan Zen untukku. "Uta, apa kau tidak ingin membeli sesuatu?" tanya Nico.
Uta menatap kearah pedagang yang ada di sekitar mereka penuh dengan pembeli, lalu menggelengkan kepalanya. "Aku tidak membutuhkan apapun."
Nico yang melihat itu hanya bisa mengembuskan napas pelan. Jika di pikir lagi, ini pertama kalinya bagi Uta merasakan festival seperti ini. Karena kepergian Zen saat umurnya lima tahun dan ia harus mengurus masalah kerajaan dari umur lima belas tahun. Ia tidak pernah memiliki waktu untuk istirahat.
Kini Nico merasa kasihan kepada pangeran kerajaan Western ini. Setelah sekian lama bekerja akhirnya ia mendapatkan waktu untuk istirahat. Namun, pemuda di sampingnya ini tidak tahu bagaimana cara menghabiskan waktu istirahatnya. "Ayah dan anak ternyata sama saja," gumam Nico sambil tersenyum kecil.
"Apa paman mengatakan sesuatu?" tanya Uta.
Nico menggelengkan kepala. "Tidak. Aku sedang berbicara sendiri."
"Ada apa ini. Kenapa kalian hanya duduk di sini dan tidak menikmati festivalnya?" tanya suara seorang pria yang cukup mereka kenali. Sehingga, Uta dan Nico langsung menatap kearah seorang pria berambut hitam dengan pakain sederhana berwarna hitam dan di sebelahnya terdapat seorang wanita berambut cokelat muda yang tersenyum ceria kepada Nico dan Uta.
"Ayah, Ibu?!" Uta menjadi sangat terkejut saat melihat kemunculan Raja dan Ratu kerajaan Western yang seharusnya berada di dalam istana kini ada di hadapan mereka dengan pakaian biasa.
"Sa-"
"Tidak perlu memberi salam. Kita sedang ada di ibu kota, kami tidak ingin menarik perhatian," ucap Rika yang memotong perkataan Eli yang ingin memberikan hormat kepada pemimpin kerajaan Western ini.
"Apa yang kalian lakukan di sini? Bukankah kalian masih ada pekerjaan di dalam?" tanya Uta bingung.
"Yo, Zen. Sudah lama aku tidak melihatmu berpakaian seperti itu," ucap Nico yang terlihat santai.
"Kenapa paman terlihat santai saja?" tanya Uta bingung.
"Tenanglah Uta. Jika masalah pekerjaan istana, ayahmu ini bisa mengerjakan tugasnya dengan cepat. Aku yakin dia baru keluar sekarang karena pekerjaannya baru selesai," ucap Nico.
Secepat itu? batin Uta yang masih terlihat terkejut dengan kehadiran kedua orang tuannya.
Zen mengelus kepala Uta. "Kau tidak perlu memikirkan soal pekerjaan. Sekarang adalah hari libur. Jadi nikmati saja festival hari ini."
"Tapi..."
Sebelum Uta melanjutkan perkataannya, Zen sudah berbalik. "Baiklah, kita juga perlu menikmati festival ini. Ayo Rika."
"Hihi ... Baiklah, Zen," ucap Rika sambil menerima uluran tangan Zen lalu berjalan meninggalkan Uta dan Eli yang masih terdiam dengan ekspresi terkejut sekaligus bingung.
"Kau tidak perlu khawatir. Mereka dari dulu seperti itu," ucap Nico.
"Maksud paman?"
"Kau pikir sudah berapa kali aku panik saat Zen tiba-tiba menghilang dari ruang kerjanya terutama di saat ada festival di ibu kota? Atau berapa kali Zen dan Rika menghilang secara bersamaan sehingga membuat seluruh prajurit dan pelayan istana dibuat panik oleh mereka," ucap Nico lalu tertawa dengan wajah masam. "Haha ... aku sudah lelah menghadapi tingkah mereka itu."
"Aku baru tahu jika pemimpin kerajaan memiliki banyak waktu luang untuk pergi ke festival," ucap Eli.
Nico tersenyum kecil melihat kearah Rika dan Zen pergi tadi. "Mereka sudah lama tidak bertemu, tentu saja mereka ingin menghabiskan waktu bersama."
"Ada apa dengan wajah kalian?" tanya Alvis yang kembali bersama Alecia setelah membeli banyak sekali barang yang di bawa oleh Leo dan Rafael.
"Kalian sudah kembali ternyata, apa kalian menikmati festivalnya?" tanya Nico tanpa menjawab pertanyaan Alvis sebelumnya.
"Saya sangat menikmati festivalnya. Ini pertama kalinya aku menikmati festival yang meria seperti ini!" ucap Alecia dengan ceria.
"Selanjutnya kita mau kemana?" tanya Uta.
"Bagaimana jika kita menikmati kembang api?" tanya Zen yang tiba-tiba muncul entah dari mana bersama Rika, dan berhasil membuat Leo, Rafael, Alecia dan Alvis terkejut.
"Paman, Yang Mulia, Master?!" teriak Alvis, Rafael, dan Leo bersamaan.
Zen langsung meletakkan jari telunjuknya di depan bibir untuk memberitahu mereka agar diam. "Paman, bibi! Saya tidak menyangkah akan bertemu paman dan bibi di luar istana," ucap Alecia senang dan langsung memeluk Rika.
"Apa yang paman dan bibi lakukan di sini?" tanya Alvis bingung.
"Tentu saja menimati festivalnya. Setiap orang pasti butuh istirahat, bahkan raja dan ratu pun," ucap Zen sambil tersenyum kecil. "Karena hari akan gelap. Bagaimana kalau kita pergi menikmati kembang api yang akan di mulai sebelum kembali ke istana untuk bersiap-siap pergi ke pesta dansa?"
"Setuju!" ucap Alecia semangat.
"Um ... kami tidak ingin mengganggu, jadi kami akan undur diri dulu, Yang Mulia," ucap Rafael sambil menyerahkan barang-barang milik Alecia kepada Nico.
"Tidak masalah, kalian bisa ikut," ucap Zen.
"Benar. Kalian juga membantu dalam perang," ucap Rika lalu menggenggam tangan Eli. "Aku sudah menyiapkan gaun yang cocok untuk kamu kenakan di pesta nanti, jadi kamu harus ikut ya, Eli!"
"Ta-tapi..."
Pandangan Eli terlihat bingung dan khawatir. Matanya bertemu dengan Uta, dan Uta menganggukkan kepala sebagai tanda kepada Eli untuk menerima permintaan ibunya. "Ba-baiklah kalau begitu. Terima kasih, Yang Mulia."
Setelah itu, Zen dan yang lainnya langsung pergi ke gerbang istana menggunakan sihir teleportasi milik Leo. Begitu mereka tiba di atas gerbang istana, pertunjukkan kembang api di mulai. Uta dan yang lainnya terlihat sangat menikmati pertujukan kembang api yang begitu indah di hadapan mereka.
Tiba-tiba Uta merasakan ada seseorang yang memeluknya dari belakang dan sebuah tangan yang mengelus kepalanya. "Maaf karena selama ini memberikan tanggung jawab kerajaan kepadamu di umurmu yang masih muda," ucap Zen yang mengelus kepala Uta.
"Ibu juga minta maaf karena tidak bisa membantu banyak selama ini," ucap Rika yang memeluk Uta dari belakang.
Uta yang sebelumnya tidak bisa menikmati festival karena masih memikirkan urusan kerajaan meskipun Zen telah kembali. Ia selalu berpikir jika semua ini adalah mimpinya dan ia tidak ingin bangun. Namun saat merasakan pelukan dan tangan hangat dari Rika dan Zen. Kini Uta tahu jika semua ini bukanlah mimpi.
Senyuman ceria terbentuk di wajahnya dengan air mata mata yang menetes dari ujung matanya. "Aku tidak masalah. Setidaknya ayah bisa kembali bersama kami!" ucap Uta.
Rika dan Zen saling bertatapan lalu tersenyum lembut. " Terima kasih atas kerja kerasmu selama ini. Kau bisa istirahat sambil menunggu kelahiran adikmu," ucap Rika.
"Adik?" Rika langsung melepaskan pelukannya dan Uta berbalik dengan ekspresi terkejut.
Rika menyentuh perutnya sambil tersenyum ceria. "Benar."
Nico dan Leo yang ada di dekat mereka langsung menatap kearah Rika dan Zen dengan ekspresi terkejut. "Eh?!!"
Sedangkan Rika dan Zen hanya tersenyum melihat ekspresi terkejut yang di tunjukkan ketiga pria itu.
Bersambung...
Hai hai
Maaf membuat kalian menunggu lama!!
Gokigenyou
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top