Bab 40~Raja Kerajaan Dunkelheit
Jade Ambrosine El Dunkelheit adalah Raja terakhir dari kerajaan kegelapan, Dunkelheit sebelum kehancuran dua kerajaan yang memimpin dunia setelah perang perebutan kekuasaan. Saat kehancurannya kerajaan cahaya yang berada di atas pulau mengapung terjatuh dan menyatuh dengan kerajaan kegelapan sehingga mengakibatkan ledakan yang sangat besar dan membentuk benua baru yang di sebut benua Terania.
Namun, raja yang seharusnya sudah meninggal ratusan juta tahun lalu kini berada di balik semua kegelapan ini. Apa itu mungkin?
"Sebaiknya kita hentikan semua ini, yang mulia Jade. Bukankah Anda adalah satu-satunya raja kegelapan yang ingin menciptakan perdamaian antara kerajaan cahaya dan kerajaan kegelapan? Lalu kenapa Anda menjadi seperti ini?" tanya Zen sambil mengarahkan mata pedangnya ke sepasang mata biru yang menatapnya tajam.
"Sekeras apapun kita berusaha untuk menyatukan kedua warna yang berbeda. Itu tidak akan menghasilkan warna yang indah. Kegelapan dan cahaya adalah dua hal yang bertolak belakang dan tidak mungkin bisa bersatu. Kau yang merupakan raja cahaya seharusnya memahami hal itu."
"Mungkin memang benar apa yang kau katakan. Jika kita menyatukan kedua warna yang bertolak belakang itu, tidak akan menghasilkan warna yang indah. Hitam adalah lambang kegelapan, dan putih adalah lambang cahaya. Jika kedua warna itu di satukan akan menjadi warna yang tidak indah. Tapi, kegelapan dan cahaya bukanlah hanya masalah warna, kita masih bisa memperbaikinya, kita masih bisa membuat keindahan di dunia ini jika menyatuhkan kegelapan dan cahaya. Karena cahaya membutuhkan kegelapan untuk bisa bersinar, dan kegelapan membutuhkan cahaya untuk terus hidup," ucap Zen.
"Tapi itu hanyalah hal yang sia-sia, raja cahaya. Saat kau menyatuhkan kegelapan dan cahaya, maka akan ada penderitaan pada salah satu rakyat dua kerajaan itu. Pada akhirnya semua akan sama saja ... jadi, lebih baik kau tidak perlu membodohiku dan berpikir aku akan termakan oleh ucapanmu. Raja Kegelapan! Cepat bunuh Raja cahaya!"
Raja kegelapan langsung berbalik dan mengayunkan pedangnya untuk menangkis pedang Zen. Setelah itu, raja kegelapan langsung menendang perut Zen dan melepaskan bola hitam yang berukuran sangat besar. Bola besar itu melesat kearah Rika dan yang lainnya. Namun, Elsa dan Ema yang sudah siap menahan serangan Raja kegelapan telah menciptakan bola api yang berukuran sama dengan bola besar itu.
Hingga kedua bola itu saling bertabrakan dan terjadilah ledakan yang sangat besar hingga angin berembus sangat kencang. "Aku tidak menyangkah jika di era ini, akan ada kemunculan dari penyihir putih dan penyihir suci api. Kalian pergilah!"
Raja kegelapan menciptakan dua kesatria kegelapan yang lengkap dengan pedang dan armornya yang berwarna hitam. Kedua kesatria itu langsung melesat menyerang Ema dan Elsa. Namun, saat kedua kesatria itu akan mendekati kedua wanita penyihir suci itu. Rupert dan Nico sudah berdiri di hadapan kedua wanita itu untuk menghalangi kedua kesatira kegelapan.
Kini Raja kegelapan memfokuskan diri untuk melawan Zen setelah menciptakan dua kesatria kegelapan lainnya yang langsung di lawan oleh Sumei dan Uta. "Jadi, apa dia adalah putra cahaya?"
Zen yang mendengar pertanyaan itu langsung terkejut saat sepasang mata biru itu menatap kearah Uta yang sedang melawan salah satu kesatria kegelapan. Asap di belakang raja kegelapan itu mulai membentuk duri-duri berukuran besar yang berwarna hitam dan diarahkan kepada Uta. "Jika aku berhasil membunuhnya, maka tidak akan ada lagi putra kegelapan yang bisa melindungi tempat ini, dan kegelapan akan menguasai dataran ini ... hahaha!"
Begitu duri-duri itu melesat kearah Uta. "Uta!" teriak Rika yang panik saat duri-duri hitam itu melesat dengan cepat kearah anaknya.
***
"Uta!"
Uta yag mendengar teriakan dari ibundanya itu merasa dunia di sekitarnya melambat. Ia hanya bisa terdiam saat kesatria kegelapan yang ia lawan menjauh darinya dan duri hitam mulai mendekatinya dengan gerakan yang lambat. Namun, tiba-tiba pandangannya menjadi gelap dan ia dapat merasakan sesuatu yang hangat memeluknya bersamaan dengan suara ayahnya yang terdengar dengan jelas dan lembut. "Tidak akan aku biarkan!"
"Zen! Yang Mulia!"
Setelah Zen menjauh dari putranya sambil tersenyum lembut. Uta dapat melihat darah segar yang mengalir dari sudut bibir ayahnya, dan ia baru menyadari apa yang sebenarnya terjadi saat suasana di sekitarnya kembali seperti semula. Zen yang seharusnya melawan Raja kegelapan kini berada di hadapannya untuk melindunginya dari seranagn duri-duri kegelapan.
Sehingga membuat Zen yang tertusuk duri-duri kegelapan itu. "Ayah!" Uta langsung memanggil ayahnya, saat menyadari keadaan ayahnya yang mulai melemah karena duri kegelapan itu juga berisikan kutukan yang sangat kuat dan dapat membunuh manusia biasa dengan cepat.
Namun, karena Zen memiliki kekuatan cahaya yang kuat, sehingga ia bisa menahan kutukan itu. "Ayah baik-baik saja. Kau tidak perlu khawatir. Ayah akan melindungimu," ucap Zen sebelum berbalik dan terbang kearah raja kegelapan.
Uta dapat melihat punggung ayahnya yang masih terdapat duri-duri yang menusuk punggungnya. Sayap-sayap putihnya kini banyak kehilangan bulu dan pakaian putihnya banyak di basahi oleh warna merah. Keadaan Zen kini terlihat sangat parah dan seperti tidak bisa bertarung lagi.
Uta mengepalkan tangannya dengan kuat dengan diikuti aura berwarna putih yang mengelilingi tubuhnya. Mata yang berwarna merah kini berubah menjadi hijau tua seperti mata Zen dan rambutnya yang hitam berubah menjadi kuning emas seperti Rika. Di tangan kanannya muncul sebuah pedang yang terbuat dari cahaya dan dua pasang sayap putih muncul di punggungnya.
Ia merasa sangat marah saat melihat keadaan ayahnya yang melindunginya dari duri-duri kegelapan itu, hanya karena ia tidak bisa melindungi dirinya sendiri. Sehingga membuat orang yang ia sayangi dalam keadaah terluka cukup parah. Uta menarik pedangnya lalu terbang dengan cepat menyerang kesatira kegelapan yang ia lawan sebelumnya dan dengan sekali tebas, kesatria kegelapan itu langsung terbelah menjadi dua.
Setelah itu, ia langsung membantu Sumei, Rupert dan Nico melawan kesatria kegelapan lainnya. Pikirannya benar-benar kosong dan perasaannya sangat kesal saat melihat keadaan Zen yang tetap memaksakan diri melawan raja kegalapan. Sehingga ia melawan kesatria kegelapan secara membabi buta.
"Uta, sadarlah."
Saat Uta akan terbang kearah raja kegelapan. Ia mendengar suara ibundanya, dan membuat pemuda itu langsung berhenti lalu menatap Rika. "Tenanglah, jangan melawan kegelapan dengan emosi. Atau kau akan termakan oleh emosimu."
Ucapan Rika terdengar seperti bisikan lembut bagi Uta lalu ia dapat mendengar suara nyanyian yang lembut dan selalu didengarnya saat menemani Rika di kuil.
"Ah ... ah ... ah ... kamu tidak sendiri ... karena kami selalu ada di sisimu ... cahaya akan selalu ada ... menuntumu ke tempat yang indah ... kami akan selalu melindungimu ... percaya pada dirimu, kami tidak akan pernah meninggalkanmu~~"
"Dewa Licht ... akan selalu ada di sekitar kita ... melindungi kita ... dari kegelapan abadi ... berdoalah dan selalu berdoa ... dan percaya pada jalan cahaya~~"
Alunan yang lembut dan menyegarkan membuat semua orang di sana merasa tenang dan butiran-butiran cahaya yang mengelilingi tubuh Rika kini berada di seluruh tempat dan memberikan tenaga bagi seluruh pasukan cahaya untuk melawan kegelapan. Ini, adalah lagu yang biasa ibu nyanyikan di kuil?
Lagu yang dapat menyembuhkan segala penyakin dengan kekuatan cahayanya. Uta langsung terlihat senang dan menatap kearah Zen yang sedang bertarung dengan raja kegelapan. Terlihat tubuh Zen bercahaya dan ia terlihat semakin kuat.
***
Raja kegelapan yang mengetahui jika Rika telah menggunakan nyanyian cahaya untuk memberikan bantuan bagi seluruh pasukan cahaya termasuk Zen mulai menciptakan kesatria kegelapan lainnya dengan tetap menahan serangan Zen.
Namun, Jade yang tetap dalam bentuk asap hitam di belakang raja kegelapan mengetahui, meskipun tenaga Zen terisi oleh kekuatan cahaya, luka yang di hasilkannya tidak juga menghilang. Ini semua karena Zen sendiri tidak terlahir sepenuhnya dari cahaya. Sehingga kegelapan yang masih tersisa di tubuhnya menolak energi cahaya untuk menyembuhkan lukanya.
"Meskipun tenagamu terlihat kembali terisi karena putri cahaya itu, tapi lukamu tidak semakin membaik, bukankah begitu Raja cahaya?"
Zen tidak bisa mengatakan apapun dan hanya mengayunkan Lacienta untuk menyerang raja kegalapan.
Bersambung...
Hai hai
Via backkk hehehehe
Via terlalu fokus dengan 1 cerita, jadi lupa buat update cerita ini. Maaf kyuunn
Semoga kalian tidak lupa dan tidak bosan. Sampai jumpa lagi
Gokigenyou
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top