Bab 39~Pertempuran Dua Penyihir Suci
Raja kegelapan sangat terkejut dengan kebangkitan Zen. Seharusnya, saat ini Zen tidak sadarkan diri karena sebagian jiwanya telah terpisah dari tubuhnya, sehingga membangkitkan kekuatan putra kegelapan miliknya. Namun, bagaimana pria bermata hijau gelap itu tersadar dan sedang menatapnya.
"Apa yang sebenarnya terjadi?" tanya raja kegalapan bingung dengan keadaan saat ini. Ia sungguh tidak memperhitungkan akan kebangkitan Zen. Karena ia tahu jika itu adalah hal yang tidak mungkin. Benarkah?
Benarkah itu tidak mungkin? Kini sebuah tanda tanya terlintas di pikiran raja kegalapan. Jika dia bisa memisahkan diri dari tubuh Zen. Bukankah seharusnya tubuh Zen yang menyimpan kekuatan cahaya dapat tersadar? Tapi kenapa sekarang?
Pertanyaan demi pertanyaan terlintas di kepala raja kegelapan sambil menatap Zen dan Uta yang menatapnya dalam diam. "Dewa Licht."
Tiba-tiba terdengar suara berat seorang pria dari belakangnya. Lebih tepatnya dari dalam kabut hitam yang ada di belakang raja kegelapan. Sosok yang selama ini selalu menuntunnya dan memberikan arahan mengenai takdirnya sebagai raja kegelapan sekaligus putra kegelapan yang memiliki kewajiban untuk menghancurkan pasukan cahaya.
"Apa maksudmu?" tanya raja kegelapan.
"Dewa Licht telah menggunakan kekuatannya untuk menemui raja cahaya dan membuat kekuatan cahayanya bangkit. Aku bisa merasakannya, kekuatan cahaya yang besar. Kau harus membunuhnya, dan penuhi kewajibanmu sebagai putra kegelapan."
Perkataan itu terdengar seperti nyanyian yang selalu berputar di kepala raja kegelapan. Hingga tiba-tiba cahaya menghilang dari matanya dan ia terlihat seperti boneka yang di kendalikan. Raja kegelapan mengangkat kedua tangannya kearah Zen dan menciptakan bola kegelapan berukuran besar.
Ia mengumpulkan seluruh kegelapan yang ada di sekitar ke tangannya dan membentuk sebuah bola hitam berukuran sangat besar kearah Zen dan Uta.
***
"Ada apa ini?" tanya Zen bingung saat melihat raja kegelapan tengah menciptakan bola hitam raksasa dengan menyerap kegelapan di sekitarnya. "Ada apa ayah?" tanya Uta.
"Uta, kembali dan bilang kepada ibumu untuk membuat pelindung cahaya untuk melindungi semua orang," ucap Zen.
"Tapi kenapa?" tanya Uta.
"Kali ini, Raja kegelapan akan menyerang dengan serius," ucap Zen.
Uta yang mendengar itu menjadi sangat terkejut. Jadi, selama ini raja kegelapan tidak melawan pasukan cahaya dengan serius? Bahkan setelah menyerap energi kesatria kegelapan? Namun, Uta tidak bisa memikirkan hal itu, ia segera pergi menemui Rika untuk menyampaikan pesan dari Zen, terutama saat pedang cahaya milik dewa Licht kini sudah menghilang setelah di gunakan untuk menyadarkan ayahnya.
Zen yang berhadapan dengan raja kegelapan mulai menarik pedang cahaya, Lacienta. Pedang suci cahaya itu langsung mengeluarkan sinar yang menyilaukan saat Zen mengalirkan aura berwarna putih ke pedangnya.
"Kabut hitam yang ada di belakangnya itu, apa mungkin kegelapan yang mengendalikannya? Tapi, jika aku menyerang sosok di balik kabut hitam itu dan raja kegelapan melepaskan serangannya, maka orang-orang yang ada di bawah akan dalam bahaya. Aku tidak yakin jika kekuatan suci milik Rika akan cukup menahan kekuatan kegelapan sebesar ini," ucap Zen.
"Maaf membuat kalian menunggu."
Tiba-tiba Zen dapat mendengar suara yang sangat ia kenal dari bawah. Ia dapat melihat sosok Elsa yang baru saja tiba di lokasi pertempuran. Awalnya Zen bingung kemana perginya penyihir putih itu, dan berpikir jika wanita itu ikut membeku dalam kegelapan. Senyuman terbentuk di sudut bibir Zen. "Mana mungkin penyihir putih yang menjadi pengikut setia dewa cahaya bisa terpengaruh kegelapan dengan mudah."
Zen menggunakan telepati untuk menghubungi Ema dan Elsa. "Ema, Elsa."
"Yang Mulia Zen? Anda sudah sadar?" tanya Ema yang terlihat terkejut saat mendengar suara Zen dalam pikirannya.
"Ya, ini semua berkat Uta."
"Syukurlah jika Anda sudah sadar. Tapi, bagaimana dengan raja kegelapan?" tanya Elsa bingung.
"Itu tidak masalah, dia telah memisahkan diri dariku. Bisa di bilang dia mengambil setengah dari jiwaku untuk menciptakan tubuh fisik itu. Kita tidak ada waktu untuk bahas semuanya, jadi intinya cuma itu. Saat ini kesadaran raja kegelapan telah menghilang dan aku membutuhkan bantuan kalian untuk menahan serangannya saat aku menyerang bayangannya."
"Bayangan? Apa maksud Anda? Jadi selama ini ada yang mengendalikan raja kegelapan?" tanya Ema.
"Sebelumnya tidak. Sepertinya saat melihat aku tersadar sosok itu mulai mengambil alih kesadaran raja kegelapan. Jadi bantu aku untuk menanahan serangan bola kegelapan itu."
"Serahkan saja kepada kami. Untuk inilah aku sudah menyiapkan energi sihir yang cukup," ucap Ema.
"Anda tidak perlu menghawatirkan kami. Masalah perlindungan serahkan saja kepada kami para penyihir suci," ucap Elsa.
"Baguslah, kalian terdengar bersemangat. Kalau begitu aku serahkan kepada kalian."
"Baik!"
***
Setelah telepati dengan Zen terputus Ema tersenyum kecil lalu menatap Leo yang terikat dengan sihir tanah milik Nico. "Rupert, tolong kamu lindungi yang ada di dalam pelindung," ucap Ema.
"Ema, apa yang ingin kau lakukan?" tanya Rupert.
"Aku telah mendapatkan tugas dari raja cahaya."
Mendengar jawaban itu membuat Rupert langsung menatap punggung Zen yang terbang cukup jauh dari mereka. "Baiklah, serahkan perlindungan di sini kepadaku," ucap Rupert. "Terima kasih," ucap Ema lalu terbang keluar dari pelindung.
"Ema! Apa yang kau lakukan?" tanya Rika yang membuat semua mata tertuju kepada sosok Ema yang sudah berada di luar pelindung suci. "Sudah saatnya bagi penyihir suci untuk melakukan tugas yang di berikan oleh rajanya," ucap Elsa sambil tersenyum lembut kearah Rika. Setelah itu, ia terbang keluar dari pelindung dan berhenti di samping Ema.
"Sudah lama kita tidak bertarung bersama, Elsa," ucap Ema.
"Ara ... kau benar juga, kalau tidak salah sudah lima ratu tahun kita tidak bertarung bersama dengan yang mulia Liza," ucap Elsa.
"Haha ... kau benar. Jadi, sebaiknya kau melakukan tugasmu dengan baik Ema, atau nama penyihir terbaik di Terania akan menjadi milikku," ucap Ema.
"Astaga, kau masih saja mempermasalahkan itu ... ya, tidak masalah. Mungkin saja ini akan menjadi pertempuran terakhir kita," ucap Elsa.
"Kenapa kau berpikir menyedihkan seperti itu. Kita pasti hidup lebih lama..." Ema menatap kearah tubuh Zen yang mulai memancarkan aura berwarna putih dan bercahaya di seluruh tubuhnya. "... karena aku yakin jika yang mulia menginginkan itu."
Senyuman terbentuk di wajah Elsa sambil menatap Zen. Pria yang dulu mendapatkan ramalan untuk mencari putri legendaris, kini akan memenuhi ramalannya yang tidak pernah ia katakan kepada siapapun. "Benar, karena dia adalah cahaya yang memberikan kehidupan bagi kita."
"Kau benar," ucap Ema.
Tongkat dengan bagian ujung berbentuk api yang menyala muncul di tangan kanan Ema, sedangkan tongkat berbentuk bulan sabit dan matahari di bagian tengahnya muncul di tangan kiri Elsa. Aura berwarna merah kekuningan mengelilingi tubuh Ema, dan aura berwarna kuning emas mengelilingi tubuh Elsa.
Aura itu berkumpul membentuk bola berukuran besar di ujung masing-masing tongkat Elsa dan Ema yang mereka angkat ke udara. "Lebih baik kau tidak menggunakan semua energi sihirmu di serangan ini, Ema," ucap Elsa.
"Tenang saja. Memang kau pikir aku siapa? Aku adalah penyihir suci api yang tidak terkalahkan!" ucap Ema.
"Yang mulia sudah bergerak," ucap Elsa saat melihat Zen mulai mengibarkan tiga pasang sayap putihnya dan terbang kearah raja kegelapan.
Raja kegelapan langsung melepaskan bola kegelapan kearah Zen. Namun, sebelum bola kegelapan itu membentur Zen. Zen sudah menghilang, Ema dan Elsa mengambil kesempatan itu untuk melepaskan dua bola api dan cahaya yang mereka ciptakan. Sehingga ledakan besar terjadi dan angin berembus sangat kencang. Danau yang di penuhi dengan air, akibat ledakan itu, kini airnya langsung menghilang begitu saja sehingga memperlihatkan dasar danau yang selama ini tidak pernah diketahui.
Semua orang yang melihat bagian dasar danau itu menjadi sangat terkejut. Bahkan Ema dan Elsa yang sudah hidup lebih dari lima ratus tahun tidak pernah mengetahui apa yang ada di dasar danau itu. "Apa mungkin itu..."
"Istana kegelapan sebelum dataran Terania terbentuk," ucap Elsa yang menjawab pertanyaan Ema. Ema yang mendengar jawaban itu langsung menatap sahabatnya dengan terkejut. "Istana kegelapan? Kenapa ada di tanah milik kerajaan cahaya?" tanya Ema bingung.
"Karena dulu, sebelum dataran Terania terbentuk, hanya ada dua kerajaan di dunia. Kerajaan cahaya yang menguasai langit, kerajaan Licht. Dan kerajaan kegelapan yang menguasai tanah, kerajaan Dunkelheit. Benarkan, Raja kedua kerajaan Dunkelheit, Jade Ambrosine El Dunkelheit," ucap Zen yang tiba-tiba muncul di belakang sosok di dalam kabut yang ada di belakang raja kegelapan.
Elsa dan Ema yang dapat mendengar perkataan Zen itu menjadi sangat terkejut. Meskipun mereka penyihir suci yang sudah hidup ratusan tahun. Tentu saja mereka akan mengenali sejarah kerajaan kegelapan dan cahaya lebih baik di bandingkan manusia lain. Namun, kebenaran akan terbentuknya dataran Terania ini tidak pernah ada yang mengetahuinya. Karena manusia yang hidup di saat banyak monster lebih mengerikan dari sekarang masih hidup.
Sehingga saat pembentukan dataran Terania. Seluruh manusia di saat dunia masih memiliki dua kerajaan telah punah bersamaan dengan kehancuran monster-monster besar dari kerajaan Dunkelheit. Kerajaan Licht dan Kerajaan Dunkelheit adalah kerajaan terakhir yang di pimpin langsung oleh putra kegelapan kedua dan putra cahaya kedua. Dunia yang saat itu, perang adalah yang sudah biasa dan perdamaian adalah tanda sebagai akhir dunia.
Meskipun tertutup kabut hitam. Zen dapat melihat sepasang mata berwarna biru yang bercahaya dari balik kabut hitam itu menatapnya dengan tajam dan dingin. Dia adalah sosok putra kegelapan terakhir sebelum kehancuran kerajaan Dunkelheit dan merupakan raja kegelapan terkuat yang pernah ada.
Bersambung....
Hai hai
Syukurlah bisa tepat waktu updatenya hehe
Akhir-akhir ini via suka lupa hari. Jadi, kadang tiba-tiba gak sadar udah lewat aja jadwal updatenya hehehe
Jadi, kalau updatenya telat, mohon maaf.
Itu berarti via lupa hari hehe
Okay see you again.
Gokigenyou
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top