Bab 38~Kebangkitan Raja Cahaya

Uta yang terbang mendekati Zen dengan tubuh yang bercahaya membuat semua mata tertuju kepadanya. Raja kegelapan yang menyadari rencana Uta langsung melesat untuk menghentikan pemuda itu.

"Tidak akan aku biarkan," ucap Raja kegelapan sambil mengarahkan pedang kegelapan kearah Uta yang semakin dekat dengannya.

Uta menarik pedang cahaya milik dewa Licht dan mempercepat gerakannya sehingga tidak terlihat oleh mata manusia. Raja kegelapan menggerakkan pupil matanya dengan cepat ke segala arah untuk menemukan kemunculan Uta dan berusaha merasakan aura keberadaan Uta.

Clang.

Raja Kegelapan yang menyadari serangan Uta dari belakangnya langsung berbalik dan menahan serangan Uta dengan pedangnya. Uta tersenyum kecil, membuat Raja kegelapan menjadi bingung dengan sikap pemuda di hadapannya.

Namun, tiba-tiba ia merasakan serangan yang sama dari atas, bawah, kanan, kiri dan belakangnya. Ia dapat melihat sosok Uta yang lain menyerangnya dari segala arah.

"Hm ... Apa kau pikir aku tidak berani menyerangmu hanya karena kau bagian dari ayah? Sacred Sword Art: Shadow of light."

"Cih... Sepertinya kau sudah bangkit," ucap Raja Kegelapan dan mendorong sosok Uta yang ada di depannya. "Sword art of darkness: tornado sword."

Angin berembus sangat kencang di sekitar Raja kegelapan dan ribuan pedang yang berputar di dalam tornado langsung menghancurkan bayangan Uta yang akan menyerang raja kegelapan. "Menarik. Jika memang kau sudah bangkit sebagai putra cahaya, maka kita akan mulai pertempuran yang sesungguhnya," ucap Raja kegelapan sambil menyeringai.

Buku sihir kegelapan muncul di hadapan raja kegelapan dan mulai membuka halaman demi halaman dengan sendirinya. Pedang milik raja kegelapan menghilang dan ia mengulurkan kedua tangannya di atas buku sihir itu.

"Makhluk yang terbuat dari kegelapan, hidup dalam kegelapan, kembali kepada kegelapan, dunia yang tercipta dari kegelapan, dunia yang di ciptakan oleh dewa kegelapan, Dunkles. Akan kembali ke pelukan raja kegelapan, yang menjadi putra kegelapan. Bangkitlah pasukan kegelapan!"

Tanah berguncang sangat keras dan keempat kesatria kegelapan kembali ke sisi raja kegelapan. Mereka berdiri mengelilingi raja kegelapan sambil membungkukkan badan.

"Kegelapan telah bangkit, tugas bagi kesatria kegelapan telah datang. Kami akan mengorbankan segalanya demi putra kegelapan," ucap keempat kesatria kegelapan secara bersamaan dengan pandangan kosong.

Asap berwarna hitam keluar dari tubuh kesatria kegelapan dan masuk ke tubuh raja kegelapan. Tubuh kesatria kegelapan semakin lama menjadi semakin kering. Kini tubuh mereka hanya tersisa kulit dan tulang dengan pandangan tanpa adanya cahaya di mata mereka. Sedikit demi sedikit tubuh mereka hancur dan berubah menjadi butiran debu hitan yang tertiup angin.

Uta dan yang lainnya yang melihat itu menjadi sangat terkejut, mereka tidak menyangkah jika kesatria kegelapan yang akan menjadi tumbal untuk membangkitkan kekuatan raja kegelapan. Leo yang melihat itu pun cukup terkejut. Karena ia tidak pernah mendengar rencana seperti ini sebelumnya.

Tidak salah lagi, raja kegelapan adalah sosok yang menakutkan dan tidak kenal ampun bahkan pada bawahan setianya. Ia akan menggunakan segala cara demi mencapai tujuannya.

Raja kegelapan menyeringai dengan tiga pasang sayap yang terlihat semakin gelap dan mata yang berubah menjadi warna hitam legam.  "Dengan begini, tidak akan ada yang mengganggu," ucap raja kegelapan sambil menatap seluruh mata yang menatapnya dengan wajah pucat saat merasakan tekanan aura kegelapan yang sangat kuat.

"Apa kau tidak memikirkan perasaan kesatria kegelapan yang sudah setia kepadamu? Kenapa kau membunuh mereka?!" teriak Uta dan langsung menyerang raja kegelapan.

"Karena meraka dari awal sudah mati," ucap Raja kegelapan dengan pedang kegelapan yang muncul di tangannya dan menahan serangab Uta dengan mudah.

"Holy Water Art: light cry."

Emerda menciptakan hujan yang sangat lebat di sekitar mereka. Air hujan yang tercipta dari air suci dan dapat menyembuhkan luka seluruh pasukannya sehingga tidak memberikan batasan bagi mereka untuk menyerang raja kegelapan.

"Serang dia semau kalian! Air ini akan membuat kalian tidak kelelahan dan menyembuhkan segala luka kalian!" teriaknya.

"Dasar penjaga gadis suci sialan," decak raja kegelapan kesal.

"Earth Elemen Art: ground thorn."

Tanah berguncang dengan kuat dan duri-duri berukuran besar tercipta dari tanah. "Aku membuka jalan untuk kalian, serang raja kegelapan!" ucap Raizel yang menciptakan duri-duri dari tanah untuk menjadi pijakan pasukannya saat menyerang raja kegelapan.

"Serang!" ucap Rika. Rupert, Ema, dan Eleric berlari dengan cepat menyerang raja kegelapan dengan menggunakan duri-duri dari tanah ciptaan Raizel dan menyerang raja kegelapan.

Mereka menggunaka duri-duri itu sebagai pijakan karena mereka tidak bisa menggunakan sihir terbang. Karena Ema saat ini kekuarangan energi sihir. Meskipun hujan ciptaan Emerda dapat menyembuhkan luka dan memulihkan tenaganya. Namun, air suci tidak bisa memulihkan energi sihirnya.

Rupert menarik pedang Dalien untuk menyerang Raja kegelapan, Ema menggunaka sisa energi sihirnya untuk mempersiapkan mantra api suci berukuran besar dan Eleric menyerang Raja kegelapan menggunakan pedang air bersamaan dengan Rupert.

"Cih, kalian para pengganggu," ucap raja kegelapan sambil menahan serangan Rupert dan Eleric.

"Hm ... Sepertinya kau membuat keputusan salah saat menyerap membunuh kesatri kegelapanmu, raja kegelapan," ucap Rupert sambil menyeringai.

"Diam kau penghianat!"

Rupert langsung merasakan nyeri di perut dan punggungnya saat raja kegelapan menendangnya hingga membentur tanah, bersamaan dengan Eleric. Meskipun setelah itu air hujan milik Emerda menyembuhkannya.

"Heh ... Meskipun air ini bisa menyembuhkan luka, tapi tidak bisa dengan cepat bagi ras yang menjadi bagian kegelapan, kah?" tanya Rupert.  Namun, meskipun pemulihannya lambat, ini cukup untuk tidak membuatnya terbunuh dengan mudah.

"Aku ... Masih bisa ... bertarung. Jatuhlah dan berikan keindahan langit malam. Starry Sky Art: shooting stars!"

Awan gelap tiba-tiba terbelah dan menunjukkan langit malam yang penuh dengan bintang, tiba-tiba satu demi satu kilatan cahaya bintang berjatuhan seperti hujan dan menyerang raja kegelapan.

"Dunkler Beschützer."

Raja kegelapan dengan cepat menciptakan pelindung kegelapan untuk melindunginya.

"Sumei! Ternyata kau sudah sadar," ucap Emerda yang senang melihat sahabatnya kembali bangkit. Rika langsung berlari kearahnya dan memberikan kekuatan cahaya kepada Sumei untuk mengembalikan energi penjaganya.

"Ya, terima kasih kepada kekuatan penyembuhmu, Emerda," ucap Sumei.

"Syukurlah, sepertinya tenagamu sudah hampir pulih sepenuhnya," ucap Rika sambil memberikan energi cahaya kepada Sumei.

"Ya, hujan air suci dapat memulihkan tenaga penjaga suci dengan cepat. Baiklah, sekarang saatnya untuk serangan balasan, kan?" ucap Sumei sambil menyeringai.

"Kau benar," jawab Rika sambil menganggukkan kepala lalu menatao tajam raja kegelapan yang kesulitan melawan Rupert dan Eleric dengan mempertahankan pelindung kegelapan dari serangan Sumei. Pandangan Rika langsung tertuju kearah Uta yang sudah berada dihadapan Zen lalu tersenyum lembut. Lakukan Uta.

Uta langsung menusukkan pedang cahaya milik dewa Licht ke jantung Zen dan cahaya langsung mengelilingi tubuh Zen. Membuat raja kegelapan yang menyadari itu langsung menatap tubuh Zen yang terbungkus cahaya dan menatap Uta dengan wajah pucat. "Tidak!" teriaknya.

***

Zen membuka matanya dan melihat pemandangan di sekitarnya hanya ada warna putih dan terasa hampa. Tiba-tiba ia dapat merasakan seseorang berdiri di belakangnya, ia langsung berbalik dan menatap bagian kegelapan yang ada di hadapannya.

Ia dapat merasakan seseorang yang berdiri di dalam kegelapan, dan ia merasa mengenali sosok itu. Sangat mengenalinya, sosok yang selalu bersamanya ketika ia terlahir.

"Zen."

Sentuhan hangan terasa di pundak kiri Zen. Zen menatap sosok Liza yang tersenyum lembut kearahnya. "Ibu," ucapnya dengan nada pelan. "Kau pasti lelah," ucap Liza.

Zen membulatkan mata sempurna mendengar kalimat yang di katakan ibundanya. Zen tidak pernah menyadarinya dan tidak pernah memikirkan apakah ia lelah dengan semua ini. Selama ini, ia hanya berpikir untuk menjadi Raja kerajaan cahaya sekaligus suami dan seorang ayah yang baik bagi keluarganya. Sehingga ia tidak pernah memikirkan bagaimana perasaannya selama ini.

Mendengar perkataan itu membuat Zen tanpa sadar mengeluarkan air mata dari sudut kedua matanya. Liza tersenyum lembut sambil menyentuh pipi putra kesayangannya dengan lembut. "Jika kau lelah, tidak masalah jika istirahat, Zen. Kau tidak harus menanggung semuanya sendiri," ucap Liza.

Zen hanya bisa menutup matanya dan merasakan kehangatan tangan ibundanya untuk terakhir kalinya dengan air mata yang semakin turun dengan deras. "Aku dan Alan tidak pernah ingin membuatmu merasa terbebani dengan segala tugas yang harus di jalankan sebagai raja kerajaan cahaya. Jika kau lelah, istirahatlah," ucap Liza lalu memeluk putra kesayangannya.

Zen hanya diam dan membalas pelukan hangat ibundanya dengan air mata yang tidak bisa berhenti. "Apapun keputusanmu, kami sebagai orang tua akan selalu mendukungmu, Zen," ucap Liza sambil melepas pelukannya dan tersenyum lembut kearah Zen sebelum berbalik dan berjalan menuju kegelapan.

Sampai sosok Liza menghilang, Zen tidak bisa mengatakan apapun kepada ibundanya. Bahkan saat pertemuan mereka terakhir kali sebelum perang di kerajaan Ilorn. Zen tidak bisa mengatakan apapun kepada kedua orang tuanya.

"Kau telah melakukan segalanya dengan baik, Zen," ucap seorang pria berambut hitam pendek dari belakang Zen.

Zen berbalik dan melihat pria berambut hitam, berpakaian putih sambil tersenyum lembut kearahnya. "Dewa Licht," ucap Zen sambil menghapus air matanya.

"Ho... Ternyata kau mengenalku," ucap Licht.

"Karena aku selalu merasakan kehadiran Anda yang memperhatikanku selama ini," ucap Zen.

"Maaf jika selalu memperhatikanmu," ucap Licht sambil tertawa kecil.

"Apa Anda mengawasiku? Karena aku memiliki kekuatan cahaya dan kegelapan?" tanya Zen.

"Memang benar, tapi aku mengawasimu bukan karena takut kau akan menghancurkan dunia dengan kekuatan kegelapanmu," ucap Licht.

"Lalu?"

"Kau adalah satu-satunya putra yang di takdirkan terlahir sebagai putra kegelapan sekaligus putra cahaya. Sehingga kau harus memutuskan untuk menjadi putra cahaya atau putra kegelapan. Tapi, hal yang tidak terduga terjadi. Dia," ucap Licht sambil menunjuk kearah sosok yang berdiri di dalam kegelapan.

Zen langsung berbalik dan menatap kearah sosok yang di tunjuk oleh Licht.

"Meskipun sosok dirimu yang memiliki kekuatan putra kegelapan telah memisahkan diri. Namun, kegelapan tidak bisa benar-benar menghilang dari dirimu. Karena kalian terlahir bersama di satu tubuh. Tapi, jika kau ingin menjadi putra cahaya, kegelapan itu akan sepenuhnya menghilang, bagaimana?" tanya Licht.

Zen memperhatikan sosok dirinya yang ada di dalam kegelapan menatap ke tempat yang gelap dan hampa. Seperti dirinya yang berada di tempat yang terang dan hampa. Setelah terdiam cukup lama melihat sosok itu, ia mulai membuka mulutnya untuk menjawab pertanyaan dewa cahaya di hadapannya dengan tatapan tegas.

***

Cahaya di tubuh Zen mulai menghilang dan memperlihatkan sosok Zen yang tidak berubah. Pria itu mulai membuka matanya dan memperlihatkan mata berwarna hijau gelapnya yang sangat indah. "Terima kasih, Uta."

Suara yang tegas, dingin tapi lembut terdengar. Membuat air mata Uta dan Rika mengalir perlahan dari kedua sudut matanya. Zen memperlihatkan senyuman lembut sambil mengusap kepala putranya. "Ayah."

Bersambung...

Hai hai

Maap banget via updatenya lama hehe

Semoga kalian tidak marah

Okey, sampai jumpa next chapter

See you

Gokigenyou

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top