Bab 27~Persiapan Perang

Selama tiga hari seluruh murid dan professor Academy melakukan latihan yang sangat mengerikan dari pemimpin kelima kerajaan. Akhirnya mereka menyelesaikan latihan terakhir hingga malam hari. Seluruh murid yang sudah kelelahan mau tidak mau harus ikut berkumpul di depan pintu istana. Sama seperti hari pertama.

Mereka sudah dikelilingi oleh seluruh pasukan matahari terbenam. Namun,  tidak hanya pasukan matahari terbenam yang mengelilingi mereka. Di luar barisan pasukan Matahari Terbenam, terdapat pasukan dari kelima negara besar. Terlihat Nico yang berdiri di atas panggung kecil dengan dibelakangnya terdapat Uta dan Alvis. Selama pelatihan, seluruh murid tidak pernah melihat kehadiran Alvis, Uta, Alexia dan Eliar. Mereka dengar jika keempat orang itu juga mendapatkan pelatihan khusus setelah urusan persiapan perang.

"Pelatihan kalian telah selesai hari ini. Kami mendapatkan informasi jika pasukan kegelapan kemungkinan akan muncul besok. Kami telah berhasil mengamankan penduduk di tempat pelindung seperti yang saya jelaskan sebelumnya. Tapi, besok pagi kalian bersama anggota kelompok kalian yang sudah di bagi akan berkeliling Ibukota untuk mencari keberadaan penduduk yang mungkin belum berada di tempat pelindung. Kalian akan menggunakan sihir komunikasi yang saya ajarkan kepada kalian, kalian paham?" tanya Nico.

"Siap, kami paham!" ucap seluruh murid dan professor yang berkumpul.  "Kalau begitu, saya akan menjelaskan pemimpin pasukan yang harus kalian ingat. Pasukan pertama di pimpin Putri Bridget dan putri Elmira di garis depan bersama Yang Mulia Rupert, pasukan kedua akan di pimpin pangeran Alvis bersama Yang Mulia Raizel di gerbang kerajaan bagian Utara. Pasukan ketiga akan dipimpin Yang Mulia Sumei bersama Yang Mulia Eleric menjaga gerbang bagian selatan. Pasukan tim medis akan dipimpin Yang Mulia Emerda bersama putri Alexia. Seluruh murid dan professor akan bergabung menjadi regu penyelamat dan akan membantu tim medis membawa yang terluka dan mengamankan penduduk di tempat pelindung," ucap Nico dengan suara yang lantang dan tegas.

"Paman, sepertinya sudah cukup penjelasannya," bisik Uta. "Hm ... Baiklah," jawab Nico pelan. "Kalau begitu, kalian bisa beristirahat!" ucap Nico yang mengakhiri pidatonya lalu berjalan memasuki istana. Alvis mengajak adiknya untuk segera masuk. Namun, Uta berhenti sejenak sambil menatap pemandangan seluruh murid yang terlihat bersemangat. Meskipun mereka tidak tahu apa mereka akan bisa melihat hari esok lagi.

***

"Leo, sepertinya kau semakin lambat," ucap Zen yang duduk di kepala Leo yang berubah menjadi naga berwarna emas. Entah apakah karena saat ini malam hari, wujud naga Leo yang biasanya berwarna emas cerah bisa berubah menjadi emas yang seperti kehilangan cahayanya. Mungkin ini karena efek dari Zen yang sudah sepenuhnya berubah menjadi Raja Kegelapan.

"Master, dari kerajaan kegelapan yang ada di Timur menuju kerajaan cahaya yang ada di barat. Membutuhkan waktu sampai besok, apalagi jika saya mempercepat terbang saya. Pasukan kita akan tertinggal," ucap Leo. Apa yang aku katakan ini? Aku yang menjadi naga tercepat bicara seperti ini? Tapi, aku tidak ada pilihan lain. Ini agar aku bisa memberikan mereka waktu sedikit lebih lama untuk mempersiapkan diri, batin Leo.

"Huh ... Terserahlah, setidaknya kita nanti juga akan berhasil mengalahkan kerajaan cahaya itu," ucap Zen santai. Apa ini karena efek dari kegelapan di diri master yang sudah mengubah sifatnya? Aku baru pertama kali melihat master yang seperti ini, batin Leo.

Meskipun Leo terbang dengan ketinggain yang cukup jauh dari tanah. Ia masih bisa melihat pasukan kegelapan dan pasukan serigala yang berlari dengan cepat mengikutinya. Terima kasih kepada penglihatan naga yang tajam. Sehingga ia bisa tetap mengawasi pasukan kegelapan meskipun jauh dari tanah.

Saat Leo menatap keempat ksatria kegelapan yang menunggangi kuda kegelapan itu membuatnya kembali berpikir. Leo masih tidak percaya jika ksatria kegelapan yang hanya ada dalam cerita dongeng itu ternyata ada. Saat pertama kali bertemu mereka di perang yang terjadi lima tahun lalu di kerajaan Ilorn. Leo langsung terkejut saat empat orang tidak dikenal berlutut di hadapan Zen, dan ternyata mereka adalah ksatria kegelapan yang selama ini menyembunyikan diri sampai Raja kegelapan bangkit.

Zen yang saat itu terluka cukup parah tidak terlalu bisa mengingat akan pertemuan mereka saat pertama kali dengan ksatria kegelapan itu. Bahkan saat ia sudah sepenuhnya menjadi Raja kegelapan. Kemungkinan ingatan akan dirinya di masa lalu telah menghilang. Saat pertama kali ia bangkin menjadi Raja kegelapan, Leo hampir mati karena tatapan tajam yang diarahkan Zen kepadanya.

Namun, berkat bantuan salah satu ksatria kegelapan. Ia berhasil mendapatkan kepercayaan Zen yang sudah menjadi Raja kegelapan seperti saat ini. Hah ... Saat memikirkan itu lagi, aku jadi rindu tuan Nico, batin Leo.

***

"Ada apa paman?" tanya Uta bingung saat Nico tiba-tiba menjatuhkan buku yang ia ambil dari rak buku di ruang kerja Uta. "Entah kenapa aku merasa merinding saja," jawab Nico. Uta hanya bisa diam sambil menatap Nico dengan ekspresi bingung. "Sudah lupakan saja. Ini dokumen terakhir yang perlu di tanda tangani, setelah itu kau bisa istirahat," ucap Nico sambil meletakkan tumpukan beberapa lembar dokumen tang tidak terlalu tebal seperti biasanya.

"Hah ... Akhirnya dokumen ini akan selesai hari ini," ucap Uta. "Seharusnya ini bisa selesai lebih cepat. Tapi, karena kau juga harus berlatih pedang yang diajarkan Zen melalui buku itu, kau jadi meninggalkan banyak pekerjaan," ucap Nico. "Hehe ... Tenang saja paman, akan aku selesaikan malam ini juga," ucap Uta. Nico hanya bisa tersenyum sambil mengelus kepala Uta lembut.

Entah mengapa, sepertinya sifatnya yang dulu dingin semenjak mendengar kematian Zen. Kini dia sudah kembali ke dirinya yang semula karena tahu jika Zen masih hidup. Zen, seandainya saja saat itu kau tidak pergi. Apa hal ini tidak akan menjadi seperti ini? Batin Nico.

"Hm ... Kalau begitu, paman akan pergi. Jika kau sudah selesai langsung istirahat, mengerti?" tanya Nico tegas. "Baik, paman," jawab Uta. Setelah itu, Nico langsung berjalan meninggalkan kamar Uta. Uta yang awalnya tersenyum ceria tiba-tiba senyuman itu memudar. Pandangannya langsung menajam. Ia berdiri lalu menatap pemandangan bulan purnama yang terlihat sangat indah malam ini.

"Bulan purnama. Ibunda pasti sedang berdoa di kuil cahaya," ucap Uta. Uta mengambi pedangnya lalu keluar dari ruangannya melalui jendela yang ada di belakang meja kerjanya. Begitu ia mendarat sempurna, dihadapannya langsung terlihat hutan yang terlihat cukup sunyi. Pemandangan dari kamarnya adalah hutan di belakang istana. Kamar yang dulu ia gunakan adalah kamar dari Putra Mahkota Kerajaan Western sebelumnya. Dengan kata lain adalah Zen.

Uta sangat suka pergi ke hutan di belakang istana untuk bersembunyi dari Nico yang selalu mencarinya untuk mengajaknya belajar pelajaran yang membosankan dan berlatih pedang. Ia selalu menghabiskan waktu dengan tidur di dekat danau yang terlihat sangat jelas dari istana. Namun, kini di sisi lain danau itu terlihat tenda-tenda yang dibangun untuk tempat perlindunngan penduduk.

Uta dapat melihat pelindung yang berwarna kuning emas dan sedang di jaga dengan sangat ketat oleh pasukan Bulan Musim Dingin. Beruntuk tempat Uta biasa bersembunyi tidak ada yang mengetahuinya. Terkadang jika Raizel mengunjungi kerajaan, hanya Raizel seorang yang bisa menemukan Uta. Raizel pernah berkata kepada Uta, jika tempatnya bersembunyi adalah tempat yang biasa di gunakan Zen untuk membaca buku dengan tenang tanpa di ganggu Nico.

Sehingga tempat itu menjadi tempat yang hanya di ketahui Uta dan Raizel. Tempat itu sendiri tidak begitu jauh dari tempat Uta melarikan diri dari kamarnya. Ia hanya perlu berjalan lurus, lalu akan menemukan pohon besar yang biasa menjadi tenpatnya bersandar sambil menikmati pemandangan danau yang terlihat indah terutama saat matahari terbenam.

Ini pertama kalinya bagi Uta datang ke tempat persembunyiaannya saat malam. Begitu ia tiba di tempat persembunyiannya. Pemandangan di danau saat ini terlihat sangat indah. Pantulan bulan purnama yang terlihat sangat indah di danau dengan ditemani pemandangan bintang-bintang yang sangat indah menghiasi langit malam. Tiba-tiba pandangan Uta tertuju kepada cahaya berwarna emas yang seperti meloncat kesana kemari di atas danau.

"Kunang-kunang?" tanya Uta bingung. Begitu ia mempertajamkan matanya, terlihat sosok seorang gadis berambut emas yang bercahaya dengan mengenakan gaun pendek diatas lutut berwarna kuning polobg yang juga ikut terlihat bercahaya. Gadis itu terlihat seperti meloncat kesana kemari di atas danau. Tidak. Gadis itu tidak sedang meloncat di atas danau, melainkan sepertu sedang menari diatas danau.

"Bagaimana gadis itu bisa berjalan diatas danau?" Itulah satu kalimat yang hanya bisa Uta ucapkan. Mana mungkin ada manusia yang bisa berjalan di atas air danau yang dalam, apalagi menari dengan anggun seperti itu. Uta mengedipkan beberapa kali matanya. Namun, sosok itu terlihat sangat jelas sedang menari.

Uta tidak bisa lihat wajahnya karena jaraknya terlalu jauh. Tapi, ia menatap kearah tenda-tenda perlindungan yang telihat dari tempatnya itu. Tidak ada satu orang pun yang menyadari akan keberadaan gadis itu. Saat Uta kembali menatap kearah gadis itu, sosok gadis itu sudah menghilang. "Kemana dia?" tanya Uta sambil menatap kesekitarnya untuk menemukan sosok itu.

Pangeran cahaya. Tiba-tiba Uta dapat mendengar suara seorang gadis yang berbisik di telinganya dengan lembut. Namun, ia tidak berhasil menemukan sosok gadis tersebut. "Siapa dia?"

Bersambung...

Hai hai

Akhirnya via menemukan lanjutan jalan ceritanya hehe

Semoga kalian suka

Kalau begitu...

Gokigenyou

Bab Selanjutnya:

Kebenaran

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top