Bab 21~Kebenaran dan Ramalan Zen

Terlihat seorang pria berambut hitam kini tengah terduduk dengan menyentuh dadanya yang terasa sangat sakit. Di hadapannya terdapat seorang pria berambut biru tua dengan seekor naga berukuran sedang di sampingnya yang menatap pria yang duduk di singgasananya itu dengan khawatir. "Leo, apa benar master akan baik-baik saja?" tanya naga yang ada di samping Leo. "Jangan khawatir Lineal, Yang Mulia pasti akan baik-baik saja. Ini hanya karena efek dari kegelapan yang semakin menguasainya," jawab Leo.

"Hihihihi..."

Tiba-tiba terdengar suara tawa. Membuat Leo dan naga berukuran sedang dan berwarna hitam itu mentap kearah singgasana. Terlihat sayap Zen yang awalnya berwarna hitam dan putih. Kini sepasang sayap itu sepenuhnya berwarna hitam. Leo hanya bisa meneguk salivanya lalu menundukkan kepala. "Selamat datang, Yang Mulia Kegelapan, Zen," ucap Leo. "Hah ... akhirnya. Akhirnya aku bisa terbebas juga," ucap Zen dengan menyeringai dan menunjukkan pupil mata berwarna merah dan sekitar pupilnya berwarna hitam.

Ia menyilangkan kakinya lalu menggunakan tangan kanannya untuk menopang kepalanya. "Sepertinya kita sudah terlalu lembut kepada kerajaan Western. Sekarang, sudah menjadi saatnya bagi kehancuran negeri cahaya," ucap Zen. "Leo, panggil seluruh ksatria kegelapan," lanjutnya. "Baik," jawab Leo lalu menghilang dari pandangan Zen. "Sudah saatnya bagi kegelapan untuk menguasai dunia ... hahahaha!"

***

"Saat kelahiran pangeran Uta. Saya datang menemui Yang Mulia Zen karena terdapat ramalan yang akan ia dapatkan ketika kelahiran pangeran cahaya. Ramalan itu berisikan, jika saat pangeran Uta berumur lima tahun. Akan ada perang yang di akibatkan kebangkitan pasukan kegelapan dan akan menghancurkan kerajaan Ilorn. Pada saat itu, saya melihat jika pasukan Yang Mulia Zen telah musnah dan tidak ada yang selamat," ucap Elza. 

"Tapi, pasukan yang pergi bersama dengan Yang Mulia Zen tidak semuanya musnah. Bagaimana itu bisa?" tanya Rika. "Itu karena saya memberitahukan isi ramalan itu kepada Yang Mulia Zen. Ramalan yang saya berikan adalah takdir yang diberikan oleh dewa. Tapi, jika kita mengetahui isi dari takdir itu. Kita dapat mengubahnya atau menjalankannya sesuai dengan ramalan yang telah saya tunjukkan," jawab Elza.

"Jadi, maksudmu. Zen telah mengubah takdirnya?" tanya Rai. "Yang Mulia Zen tidak mengubah takdirnya. Takdirnya memang akan menjadi raja pasukan kegelapan. Yang Mulia Zen mengubah takdir prajurit yang berhasil selamat dan Pangeran dari kerajaan Ilorn," jawab Elza. Membuat semua orang di ruang rapat itu menjadi sangat terkejut. "Tapi, bukankah jika mengubah takdir seseorang, itu akan memberikan dampak buruk yang sangat besar?" tanya Rika.

"Benar. Tentu saja Yang Mulia Zen harus membayar karena mengubah takdir para prajurit dan pangeran kerajaan Ilorn yang seharusnya mati di perang itu," jawab Elza. "Jadi, apa yang dibayar oleh ayah karena mengubah takdir itu?" tanya Uta. "Kematian," jawab Elza. "Tapi, bukankah saatnya Yang Mulia Zen masih baik-baik saja?" tanya Rupert. "Benar, itu karena yang mati adalah kekuatan cahaya milik Yang Mulia Zen. Itu lah mengapa yang Mulia Zen saat ini terpengaruh dengan kegelapan," jawab Elza.

"Jadi, apa memang tidak ada cara lain?" tanya Rika. "Kita tidak menemukan jawaban yang tepat untuk menyelamatkan Yang Mulia Zen. Setidaknya kita masih bisa bersama dengan Yang Mulia Zen selama beberapa puluh tahun," jawab Elza. "Baiklah, jika memang itu satu-satunya cara. Aku akan melakukannya," ucap Uta. Membuat semua orang menatapnya terkejut.

"Aku sudah berjanji kepada ayah sebelum sisi kekuatan cahaya ayah menghilang. Aku yang akan mengalahkannya," ucap Uta. "Saya dan Yang Mulia Zen percaya jika pangeran bisa melakukan itu," ucap Elza. "Tapi, sebelum itu, kita harus memanggil penyihir kegelapan untuk mendapatkan bantuannya," ucap Elza. "Biarkan aku yang memanggil Ema," ucap Rupert. "Sebaiknya bukan Anda yang memanggil Ema, Rupert. Karena masalah Anda dengan Ema sampai sekarang masih belum terselesaikan," ucap Rai. "Tapi..."

"Apa yang dikatakan Yang Mulia Raizel benar. Sebaiknya saya yang memanggilnya. Saat ini ia sedang mengawasi pergerakan pasukan kegelapan. Kemungkinan akan tiba di istana tiga hari lagi setelah menerima pesan saya," ucap Elza yang memotong ucapan Rupert. "Baiklah kalau begitu. Setelah Ema datang, kita bisa memulai rencana kita. Untuk berjaga-jaga saja jika pasukan kegelapan menyerang. Sebaiknya seluruh penduduk segera dievakuasi ke ruang bawah tanah yang sudah di siapkan oleh kerajaan," ucap Rika.

Semua orang di sana menganggukkan kepala setuju dengan saran yang di berikan oleh Rika. "Nico, persiapkan seluruh pasukan. Aku ingin seluruh pasukan dalam kondisi siap perang," perintah Rika. "Baik, Yang Mulia," ucap Nico. "Keempat pasukan kerajaan akan berada di bawah kepemimpinanmu, Nico," ucap Rai dengan diikuti anggukkan kepala dari para pemimpin keempat kerajaan besar. "Baik," jawab Nico.

"Bagaimana dengan Academy?" tanya Uta. "Bagaimanapun, kita tidak bisa membahayakan para pelajar. Mereka akan ikut sebagai petugas yang akan membantu dan melindungi penduduk selama evakuasi berlangsung," jawab Rika. "Baik, kalau begitu akan saya sampaikan kepada pihak Academy," ucap Uta. "Baiklah, aku serahkan kepadamu Uta," ucap Rika. Uta hanya menganggukkan kepala sebagai jawaban.

"Kalau begitu, kita mulai persiapkan semuanya sebelum pasukan kegelapan bergerak," ucap Rai. "Baik!" jawab semua orang yang ada di ruang rapat bersamaan.

***

Alecia, Alvis dan Eliar baru saja kembali dari Academy. Kedatangan mereka langsung disambut dengan keadaan istana yang cukup berantakan. Para prajurit dari kelima kerajaan besar berkumpul dan terlihat sedang berlatih di sekita istana. Karena tempat latihan yang biasanya di gunakan oleh prajurit kerajaan Western tidak memenuhi untuk puluhan ribu prajurit yang saat ini ada di kerajaan Western.

"Oh, selamat datang kak Alvis, Alecia, Eliar," ucap Uta yang datang dengan diikuti Nico. "Apa kita sedang mempersiapkan sesuatu?" tanya Alvis. "Benar, kita sedang bersiap untuk perang yang entah kapan akan terjadi," jawab Uta. "Itu sebabnya kau sibuk sekali?" tanya Alvis. "Benar, baru saja rapat lima kerajaan besar selesai. Besok aku akan kembali ke Academy untuk menyampaikan sesuatu," jawab Uta. "Apa kau perlu bantuan?" tanya Alecia. "Ah, terima kasih. Tapi, kalian akan tahu nanti saat aku mengumumkannya di Academy," ucap Uta.

"Pangeran, kita sebaiknya segera pergi," ucap Nico. "Oh benar. Eliar, ikutlah denganku juga," ucap Uta. "Baik," jawab Eliar. "Pangeran Alvis dan Putri Alecia, sebaiknya kalian menemui Yang Mulia Raja Raizel dan Ratu Emerda," ucap Nico. "Baiklah kalau begitu," ucap Alvis, lalu ia dan Alecia langsung berjalan memasuki istana sedangkan Eliar, Uta dan Nico berjalan menuju tempat prajurit berlatih.

"Eliar, kau dan aku akan berlatih bersama untuk persiapan perang. Karena, kemungkinan aku, kau Alecia dan kak Alvis akan ikut dalam pertempuran ini," ucap Uta. "Kalau begitu, bukankah lebih baik kita berlatih bersama dengan pangeran Alvis dan Putri Alecia?" tanya Eliar. "Paman dan Bibi ingin melatih mereka secara langsung, karena kekuatan mereka sama dengan orang tua mereka. Sedangkan kita akan berlatih bersama sebelum perang terjadi. Aku tidak pernah membayangkan bagaimana perang itu seperti apa. Tapi, tentu saja aku tidak ingin orang-orang di sekitarku terluka karena diriku yang lemah. Itulah mengapa kita akan berlatih bersama dan menjadi kuat bersama," jawab Uta.

"Pangeran, bukankah saya sudah mengatakan ini saat pertama kali saya bertemu dengan Anda. Saya akan melindungi Anda bagaimanapun caranya. Karena itu adalah tugas saya sekaligus rasa terima kasih saya kepada Kerajaan Western yang mau merentangkan tangannya untuk membantu kerajaan kami," ucap Eliar. "Kau tidak perlu khawatir, Uta," ucap Nico. Membuat Uta dan Eliar menatapnya bingung.

"Meskipun perang pasti akan ada banyak korban. Tapi, prajurit yang ikut berjuang di sini tidak takut meghadapi kematian, jadi kau tidak perlu khawatir semua itu kesalahanmu karena kau beranggapan dirimu lemah," ucap Nico. "Apa maksud paman? Tidak mungkin mereka tidak takut akan kematian," tanya Uta.

"Itu karena mereka sudah bertekat untuk melindung apa yang mereka sayangi. Sama seperti Yang Mulia Zen. Dia pernah berkata kepadaku dulu saat sebelum perang dengan pasukan kegelapan. 'Bukan kematian yang membuatku takut. Tapi senyuman yang menghilang dari orang-orang yang ada di sekitarnya', begitu katanya. Awalnya aku tidak mengerti. Tapi, setelah memperhatikannya, aku mulai paham dengan apa yang dia maksud," jawab Nico.

"Jadi, apa maksudnya paman?" tanya Uta. "Penderitaan orang-orang yang kehilangan orang yang mereka sayangi karena perang dari pasukan kegelapan. Itulah mengapa Yang Mulia Zen tidak pernah menyerah dan berdiri tegak dengan didampingi Yang Mulia Rika. Sehingga dapat mengembalikan senyuman orang-orang dan berhasil mengalahkan pasukan kegelapan. Jadi, kau tidak perlu menyalahkan dirimu karena kelemahan dirimu. Semua orang pasti memiliki kelemahan, kita hanya perlu melawan kelemahan kita dengan tidak pernah menyerah," jawab Nico.

"Entahlah, apa aku bisa?" tanya Uta. "Tentu saja kau bisa. Kau kan anak dari Yang Mulia Zen dan Yang Mulia Rika, sekaligus pangeran kerajaan Western," jawab Nico sambil mengelus kepala Uta lembut. "Terkadang aku sendiri tidak mengerti tugasku sebagai pangeran kerajaan cahaya," ucap Uta sambil menundukkan kepala dan tersenyum sedih. Membuat Nico menatapnya dengan senyuman yang memudar.

Bersambung...

Hai hai

Akhirnya via update juga hehe

Maaf sekali buat para penggemar cerita ini

Sampai harus menunggu lama

Ini karena di bab ini via awalnya tidak berada di jawaban buntu seperti judul bab sebelumnya hehehe

Lain kali akan via usahakan rajin update di sela-sela kesibukan RL

Harap kalian bisa bersabar hehehe

Gokigenyou

Bab Selanjutnya :

Arti dari Pangeran Cahaya

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top