Bab 13~Apakah Benar Zen Terbunuh?
Uta masih terlihat memperhatikan sekitar untuk menemukan kedua sosok orang misterius yang berjubah putih itu. Tiba-tiba ia merasakan bahunya di sentuh oleh seseorang. Uta langsung tersadar dan menatap kearah Alecia yang menepuk pundaknya dengan eskpresi bingung. "Ada apa Uta?" tanya Alecia. "Tadi aku mendengar suara ayah," jawab Uta.
"Tidak mungkin. Bagaimana bisa kau mendengar suara paman Zen?" tanya Alecia yang tidak percaya. "Aku tahu, mungkin aku perlu bertanya kepada Ibunda," jawab Uta. "Putri Alecia, pangeran Uta. Ada apa?" tanya Rafael yang menghampiri Uta dan Alecia bersama Eli. "Bukan apa-apa. Ayo kita segera ke istana," jawab Alecia cepat. Eli yang menyadari keanehan di antara Alecia dan Uta menjadi khawatir.
Ia menatap Uta yang menundukkan kepala dan terlihat sedih. Namun, ia tidak bisa melakukan apapun. Karena gadis itu yakin jika itu bukanlah urusannya. Uta dan yang lainnya langsung berjalan kembali ke Istana. Begitu tiba di istana, seperti biasa Alen sudah berdiri di depan pintu istana menyambut kedatangan Uta dan yang lainnya. "Selamat datang, pangeran Uta, putri Alecia dan semuanya," ucap Alen. "Alen, kami ingin langsung menggunakan tempat latihan kerajaan untuk berlatih sebelum pertandingan sekolah. Apa kau bisa bilang ke Nico untuk mengosongkan ruang latihan?" tanya Uta.
"Baik, akan saya lakukan," jawab Alen. "Baiklah kalau begitu, kami akan menunggu di ruanganku, dan juga minta pelayan untuk menyiapkan camilan di ruanganku," jelas Uta. "Baik, pangeran," jawab Alen lalu membiarkan Uta dan yang lainnya melewatinya. "Apa kita tidak masalah masuk ke ruangan pangeran?" tanya Eli. "Hm? Memang kenapa tidak boleh?" tanya Uta yang bingung dengan pertanyaan Eli. Tiba-tiba Alecia mendekati Uta lalu membisikkan sesuatu.
Membuat Eli dan Rafael menjadi penasaran. "Kalian tidak perlu khawatir. Ruanganku tidak istimewa. Jadi kalian bisa sedikit santai," jelas Uta tiba-tiba setelah Alecia menjauh darinya. Membuat Rafael dan Eli terdiam dengan bingung.
***
Begitu tiba di ruangan Uta. Uta dan Alecia dengan tenang duduk di tempat mereka masing-masing. Alecia duduk di sofa yang ada di depan meja kerja Uta, dan Uta duduk di meja kerjanya. Sedangkan Eli dan Rafael tetap berdiri di depan pintu yang sudah tertutup. Mereka merasa aura mengintimidasi di sekitar mereka.
"Kenapa kalian tidak duduk?" tanya Alecia bingung. "Ah, tidak. Kami bisa berdiri saja," jawab Eli. Tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu. Negitu Uta mengatakan 'masuk', seorang pelayan langsung masuk dengan membawa camilan sesuai permintaan Uta dengan kereta dorong kecil yang di atasnya berisikan makanan ringan dan minuman. "Letakkan saja di meja," perintah Uta. Pelayan itu menganggukkan kepala lalu melakukan sesuai yang di perintahkan. Setelah selesai, pelayan itu memberikan hormat sebentar lalu berjalan meninggalkan ruangan Uta.
"Duduk dan nikmati saja, untuk mengosongkan tempat latihan membutuhkan waktu," ucap Uta. Rafael dan Eli menganggukkan kepala lalu duduk di hadapan Alecia. "Uta, apa kau harus mengerjakan dokumen itu sekarang?" tanya Alecia membuat Eli dan Rafael menatap Uta yang sibuk dengan dokumen yang menumpuk di mejanya. Membuat Eli dan Rafael terkejut, ternyata menjadi putra mahkota itu tidak selalu tidak mempunyai pekerjaan, sebaliknya sebagai putra mahkota, Uta harus mengerjakan banyak dokumen yang untuk membantu Rika yang menjadi Ratu selama Uta belum memasuki cukup umur untuk menjadi seorang Raja pengganti Zen.
Uta terlihat fokus membaca dokumennya. Sehingga tidak mendengarkan apa yang di tanyakan Alecia. Hingga Alecia menepuk pundaknya dan membuat pemuda berambut hitam itu terkejut. "Ada apa?" tanya Uta. "Aku kira kau terlalu fokus dengan dokumenmu. Ternyata kau melamun, ada apa sebenarnya?" tanya Alecia. "Bukan apa-apa," jawab Uta. "Ap--"
Tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu. Setelah Uta mengatakan 'masuk', terlihat pria berambut hijau pendek dengan seragam kerajaan berwarna cokelat, pedang yang tergantung di pinggang kirinya dan di tangan kanannya terdapat tumpukkan kertas. "Oh, paman Nico. Apa ruangan latihan sudah di kosongkan?" tanya Uta. "Sudah, Pangeran. Dan ini dokumen yang harus Anda periksa," jawab Nico. Baiklah, letakkan saja di meja. Aku dan yang lainnya harus segera berlatih.
"Ah, pangeran. Sebelum Anda berlatih, Yang Mulia Ratu memanggil Anda," ucap Nico. "Ibunda? Kenapa?" tanya Uta. "Saya kurang tahu, pangeran," jawab Nico. "Baiklah kalau begitu. Alecia, kau aja Eli dan Rafael duluan. Aku akan menyusul, kakak seharusnya sudah perjalanan kembali ke istana," ucap Uta. "Baiklah kalau begitu. Eli, Rafael ikuti aku," ucap Alecia. Rafael dan Eli menganggukkan kepala lalu berjalan mengikuti putri kerajaan Fiore itu.
Sedangkan Uta berjalan dengan diikuti oleh Nico. "Paman Nico, apa menurutmu ayah benar-benar sudah meninggal?" tanya Uta tiba-tiba. Membuat Nico menatapnya dengan terkejut. "Bukankah kalian belum menemukan jasad ayah dan Leo. Bukankah berarti itu ada kemungkinan jika ayah masih hidup?" tanya Uta. "Jika benar yang di lawan Yang Mulia Zen adalah pasukan kegelapan, kemungkinan Yang Mulia Zen yang memiliki kekuatan cahaya, saat di tusuk oleh pedang kegelapan. Maka tubuhnya akan menghilang menjadi butiran cahaya, pangeran," jawab Nico.
"Apa? Aku baru mengetahui hal itu," tanya Uta yang berhenti lalu berbalik menatap Nico. "Sebagai keluarga kerajaan cahaya seperti kerajaan Western yang menjadi pusat dari kekuatan cahaya. Ada larangan bagi keluarga kerajaan pemilik kekuatan cahaya terbesar seperti Yang Mulia Alluca dan Yang Mulia Zen. Jika mereka terbunuh dengan pedang kegelapan, tubuh mereka akan menghilang menjadi butiran cahaya," jawab Nico.
"Tidak mungkin, kau pasti bohong kan?" tanya Uta yang terlihat mulai panik. "Itu adalah larangan yang sudah menjadi turun-temurun di keluarga kerajaan, Pangeran. Jika Yang Mulia Zen masih hidup, seharusnya Yang Mulia Rika bisa merasakan keberadaannya. Namun, Yang Mulia Rika tidak bisa menemukan keberadaannya di dunia ini. Itulah mengapa pangeran..." Nico menggantungkan ucapannya lalu menyentuh bahu Uta.
"Tolong lebih waspada dengan pasukan kegelapan. Anda mempunyai kekuatan cahaya yang lebih besar. Karena Anda adalah putra dari kedua pemimpin cahaya," lanjutnya. Membuat Uta terdiam. "Jika Anda tidak percaya dengan ucapan saya. Anda bisa bertanya kepada Yang Mulia Rika untuk lebih jelasnya," ucap Nico. "Bukannya aku tidak percaya denganmu, paman. Tapi..."
Tiba-tiba Nico meletakkan tangannya di kepala Uta sambil tersenyum lembut. "Yang Mulia Ratu sudah menunggu Anda. Sebaiknya Anda tanya langsung kepada beliau," ucap Nico. Uta hanya menganggukkan kepalanya lalu berjalan kembali menuju ruangan ibundanya.
***
Seorang wanita berambut cokelat muda tengah duduk dengan menikmati teh yang baru saja di siapkan. Tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu. "Masuk," perintah wanita itu. Terlihat Uta yang masuk bersama Nico. "Kalian sudah datang, Nico, Uta," ucap wanita itu senang lalu meletakkan cangkir tehnya. "Semoga dewa cahaya Licht selalu melindungi Anda, Yang Mulia Ratu," ucap Uta dan Nico sambil membungkukkan badan sebentar.
"Astaga, kalian terlalu formal. Santai saja. Uta, ibu sudah lama tidak melihatmu. Sering-seringlah mengunjungi ibu," ucap Ratu kerajaan Western, Rika. "Maaf, Ibunda. Saya masih banyak bekerjaan dan mempersiapkan diri untuk pertandingan Academy," jelas Uta. "Wah ... Uta-ku akan mengikuti pertandingan Academy? Jadi, siapa anggota kelompokmu? Apa kau mempunyai teman baru? Bagaimana sekolah? Apa menyenangkan?" tanya Rika secara bertubi-tubi.
"Ibunda, tolong tenang sedikit. Saya mempunyai teman baru, sekolah juga biasa saja. Untuk anggota kelompok, Ibunda bisa melihat mereka langsung di ruang latihan," jawab Uta. "Wah ... Jadi kau sudah membawa mereka berlatih di istana?" tanya Rika semangat. "Benar, karena di tempat latihan sekolah pasti banyak yang memperhatikan. Jadi, aku mengajak mereka untuk berlatih bersama di istana. Apa bisa?" jawab Uta. "Kenapa kau bertanya. Ibunda tidak pernah melarang apapun yang kau lakukan. Tapi, kau harus bisa bertanggung jawab dengan keputusanmu sendiri, mengerti?" tanya Rika tegas. "Baik," jawab Uta.
"Kalau begitu, Uta. Ibunda memanggilmu kesini, karena ibunda tahu jika kau mau bertanya sesuatu yang berhubungan dengan ayahmu, benarkan?" tanya Rika tegas. Membuat Uta dan Nico terkejut. "Benar, Ibunda. Kalau ibunda sudah tahu, aku akan langsung bertanya. Apa benar jika keturunan cahaya memiliki larangan, jika sampai tertusuk oleh pedang kegelapan. Tubuh mereka akan langsung menjadi butiran cahaya?" tanya Uta. "Benar," jawab Rika.
Membuat Uta sangat terkejut. "Jadi, apa benar jika Ayah meninggal?" tanya Uta. "Itu benar, karena ibu tidak bisa merasakan aura cahaya ayahmu," jawab Rika. Membuat Uta menundukkan kepala dengan sedih. "Itu yang ibu rasakan dulu," lanjutnya. Membuat Uta dan Nico terkejut menatapnya. "Maksud ibunda apa?" tanya Uta bingung. "Beberapa jam yang lalu, ibu sempat merasakan aura cahaya milik ayahmu di kota," jawab Rika sambil berjalan kearah jendela dan menatap pemandangan ibukota kerajaan Western. "Jadi, maksud ibunda. Ada kemungkinan jika ayah masih hidup?" tanya Uta.
"Benar, meskipun sekecil apapun aura itu. Itu sudah menjadi sebuah petunjuk bagi kita. Ada kemungkinan jika Zen masih hidup. Tapi..." tiba-tiba Rika menggantungkan kalimatnya dan menunjukkan ekspresi yang sendu. "Ada apa ibunda?" tanya Uta. "Jika Zen ada kemungkinan masih hidup. Berarti, ada kemungkinan jika dia dan Leo terpengaruh dengan pasukan kegelapan," jelas Nico. Membuat Uta menatapnya.
"Tidak mungkin," ucap Uta. "Itu benar. Meskipun Zen memiliki kekuatan cahaya yang sangat besar. Namun, dia juga mempunyai keturunan dari Yang Mulia Liza. Yang Mulia Liza adalah keturunan kekuatan kegelapan. Jika saja ada sesuatu yang memicu kebangkitan kekuatan kegelapan Zen. Maka, ada kemungkinan jika Zen saat ini berada di sisi pasukan kegelapan," jelas Rika. Membuat Uta menjadi sangat terkejut dengan apa yang dia dengar.
Tidak mungkin jika ayah yang sangat ia kagumi menjadi bagian dari pasukan kegelapan. Ini sungguh tidak bisa di percaya. Jika seperti ini, jadi salah siapa?
Bersambung...
Hai hai!!
Akhirnya via bisa sempet buat update nihhh
Yeayy pembacanya sudah seribu!!
Semoga kalian suka dan terhibur dengan cerita ini.
Kritik dan saran akan sangat membantu via untuk lanjutan ceritan ini lebih baik
Kalau begitu sampai jumpa lagi
Gokigenyou
Bab selanjutnya :
Sisi kegelapan
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top