Bab 1~Pangeran

Seorang anak laki-laki berambut hitam dan berumur sekitar lima tahun. Tengah dengan senangnya berlari kesana kemari dengan mengayunkan pedang kayu berukuran kecilnya dengan senang. Seorang wanita berambut coklat muda dengan tenangnya membaca buku di bawah pohon sambil menemani putra kecilnya itu bermain. "Ayah!" teriak anak itu senang saat melihat seorang pria berambut hitam, bermata hijau dengan seragam kerajaan hitam dan mahkota kecil yang menghiasi rambutnya.

Pria itu berlutut lalu merentangkan tangannya saat putra kecilnya itu berlari dengan senang kearahnya dan langsung memeluknya. Membuat wanita yang tadi duduk dengan tenang langsung berdiri dan berjalan menghampiri ayah dan anak itu dengan senang. "Apa pekerjaanmu sudah selesai, Zen?" tanya wanita itu lembut yang ternyata adalah Rika.

"Begitulah," jawab Zen santai. "Jadi, ayah bisa bermain denganku?!" teriak anak itu ceria. "Tentu saja, ayah akan bermain denganmu dan ibu," ucap Zen sambil tersenyum senang. "Yeay!" teriak anak itu senang. "Kau ingin bermain apa?" tanya Zen setelah melepaskan pelukannya. "Bagaimana jika kita beradu pedang ayah? Permainan pedangku sudah lebih baik!" teriak anak itu senang.

"Benarkah? Baiklah, mari kita coba lihat kemampuanmu yang sekarang, Uta," ucap Zen lalu memunculkan pedang kayu dengan sihirnya. Uta yang melihat itu langsung menatap takjub pedang kayu yang tiba-tiba muncul di hadapannya. Ayahnya ini memang yang terbaik. Uta menggerakkan tangannya mengayunkan pedang kayunya dengan ceria. Sedangkan Zen hanya menahan serangan putranya dengan santai.

"Yang Mulia," panggil seorang pria berambut hijau tua yang datang lalu membungkukkan badan. Membuat Zen dan Uta berhenti bertarung. "Ada apa, Nico?" tanya Zen datar sambil membawa Uta yang terlihat senang dalam pelukannya. Membuat Zen tersenyum senang. "Yang Mulia, Anda harus ke balai rapat sekarang," ucap Nico tegas. Mendengar hal itu. Zen melirik Nico tajam dan Rika menatap Nico dengan khawatir.

Entah mengapa Rika mendapatkan firasat buruk akan hal ini. Nico yang terlihat panik meskipun di sembunyikan. Masih bisa terlihat jelas bagi Rika dan Zen. "Baiklah," ucap Zen tajam lalu menurunkan Uta. "Apa ayah akan pergi lagi?" tanya Uta kecewa. Zen berlutut lalu mengelus kepala putranya dan tersenyum lembut. "Ayah ada urusan. Jangan khawatir, ayah pasti akan kembali," jelas Zen.

Uta menganggukkan kepalanya mantap sambil tersenyum ceria. "Aku pergi dulu," ucap Zen tegas kepada Rika. Rika menganggukkan kepala sebagai jawaban. Setelah itu, Zen berjalan meninggalkan taman kerajaan dengan diikuti Nico. Rika yang menatap punggung Zen yang semakin menjauh menjadi sangat khawatir. Sebenarnya ada apa?

***

Para Menteri dan perdana menteri kerajaan telah berkumpul di satu tempat yang luas. Menunggu kesatangan sanga pemimpin Merek. Hingga beberapa menit kemudian Zen akhirnya datang bersama Nico. Membuat semua orang di sana berdiri untuk menyambut kedatangan Raja mereka. "Langsung saja berikan laporannya," perintah Zen tegas.

"Kerajaan Ilorn meminta kita untuk membantu mereka dalam melawan pasukan yang di duga adalah pasukan kegelapan," jelas seorang pria berambut biru muda dengan seragam yang terdapat emblem lambang perdana menteri kerajaan. Membuat semua orang di sana terkejut mendengar penjelasan sang perdana menteri.

"Jadi, maksudmu ada kemungkinan pasukan kegelapan bangkit kembali, Usui?" tanya Zen tajam. "Benar, Yang Mulia," jelas Usui tegas. Usui Ebern Valcon, pria yang di anggap sebagai seorang jenius muda. Ia berhasil menjadi perdana menteri kerajaan diumurnya yang masih dua puluh satu tahun dan sudah mendapingi Zen selama tiga tahun.

Berkatnya, kerajaan Western dapat melewati masa krisis akibat perang suci yang terjadi. Perdana menteri yang mendapatkan sebutan 'Si Hati Besi'. Ia terlihat sangat tegas dan dingin. Namun di balik itu semua. Sebenarnya ia memiliki sifat yang penyayang dan kekanak-kanakan. Terkadang ia suka sekali mengganggu Uta dan berhasil mendapatkan ancaman dari Zen.

"Bagaimana jumlah pasukan kita?" tanya Zen. "Sepertinya, kita tidak akan bisa mengirim bantuan, Yang Mulia. Karena, jumlah pasukan kita juga terbatas akibat bantuan yang kita berikan kepada kerajaan lain," jelas seorang pria silver dan bermata merah yang terlihat tajam dengan seragam militer berwarna hitam dan emblem jangkar di dadanya.

"Apa kita tidak bisa mengirim pasukan jumlah pasukan sebanyak yang kita bisa? Untuk penjagaan kerajaan. Aku yakin kalian bisa menanganinya, bukankah begitu, Astin?" tanya Zen bingung. "Tapi, itu tidak mungkin, Yang Mulia," jawab Astin.

"Benar Yang Mulia. Itu tidak bisa, Yang Mulia. Mungkin kerajaan bisa di jaga dengan baik. Namun, hal itu akan mempengaruhi keuangan kerajaan. Karena kami harus memperketat penjagaan dan mengurangi jumlah barang dan pedagang yang keluar masuk kerajaan," jelas pria berambut kuning pucat berkacamata dan dengan seragam serba hitam.

"Jadi, maksudmu kita akan mendapatkan lubang yang besar dalam keuangan kerajaan, begitu Aleot?" tanya Zen tajam. "Benar,Yang Mulia," jawab Aleot tegas. Membuat Zen terdiam dan menghembuskan napas pasrah. Ia mencoba berpikir untuk menemukan titik terang dalam masalah ini.

Astin Bernerd adalah menteri pertahanan kerajaan. Ia telah banyak berjasa kepada kerajaan Western dalam menjaga keamanan kerajaan. Jika Astin berkata bahwa jumlah prajurid tidak memungkinkan untuk membantu kerajaan Ilorn. Berarti itu tidak mungkin. Sedangkan Aleort Etern adalah Menteri Keuangan kerajaan. Ia memiliki sifat yang tegas dan sangat teliti dalam pekerjaannya.

Kedua pria itu juga mendapatkan sebutan sebagai jenius termuda. Astin sangat pandai dalam berpedang dan strategi. Aleort sangat pintar dalam perhitungan dan sangat teliti. Mereka juga mempunyai sama seperti Usui yang mendapatkan julukan 'Si Hati Besi' dan sangat suka mengganggu Uta. Membuat Zen memerintahkan Nico dan Leo untuk menjauhkan Uta dari ketiga menteri yang menjengkelkan itu.

"Baiklah, sudah di putuskan. Aku yang akan pergi langsung bersama beberapa pasukan," jelas Zen tiba-tiba. Membuat semua orang di sana sangat terkejut dan mulai berselisi untuk menolak akan hal itu. Membuat Zen mulai kesal karena ruang rapat menjadi sangat berisik. "Diam!" bentak Zen sambil memukul meja hingga mejanya menjadi hancur. Membuat semua orang di sana seketika terdiam.

"Kalau begitu kalian berikan solusi kepadaku, jika kalian hanya mementingkan keegoisan kalian sendiri tanpa membantu aliansi yang telah membantu kita selama perang suci. Lebih baik kalian diam atau akan aku putus lidah kalian!" ucap Zen tajam. Membuat semua orang di sana terdiam dengan merinding.

"Karena kalian diam saja. Maka sudah di putuskan, aku akan pergi dengan beberapa prajurit Matahari, baiklah Nico. Kau yang siapkan prajuritnya. Kalau begitu rapat di tutup, aku masih banyak pekerjaan" jelas Zen santai lalu berdiri dan berjalan meninggalkan ruang rapat begitu saja. Membuat semua orang di sana hanya terdiam menatap kepergian Zen.

"Sungguh, Yang Mulia terlalu memaksakan diri. Bagaimana bisa beliau sendiri yang pergi ke medan perang, meskipun kita belum terlalu jelas jika itu memang benar pasukan kegelapan yang menyerang," ucap pria tua berambut merah dan berbadan kekar. "Bagi Yang Mulia, itu masih tidak seberapa, tuan Orion," ucap Nico sambil tersenyum kecil. Membuat pria yang di panggil Orion itu menatapnya bingung.

"Menurut Yang Mulia. Bantuan yang di berikan oleh para aliansi saat perang suci sangatlah besar dan tidak bisa di bandingkan. Anda tahu sendiri jika perang suci saat itu adalah perang yang sangat bersejarah bagi kerajaan cahaya seperti kerajaan Western ini. Bagaimana mungkin Yang Mulia akan membiarkan hal itu jika aliansi membutuhkan bantuan," jelas Nico sambil berdiri dengan membawa dokumennya.

"Oh ya. Tuan Astin, tolong mulai siap untuk merekut beberapa prajurit baru dari academy militer kerajaan. Setelah Yang Mulia pergi. Kita harus bisa memastikan jika kerajaan benar-benar aman dan jumlah pasukan kita harus mulai bertambah. Aku mendapatkan kabar jika pasukan dari beberapa kerajaan Aliansi akan kembali. Ternyata mereka melawan para monster yang tiba-tiba muncul dan mereka bukanlah monster yang kuat sehingga mereka menyelesaikan hal itu lebih cepat. Aku sudah menginformasikan hal ini kepada Yang Mulia," jelas Nico di depan pintu.

"Baik!" ucap Astin tegas. "Baiklah, sebaiknya semuanya kembali berkerja. Karena kita akan mulai sangat sibuk," jelas Nico sambil tersenyum ramah sebelum berjalan meninggalkan ruang rapat. "Sungguh hebat tuan Nico. Memang tangan kanan Raja bukanlah hanya sebatas sebutan saja," jelas Aleort takjub. "Oyy! Aku juga tangan kanan Raja," ucap Usui tidak terima.

"Diam kau perdana menteri tidak berguna!" ucap ketiga orang di ruangan itu tegas. Seketika Usui merasa jantungnya seperti di tusuk dengan keras. "Kalian sungguh kejam. Aku akan pergi saja," ucap Usui sambil berjalan lemas meninggalkan ruang rapat. "Ahaha ... Dia masih saja seperti itu. Baiklah, sebaiknya kita juga menjalankan tugas kita. Atau Yang Mulia akan marah besar," ucap Orion. Astin dan Aleort menganggukkan kepala setuju lalu berjalan meninggalkan ruang rapat untuk segera mengerjakan perkerjaan mereka.

Bersambung...

Hohoho...

Muncul deh para tokoh baru dan yang pasti kalau kalian bayangi cogan lol

Okay

Gokigenyou

Bab selanjutnya :

"Persiapan Keberangkatan"

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top