💐 birthday post: tempat berpulang [harsa]
"DIKA, ENGGAK PULANG BARENG KAK YUSUF?"
Dikatakan Harsa dengan hati-hati. Dinda telah izin pulang duluan, dijemput oleh orang tuanya karena kakeknya sedang kritis di rumah sakit. Di dalam lubuk hati, Harsa merasa tak enak hati. Ia membuat Dinda merasa bersalah dan memohon maaf berkali-kali. Pun ia memotong waktu berduaan Dika dan Kak Yusuf yang mulai menipis—Kak Yusuf semester depan sudah ujian, mungkin juga sudah siap-siap untuk merantau ke luar kota, sebagai seorang teman baik, Harsa tahu bahwa Kak Yusuf bagai dunia buat Dika, membuatnya semakin merasa bersalah karena telah menjauhkan Dika dari dunianya. Tapi menolak pun tak bisa. Karena itulah, dengan seragam pramuka yang mulai berantakan dan celana panjang cokelatnya yang mulai kotor, ia melangkah beriringan dengan Mahardika. Pulang bersama.
"Izin dulu." Didengarnya, Dika menjawab santai. Seakan Harsa bukanlah bebannya (dan Harsa tersadar, Dika memang tidak pernah menganggapnya sebagai beban). "Soalnya kapan lagi aku bisa pulang bareng Harsa? Harsa kan ulang tahun hari ini. Enggak bakal keulang besok."
Mendengarnya membuat Harsa tertawa kecil. Rasa hangat mulai merayap di dadanya (biarpun di satu sisi, ia merasa tak enak pada Yusuf yang terpaksa pulang sendirian—tapi tak mungkin ia mengatakannya keras-keras di hadapan Dika, kesannya ia tidak menghargai). Tahun lalu, mereka berjalan bertiga menuju sekolah dan rumah masing-masing. Tahun lalu, baik Dika dan Dinda, keduanya bersikeras mengantar Harsa menuju rumahnya (yang jauh sendiri, yang nyaris-nyaris berada di tempat paling ujung Jalan Peternakan). Tahun lalu, tiga pasang kaki mereka melangkah bersama melewati Rumah Sakit Hewan yang tampak seperti kota mati di senja hari, dan panti-panti sosial yang riuh ramai. Alasan mereka, dengan adanya sekelompok anak-anak nakal yang merisaknya, Harsa tidak bisa dibiarkan sendirian. Dan itu berhasil. Figur Mahardika yang begitu tinggi, tegap, serta mengintimidasi, dan Dinda yang tidak segan menabok orang-orang mencurigakan dengan tasnya merupakan dua pengawal yang tepat untuk Harsa yang dirisak. Ditambah dengan bantuan teman-teman yang lainnya, kasus itu pun selesai dengan damai.
Sekalipun kedamaian itu tidaklah selamanya.
(tapi tak enak hati dirinya mengatakan ini kepada Dika dan Dinda, kepada Didit dan Bang Juna, kepada siapapun—Harsa sudah terlalu banyak merepotkan.)
Tapi di hari ini, di hari ulang tahunnya ini, Harsa seakan diingatkan bahwa ia memiliki teman-teman yang baik. Tanpa ia duga, Dika dan yang lainnya memberikan kejutan di ruang UKS. Ada sesi potong kue dan pemberian hadiah serta surat-surat (belum Harsa buka, rencananya di rumah, sekalian ia bercerita kepada kakeknya. Kakek suka sekali dengar cerita Harsa dan teman-temannya). Ada begitu banyak pelukan hangat. Ada begitu banyak cinta.
Ia tidak pernah membayangkan akan dicintai banyak orang seperti ini.
"Makasih. Harsa enggak nyangka kalau Dika dan yang lainnya sampai nyiapin kejutan kayak gini."
"Bilang apa sih? Kan wajar." Dika mengerjap kebingungan, kepalanya sedikit dimiringkan. Harsa pikir, Dika menggemaskan, "Harsa kan temennya Dika, yang lainnya juga temennya Harsa."
Setelah mengatakannya, Dika tersenyum begitu lebar. Begitu lepas.
Teman, ya. Teman. Kata itu menimbulkan sensasi aneh di dalam dada. Sensasi yang menyenangkan dan hangat.
Rasanya seakan Mahardika memeluknya dengan sangat erat. Menguatkannya. Membuat kedua matanya mulai memanas.
Saat memasuki SMA, yang terpikirkan oleh Harsa hanyalah bertahan. Bertahan sebaik mungkin, beradaptasi agar ia tidak menjadi sasaran jika ia berbeda sendiri. Sayangnya, beberapa orang masih menganggapnya bagai gulma yang terselip di antara barisan padi. Seorang penganggu. Apa salahnya? Sampai sekarang, tiap kali ia bertanya apa salahnya, yang ia dapatkan selalu tawa mencemooh. Sampai sekarang. Hanya teman-temannya, hanya Dika dan yang lainnya yang tak pernah menganggapnya sebagai gulma. Ia pikir, kali ini, ia tidak perlu memberitahu siapapun. Ia akan jadi lebih berani dan menyelesaikan semua perisakan ini tanpa bantuan siapapun.
Sebuah pertemanan. Sebuah tempat berpulang. Sebuah suntikan keberanian untuknya melangkah dan melawan. Ini saja sudah merupakan kado terbaik yang Harsa dapatkan seumur hidupnya.
Ke manapun ia berlari, selalu ada teman-temannya yang akan merentangkan tangan, mengajaknya pulang. Selalu. [***]
//
happy birthday, song hyeongjun! wish you all the best! :"D
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top