Your Heart ➡️ KentaRui

Cast: Kenta Kamiya x Rui Yonamine

Plot idea by Liem Meciau
Inspired while chatting with Emmy-chan, Arigatou 😚

***

Dua orang pria dewasa terlihat sedang asyik bercakap-cakap di salah satu meja sebuah restaurant khas Jepang. Pria yang memiliki wajah lokal ala orang Jawa, Indonesia itu beberapa kali tertawa mendengar lelucon pria bersurai ungu yang tertutup topi di sebelahnya.

"Cenayang memang beda ya?" Begitulah tanggapan Kenta nendengar cerita Rui. Yang dipuji hanya terkekeh sambil menutupi bibirnya dengan kepalan tangannya.

"Kenta, kau mau aku ramal juga?" Celetuk Rui membuat pria di sampingnya tersentak.

"Berikan tanganmu." Tangan kanannya menengadah.

"Tidak mau. Lebih kau melamarku daripada meramalku." Kini Rui yang dibuat tercengang mendengar jawabannya.

Kenta menggeleng. "Tidak.. tidak.." Kedua tangannya melambai-lambai menolak tawaran teman masa kecilnya itu. "Aku hanya bercanda. Mukamu terlihat serius." Ia terkekeh.

Hampir saja. Bagaimana jika Rui mengetahui perasaannya dan menanggapi jawabannya dengan serius? Tidak mungkin. Sahabatnya itu hanya bisa melihat aura kan? Tidak mungkin bisa melihat isi hatinya. Rui masih terdiam. Kembali tangannya meraih gelas sake yang sudah hampir kosong. Hanya untuk mengalihkan perhatian Kenta yang sedari tadi terus menatapnya.

Kenta, bercandamu keterlaluan. - Ruirui

***

"Aku akan membayar tagihan. Setelah itu, ayo kita pulang." Kenta beranjak menuju kasir setelah Rui mengiyakannya.

Mereka jarang menghabiskan waktu berdua. Namun karena aktifitas latihan dance diliburkan sementara akibat Corona virus, Kenta memintanya untuk menemani makan malam sambil bernostalgia. Sebenarnya Riku dan Zin ingin ikut bersama mereka namun dengan segala alasan akhirnya Kenta bisa mempertahankan makan malam spesialnya bersama pria yang spesial juga baginya.

Dari kejuhan terlihat raut wajah Kenta yang sedang panik. Rui meneguk sisa-sisa sake kemudian berjalan menghampirinya. Tangan Rui menepuk pundaknya. "Kau lupa membawa debit card?"

Kenta terkekeh. Ia sangat malu. Padahal ia yang mengajak Rui makan malam tapi ia sendiri yang membuat Rui membayar tagihannya. "Maafkan aku, Rui. Nanti akan kuganti."

"Santai saja. Nih..
..Ah iya, pinnya tanggal ulang tahunmu." Rui menyerahkan debit card padanya lalu menunggu di sisi sebelahnya.

"Heh?" Kenta mematung untuk beberapa detik. Baru saja Rui memberitahu nomor pinnya adalah tanggal ulang tahunnya. Ia tersenyum kecil sebelum akhirnya menyelesaikan transaksi pembayaran.

"Sankyu, Rui. Ah, bagaimana kau tahu aku lupa membawa debit card?" Kedua pria itu sudah keluar dari restaurant. Mereka berjalan beriringan menuju kediaman masing-masing.

"Tentu saja aku tahu. Wajahmu tadi terlihat panik." Mereka berdua terkekeh.

Kenta menggaruk surai belakang menatap nanar punggung Rui yang berjalan beberapa langkah di depannya. Rui berbalik. Ia tersenyum melambaikan tangan pada sahabat masa kecilnya. Kenta sedikit berlari untuk menyamai langkah. Mereka kembali bercerita. Ada banyak hal yang tak pernah habis untuk mereka bagi. Beberapa hal memang hanya bisa Kenta ceritakan pada Rui. Begitu pula sebaliknya.

"Ngomong-ngomong mengapa tanggal lahirku?" Tanyanya penasaran.

Rui tersentak, "Ah, itu karena mudah diingat." Kenta mengernyitkan dahi. Alasannya sedikit tidak masuk akal bagi pria kurus itu. Ada sesuatu yang mengganjal pikirannya.

"Kau tidak sedang menipuku kan?" Pria bersurai ungu itu menggeleng menanggapi pertanyaan Kenta.

"Kalau begitu sekarang coba tebak berapa jumlah uang yang ada di dompetku?" Ia mencoba mencari celah kebohongan sahabatnya.

"200 yen." Tebak Rui asal-asalan.

"Kau tidak bisa menebaknya dengan benar. Coba sekali lagi." Kenta tertawa. Mana mungkin sahabatnya bisa menebak hal-hal rinci seperti itu dengan benar?

"Sudah ah. Nanti kalau aku menebaknya dengan benar, kau bisa terkejut." Rui menyudahi game tebak-tebakan itu.

"Eh, tunggu. Kau bisa menebaknya? Ayolah jangan bercanda." Kenta menggoyangkan tubuh Rui. Kepalan tangannya menyentuh dada sahabatnya beberapa kali.

Rui menatapnya. Lengkungan di wajahnya melebar. Gigi putih berbaris rapi tanpa komando.

"Jangankan isi dompetmu, isi hatimu pun aku tahu." Ia berkata dalam hati sambil terus memperhatikan Kenta yang masih tersipu.

Bahkan meskipun ia tidak memegang telapak tangannya, ia tetap bisa melihat seberapa besar perasaan suka Kenta padanya.

Jadi sampai kapan Kenta akan terus menunda untuk memberitahunya?

End

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top