One More Night SP ➡️ HoriLeiya

Hi dear, I suggest you read One More Night ➡️ HoriLeiya first before reading this one.

Special Part One More Night ➡️ HoriLeiya

"Leiya, kau yakin mau tidur?" Kepala Hori menyusup ke tenda.

Rekan setendanya sudah dalam posisi tidur terlentang. Tubuh si pemuda tersingkap selimut pemberiannya saat mereka bertukar goodies FNT kemarin. Matanya terpejam namun belum terlelap sepenuhnya.

"Iya." Jawabnya singkat tanpa menoleh, bahkan tetap dengan mata terpejam.

"Sebentar lagi ulang tahunku lho!" Rengek si pemilik marga Hori.

"Memangnya kenapa?"

"Apa aku harus mengatakannya dengan jelas agar kau bisa mengerti?"

Leiya tak menjawab. Segala hal yang dikatakan rekannya sama sekali tidak dipahami olehnya. Segalanya justru menjadi semakin rumit baginya.

"Aku ingin melihat bintang bersamamu. Kau tidak akan mengatakan hal itu 'kan?" Leiya membatin sejenak.

"DASAR KEBO!" Pekik Hori kesal.

"HAH? KALAU AKU KEBO, KAU APA? TUKANG TIDUR!" Umpat Leiya tapi dalam hati.

"Apa kau tidak mau menemaniku melihat bintang?" Nada suara Hori merendah.

Deg.

Kali ini Leiya membuka mata. Tentu saja ia ingin. Tunggu, apa yang barusan ia dengar? Hori ingin dia menemaninya melihat bintang? Sudahlah memangnya Hori harus meminta siapa lagi untuk menemaninya? Tidak ada siapapun di sini, selain mereka berdua.

"Ini karena kau sudah memasak untukku." Ujarnya dingin menutupi hangat perasaannya saat ini.

"Ayo, cepat keluar!" Seru yang sedang menanti detik-detik pergantian umurnya.

Leiya menyingkap selimutnya kemudian berjalan ke luar tenda sembari mendekap selimut untuk membantunya tetap hangat. Hori tersenyum kecil, kecil sekali hingga Leiya mungkin tak menyadarinya.

Mereka duduk di depan tenda, berdampingan satu sama lain. Sekeliling tampak legang. Kalau saja Leiya sendirian, mungkin suasana akan terasa sangat mistis namun Hori bersamanya meski tak ubah jadi romantis.

"Sudah pukul 11 lewat 57 menit. Ternyata kita tidur sangat awal ya?" Hori melirik ponselnya, melihat foto mereka sebagai lockscreen.

Leiya mengangguk setuju. Umumnya saat kemah, kamu akan terjaga sepanjang malam. Entah membicarakan apa, selalu ada banyak hal yang tak habis untuk diceritakan. Tapi tidak untuk Hori dan Leiya. Mereka bahkan sudah berada dalam selimut sejak pukul 9 malam.

"Tiga menit lagi ulang tahunnya tapi aku bahkan tidak menyiapkan apapun untuknya. Benar-benar bodoh." Leiya meratapi diri sendiri dalam hati.

"Hori, kau tau aku tidak membawa apapun untukmu. Aku minta maaf. Sebagai gantinya katakan saja apa permintaanmu."

"Bukankah sekarang kau ada di sini bersamaku? Itu sudah cukup bagiku." Pemuda jangkung itu tersenyum.

"Hori jangan senyum. Aku lemah sekali terhadap senyumanmu." Leiya membatin namun iris coklatnya tak menyia-nyiakan beberapa detik berharga itu.

"Kau tau, ini adalah salah satu ulang tahun terbaikku."

"Karena kau merayakannya bersamaku?" Tanya Leiya kelewat polos.

"Iya." Angguknya menyembunyikan senyum. "Karena hanya kau yang bisa datang."

"Happy birthday, Horinatsu. Sekarang tiup lilinnya." Perintah Leiya yang baru saja menyalakan sebuah pematik.

"Ini bahkan bukan sebuah lilin." Mereka berdua terkekeh.

"Fuhhh.." Yang bertambah umur meniup pematik selepas merapalkan doa.

Tak banyak yang ia minta namun tahun ini ada satu nama lagi yang disebutnya dalam doa. Nama yang kala ia dengar mampu membuat hatinya merasakan sensasi seperti masuk rumah hantu. Mendebarkan.

"Langit malamnya indah." Ujar Leiya menatap ke atas.

Lukisan cakrawala sedang bertabur kelap kelip bintang. Seperti sebuah planetarium sederhana. Hori sibuk mengabadikan pemandangan malam dengan kamera ponselnya. Setidaknya bisa ia pamerkan nanti pada seluruh temannya yang absen. Atau untuk ia kenang kala rindu seseorang.

"Kau percaya bintang jatuh?" Tanya Hori tiba-tiba.

Apa mungkin Hori percaya pada hal-hal seperti itu? Leiya sebenarnya tidak begitu percaya tapi kalau memang bintang jatuh bisa mengabulkan permohonan, ia ingin minta...

"Kalau sekarang ada bintang jatuh, kau mau minta apa?" Hori kembali bertanya.

"Satu hal saja, aku ingin kamu selalu bahagia." Jawab Leiya dalam hati.

"Rahasia. Kalau dikatakan nanti tidak terkabul." Kilahnya sok tau.

"Padahal tadinya mau kuberitahu tapi tidak jadi deh, takut tidak terkabul." Balas Hori sambil menguap.

Saat ini Leiya jadi penasaran. Kira-kira Hori mau minta apa ya? Ah, pasti sesuatu yang berhubungan tentang FANTASTICS atau seseorang yang sangat berharga bagi mereka.

Selang beberapa menit, tiba-tiba kepala Hori bersandar di bahu kekarnya. Awalnya Leiya terkejut namun lambat laun sudut-sudut bibirnya tertarik membentuk sebuah senyuman.

"Kalau sudah ngantuk, ayo pindah ke dalam." Ia menyentuh lengan Hori dengan jemari telunjuknya.

Tak ada respon dari pemuda yang memakai jaketnya. "Pasti dia kelelahan."

Leiya menurunkan sedikit pandangannya lalu mengusap poni depan Hori. "Bahkan wajah tidurnya pun begitu menggemaskan."

Ia kembali menatap langit. Iris coklatnya menangkap sebuah bintang jatuh melesat cepat. Segera ia menangkupkan kedua tangan kemudian mengucap doa dalam hati dengan mata terpejam.

"Semesta, buatlah orang yang kusukai selalu bahagia."

"Hori, barusan ada bintang jatuh. Semoga harapanmu juga dikabulkan semesta." Bisiknya lalu menyelimuti tubuh Hori dengan sebagian selimutnya.

"Aku juga berharap begitu, Leiya. Semoga semesta mengabulkannya." Batin Hori sebelum terlelap dalam sandaran Leiya, berbagi satu selimut di bawah miliaran bintang.

"Karena dirimu. Aku rela menukar segalanya dengan miliaran bintang."

Fin

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top