One More Night ➡️ HoriLeiya

Happy 23rd Birthday, Nacchan! May your lucky stars continue to shine and make all of your dreams come true. Enjoy your day with all of the pleasures. We love you.

I really miss this couple. Thank you so much CL Week brings their moment again so I dare to publish the story I wrote on July 15th, 2020. Happy reading!

***

Leiya membuka tenda kemudian menutupnya kembali sebelum menghampiri seseorang yang duduk di dekat tebing. Lelaki muda di ujung sana tampak santai. Ia hanya mengenakan kaos tanpa lengan dan celana pendek sambil menikmati cara senja berpamitan.

"Sedang apa kau di sini?" Tanya pemuda yang baru saja mengisi sisi kosong di sebelahnya.

"Leiya, coba lihat itu. Indah sekali bukan?" Ujar lelaki bermarga Hori, jemarinya menunjuk cakrawala jingga tak berujung.

Sebenarnya langit tampak biasa saja. Yang membuatnya jadi indah adalah seseorang yang melihatnya bersamamu. Atau seseorang yang mengisi penuh hatimu.

"Kau benar, pantas saja kau betah berlama-lama duduk di sini." Mata Leiya menyipit saat senyumnya merekah. Iris coklatnya tak bisa teralihkan dari seorang Hori.

"Bukan karena itu saja."

"Hah? Jadi ada hal lain lagi?"

"Iya, karena kau di sini bersamaku." Bisik lelaki itu membuat Leiya tersipu, kembali ia merasakan ritme yang berbeda di dalam hatinya.

"Berhenti menggodaku." Leiya mendorong sedikit tubuh lawan bicaranya. Sedikit saja, kalau terlalu keras nanti bisa jatuh ke jurang.

Hori hanya terkekeh melihat ekspresi malu-malunya. Sebenarnya mereka sudah berjanji akan kemah bersama malam ini sekaligus untuk merayakan ulang tahun Hori yang ke-23 tapi beberapa anggota ada keperluan mendadak. Taiki bilang dia sedang sibuk menyiapkan sesuatu, Sekai-san tidak mengatakan apapun, dia hanya bilang tidak bisa, Sawa ada acara keluarga mendadak, Sota diajak saudaranya ke kebun binatang, Keito menginap bersama Ayahnya di pemandian air panas, sedangkan Yusei, lagi-lagi dia bilang harus pergi ke rumah neneknya.

Hanya tersisa dirinya dan rekannya, Hori Natsuki. Leiya bukan mencari kesempatan meskipun ia senang memiliki waktu berdua dengan seseorang yang dipanggilnya 'Horinatsu', mereka akan menghabiskan malam bersama lagi seperti beberapa waktu lalu. Padahal dia sudah berjanji tidak akan berharap lagi tapi hati manusia tidak bisa bohong pada diri sendiri. Perihal suka itu memang tidak bisa dipaksa. Kalau kata rekan seniornya Hokuto-kun, bukan kamu yang memilih cinta tapi cinta yang memilihmu, dan begitulah hatinya memilih Hori.

Hori memegang ponselnya dengan senyum manis yang tersemat di bibirnya. Dia pasti sedang merekam langit senja. Seperti Leiya yang ingin merekam momen ini agar bisa kapan saja ia nikmati kembali dalam kenang.

"Mau mengambil foto bersama?" Tanya Hori.

"Heh? Bersama?"

Hori mengangguk lalu merangkul pundak Leiya. Ia sedikit terkejut namun tetap berusaha tenang. Kamera ponsel Hori mengabadikan foto keduanya dalam pose sederhana. Sesederhana semesta menggariskan takdir keduanya.

"Ayo kembali." Hori beranjak lebih dulu diikuti Leiya.

Mereka berdua berjalan bersama menuju tenda yang tak jauh dari tebing. Tiba-tiba kaki Leiya tersandung kerikil kecil. Serius, ini sama sekali tidak disengaja.

"Aaaa..." Teriaknya spontan.

Dengan sigap Hori menumpu tubuh Leiya yang kelihatan jauh lebih besar darinya. Untung saja ia kuat melakukannya hingga Leiya tidak sampai berciuman dengan tanah.

"Kau tidak apa?" Tanya Hori membantunya berdiri.

Pertanyaan wajar, Leiya jangan baper.

Leiya hanya mengangguk, "Terima kasih."

Bagi Leiya, jatuh di tanah mungkin tidak terlalu terasa sakit daripada jatuh hati pada Hori.

"Berhati-hatilah. Besok malam kita harus syuting CL Week. Aku tidak mau kau sampai terluka." Suruhnya membersihkan debu yang menempel di pipi Leiya.

Kalau Hori berkata begitu, jangan salahkan Leiya. Siapa yang tidak baper jika seseorang yang disukainya terlihat begitu mengkhawatirkannya?

"Lagi-lagi kau membuatku berharap lebih."

***

Bukit perkemahan yang indah ini memang cocok untuk menghabiskan waktu bersama teman-teman, namun nyatanya ini menjadi waktu bagi mereka berdua lagi. Leiya menyeduh dua buah pop mie untuk makan malam. Bahkan bersama Hori tak makanpun tak apa, semua terasa cukup. Tapi bohong, saat tengah malam perutnya terus saja berbunyi tanda secup pop mie belum cukup untuk memenuhi kebutuhan cacing-cacing di perutnya.

Leiya pura-pura tidur, tak ingin beranjak dari tempatnya sekarang. Lelaki muda di sisinya pasti juga sudah tertidur lelap. Semoga saja Hori tak mendengar suara rap dari dalam perutnya. Beberapa saat kemudian lelaki di sebelahnya bangun dan keluar dari tenda. Hori sedang melakukan sesuatu di luar. Baunya menyeruak begitu sedap. Apa dia juga masih kelaparan?

Lelaki bersurai hitam itu menggoyangkan tubuh Leiya dengan lembut, "Leiya, bangun. Ayo temani aku makan."

Leiya pura-pura membuka mata, seolah baru bangun dari tidur. Ia benar-benar menguap, ngantuk tapi lapar jadi tidak bisa tidur. Ia pun bangun dan duduk sebentar sembari memandang tubuh atletis Hori yang hanya dibalut dengan kaos putih tipis tanpa lengan. Otot lengannya terlihat jelas. Apa sih sebenarnya yang ia pikirkan? Apa Hori tidak kedinginan?

"Kau sebenarnya belum tidur 'kan?" Hori asal menebak tapi jawabannya benar.

"Hehe, ketahuan ya? Tapi terima kasih sudah membuatkanku omelet ini." Jawab Leiya cengengesan sebelum menyuap potongan omelet terakhir.

"Tidak apa, aku juga kelaparan." Kata Hori padahal itu hanya alasan supaya bisa membuatkan Leiya makanan.

Tau sendiri 'kan, Hori itu kalo udah mager gak bisa diganggu, mau ke toilet aja males apalagi harus memasak makanan tengah malam di bukit perkemahan begini. Tapi demi Leiya apa sih yang nggak?

"Apa kau cuma membawa mie dan telur?"

Leiya kembali cengengesan. "Hehe, iya. Kan kita menginap cuma semalam. Lagi pula kita cuma berdua. Apa menurutmu aku harus membawa daging untuk dipanggang?"

"Tentu saja. Lihat, kau bahkan masih kelaparan."

Leiya berusaha mengalihkan pembicaraan. "Kau sebaiknya memakai jaket, nanti kau masuk angin loh." Suruhnya menunjuk ke dalam tenda.

Memang sih saat syuting MV FANTASTIC 9 di Guam awal tahun ini, Hori sempat masuk angin. Dan Leiya paling panik di antara semua anggota. Taiki hanya memberikan Hori antangin tapi Leiya bersikeras ngerokin punggung Hori hingga ia merasa baikan. Cie, jadi nostalgia hehe.

"Aku gak papa kok masuk angin, asal jangan orang lain aja masuk ke hatimu." Jawab Hori membuat Leiya kehabisan kosakata untuk bicara.

Suasana kembali canggung. "Pokoknya kamu gak boleh berharap. Hori cuma sedang main-main." Leiya mengatakannya dalam hati.

Hori kemudian bersin-bersin. Leiya langsung membuka jaketnya dan memakaikannya di sisi belakang Hori. "Tuh 'kan, benar apa kataku."

"Kau mengkhawatirkanku?" Tanya Hori menatap kearahnya.

Leiya yang masih berdiri di belakang memberi jeda sebelum menjawab, "Tentu saja. Sudah ah, aku ngantuk."

Ia pun segera beranjak meninggalkan Hori di sana. Kalau suasananya jadi canggung 'kan aneh apalagi mereka tidur berdua dalam satu tenda.

"Selamat malam semesta, aku harap malam ini berjalan 2x lebih lambat dari biasanya atau matahari terlambat bangun supaya aku bisa berlama-lama dengan Hori Natsuki." Doa Leiya sebelum terlelap.

Fin

I actually wrote the special part. Should I publish it too? I'll do that later.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top