My Prayer ➡️ KazuHoku
"Kazuma, ayo putus."
Pria jangkung itu hanya diam mencerna kalimat yang baru saja diucapkan kekasihnya. Pria bermarga Yoshino menyudahi hubungan mereka. Segalanya telah berakhir di antara keduanya.
"Kazuma, kau mimpi buruk lagi?" Tanya Hokuto yang sudah duduk di sampingnya.
Kazuma mengatur nafasnya yang ngos-ngosan. Ini bahkan lebih berat daripada harus lari maraton dari rumah menuju tempatnya bekerja. Hokuto mengelus lembut punggung Kazuma untuk menenangkannya.
"Minum dulu." Suruh Hokuto sembari memberikan segelas air.
"Bagaimana jika ini nyata? Hokuto akan pergi meninggalkannya." Batin Kazuma menelan saliva.
Pandangan matanya terfokus pada sosok pria mungil bersurai kemerahan yang sedang menyentuh puncak kepalanya. "Jangan takut. Aku bersamamu."
"Hokuto..." Panggilnya lirih.
"Hmmm..."
"Aku mencintaimu." Ujar mereka bersamaan.
Kazuma tertawa kecil melupakan mimpi buruk yang menghantuinya selama seminggu terakhir.
"Seharusnya aku yang berkata seperti itu." Kazuma memanyunkan bibirnya.
"Kau sudah mengatakannya lebih dari seribu kali. Bersiap-siaplah. Kutunggu di bawah." Hokuto beranjak pergi namun Kazuma dengan cepat mengunci pergerakannya.
Iris mereka saling bertatapan beberapa detik sebelum Kazuma mengecup lembut bibirnya. Hokuto yang terkejut spontan menyentuh bibir dengan jari telunjuknya.
"Apa itu tadi?" Pertanyaan aneh tiba-tiba terlontar dari mulutnya.
"Ciuman selamat pagi." Jawab Kazuma santai.
Hokuto tertawa kecil. "Kau benar-benar menggemaskan seperti bayi."
"Maka teruslah di sisiku. Kau tidak akan membiarkanku kesepian kan?"
"Tidak akan pernah." Hokuto memeluk erat pria yang paling dicintainya.
♡
"Kazuma, ayo putus."
Ia berharap mimpi buruk itu terulang lagi. Nyatanya ini bukan bunga tidur. Hokuto berdiri di ambang pintu. Menahan diri untuk tidak menangis.
"Mengapa? Apa aku berbuat salah?" Kazuma meminta penjelasan.
Hokuto mengangguk. "Dengan ini hubunganmu bersama pria bersurai pirang itu tak perlu kau sembunyikan lagi."
"Mak... Maksudmu Mako-chan? Kau yang paling paham bagaimana hubunganku dengannya. Mengapa kau menjadikannya sebagai alasan?"
Hokuto terdiam. Dadanya seperti dihantam berkali-kali. Menyesakkan. Jika ia tak segera pergi, air mata akan mengalir deras tanpa ampun.
"Kazuma, terima kasih untuk segalanya." Adalah kalimat terakhir yang didengar oleh Kazuma.
"Kau bohong, Hokuto. Bagaimana bisa kau berubah pikiran secepat itu. Kukira aku benar-benar sudah memahamimu tapi nyatanya tidak." Gumamnya sambil menatap sebingkai foto bahagia bertuliskan KazuHoku 4ever ♡
Hujan mengguyur kota malam itu. Bahkan langit seolah ikut berduka melihat mereka berpisah. Langkah Hokuto berhenti di sebuah halte bus. Sekali lagi ia menolah ke belakang untuk memastikan Kazuma tidak di sana.
"Kesalahanku adalah terlalu mencintaimu, Kazuma."
♡
Kring kring kring, suara telpon rumah berdering. "Halo."
"Hokuto, ini Ibu. Bagaimana kabarmu?"
"Ibu, aku baik-baik saja. Bagaimana dengan Ibu dan Ayah?"
Ibunya terdiam sesaat lalu berkata, "Ayahmu masuk rumah sakit tadi. Dokter bilang kita harus segera mendapatkan donor ginjal. Jika tidak..." Suara isak tangis wanita menggema di balik telpon.
"Ibu, tenanglah. Aku akan segera pulang dan kita pasti akan mendapatkan donor untuk Ayah."
"Bagaimana pekerjaanmu di Tokyo?"
"Saat ini kondisi Ayah lebih penting. Ibu tidak perlu mengkhawatirkanku."
"Tapi bagaimana dengan Kazuma?"
Tubuhnya mendadak lemas seusai meletakkan gagang telpon. Apa yang harus ia lakukan sekarang?
"Halo."
"Makoto, ini aku, Hokuto."
"Hokuto-kun, ada apa? Tumben kau menelpon? Apa terjadi sesuatu pada Kazuma?"
"Makoto, kau tahu betapa aku mencintai Kazuma bukan?"
"Mengapa tiba-tiba? Tentu saja aku tahu."
"Aku punya satu permintaan. Jangan tanya alasan karena aku tidak bisa cerita. Dengarkan saja dan lakukan ini demi Kazuma. Apa kau paham?"
"Iya."
"Tolong jaga Kazuma. Pastikan dia selalu makan makanan yang sehat. Jangan biarkan dia merasa kesepian. Meskipun di luar dia tampak baik-baik saja namun hatinya mudah rapuh. Dia seringkali menutupi kesedihannya dengan pura-pura tersenyum. Kupercayakan dia padamu, Makoto."
"Aku mengerti. Kapan kau akan kembali?" Tanya yang diberi petuah.
"Aku mungkin tidak akan pernah kembali." Batinnya.
"Secepatnya. Aku akan menghukummu jika kau tidak menepati janji."
"Tenang saja. Akan kujaga dia untukmu."
"Terima kasih, Makoto."
Nagare yuku toki wa kimi to boku wo
Mujou ni mo oikoshite yuku
Tada kimi no tonari ni itai
Sore dake ga boku no negai
My prayer
"Setelahnya, aku terus berpikir apakah keputusanku saat itu adalah keputusan yang tepat? Lalu ketika mendengarkan lagu solo pertamamu, aku akhirnya mengerti. Maafkan aku, Kazuma."
Teokure ni natte shimau mae ni
Tada kimi wo aishiteru to
Sore dake wo kimi ni tsutaetai
My prayer
Fin.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top