Etil

“Kuroo Tetsurou, umur 8 tahun. Salam kenal!”

Anak laki-laki berambut hitam klimis dengan poni yang menutupi dahi dan kacamata frame hitam membingkai di wajahnya. Iris hazelnya berkedip-kedip menatap seisi kelas.

Murid pindahan dari Hokkaido.

'Mungkin anak pintar pada umumnya.’

Begitulah pikirku saat pertama kali melihatnya gara-gara kacamata yang membingkai di wajahnya.

Nyatanya ia bukan anak pintar biasa. Tak hanya tentang nilai bagus dan jawaban seratus yang selalu diraihnya, ia juga membawa kepintarannya dalam kehidupan sehari-hari.

“Saat berjalan di malam hari, kalian merasa bulan mengikuti kalian. Padahal sebenarnya yang terjadi ialah bumi yang berputar, istilahnya rotasi. Lalu, kenapa kita masih bisa berpijak di tanah saat bumi berputar? Itu karena adanya gravitasi, gaya tarik yang membuat segala hal yang ada di atas bumi terus berpijak di tanah.”

Segala pertanyaan yang berkaitan dengan bumi mampu dijawabnya dengan penjelasan sederhana dan mampu dipahami oleh anak-anak seusia kami. Semenjak saat itu sering sekali anak-anak lain menanyakan berbagai macam hal kepada Kuroo dan tentunya bisa dijawab lancar olehnya.

Tak hanya menjawab berbagai pertanyaan, ia juga menggunakan kecerdasannya untuk melindungi diri. Ketika ia dirundung di depan kelas oleh beberapa anak kelas enam yang merupakan kerabat dari kepala sekolah karena status Kuroo sebagai anak kesayangan guru, ia mampu melawannya tanpa terluka sedikitpun.

“Tak perlu banyak bertingkah, ya, kamu mentang-mentang kesayangan para guru. Gara-gara kamu ada di sini, kami jadi sering dibanding-bandingkan oleh guru dan orang tua kami. Dasar anak cupu! Sok pintar!”

“Kalau tak ingin dibanding-bandingkan, perbanyaklah makan ikan karena ikan mengandung senyawa yang dapat meningkatkan kecerdasan otak. Jika kalian banyak ikan dan menjadi jauh lebih pintar dariku, kalian akan menjadi kesayangan para guru dan tidak akan lagi dibanding-bandingkan denganku.”

“Apa maksudmu hah?!”

“Kenapa malah emosi? Aku kan tadi memberi saran kepada kalian. Tidak ada kata-kata ejekan, lho. Ah, sepertinya kalian butuh air minum yang banyak agar bisa fokus lagi dalam menyimak perkataan orang agar bisa membedakan mana yang saran, mana yang ejekan.”

Perkataannya itu mampu mengusir anak kelas enam tadi walau mereka pergi dengan wajah kesal setengah mati.

Seumur-umur kehidupan masa kecilku saat itu, aku belum pernah menemukan anak seunik Kuroo. Pola pikir dan sifatnya kala itu tidaklah seperti anak berumur 8 tahun pada umumnya. Impian yang dia miliki pun berbeda dari yang lain.

“Aku ingin menjadi ilmuwan penemu seperti Thomas Alva Edison, Wright bersaudara, Newton, Alexander Graham Bell, Einstein, Niels Bohr, dan lain-lain. Menciptakan hukum atau pun barang yang akan memudahkan kehidupan manusia dan kelak namaku akan dikenang dalam catatan sejarah.”

Saat Kuroo mengucapkan impiannya dengan lantang di depan kelas, iris hazelnya berkilat tajam. Ia benar-benar serius dengan perkataannya membuat rasa kagum tumbuh dalam diriku.

Keesokan harinya, entah keberanian dari mana aku menempelkan sticky note di dalam loker sepatu Kuroo yang berisi:

Selamat pagi ilmuwan Kuroo!
Teman cerdasku yang aku kagumi, semangatlah dalam menjalankan hari dan semoga impian muliamu itu terus berkobar dalam hatimu ^_^

Saat itu yang aku pikirkan hanya ingin menyemangatinya. Ya, pemikiran sederhana anak berusia 8 tahun yang mengagumi temannya.

Namun, tiga hari setelahnya Kuroo dinyatakan pindah sekolah ke Tokyo. Ia pergi tanpa berpamitan dengan teman-teman sekelas, termasuk aku.

Hanya itu ingatan samarku tentang Kuroo Tetsurou ketika kelas dua SD karena bertahun-tahun setelahnya hingga aku berusia 16 tahun, aku tak pernah bertemu lagi dengannya.

📚📚📚📚📚📚

SMA Nekoma

Papan nama yang menjadi objek tatapan (Name) sekarang. Ia adalah murid baru di sekolah ini. Pekerjaan sang ayah yang dipindahtugaskan membuat sekeluarga bermigrasi dari Miyagi ke Tokyo untuk menata kehidupan baru.

“Perkenalkan namaku (Fullname), pindahan dari Miyagi. Salam kenal!”

Semoga aku tidak terlihat kampungan

Hari pertamanya berjalan lancar saat itu hingga seorang pemuda datang menghampirinya ketika jam istirahat.

“Lama tak bertemu, (Surname).”

(Name) hanya mengerjap sambil menatap bingung sosok pemuda berperawakan tinggi yang kini berdiri di depan mejanya.

“Ma-Maaf, apa kita pernah bertemu sebelumnya?”

“Kuroo Tetsurou. Kita dulu sekelas di SD Sendai, saat kelas dua, jika kau ingat.”

Kuroo Tetsurou?

Pikiran (Name) pun melayang ke masa lalu, mengingat sosok anak laki-laki berambut hitam klimis dengan poni menutupi dahi dan kacamata yang membingkai wajahnya. Lalu ia pun ditarik lagi ke masa kini dan mendapati sosok pemuda bertubuh tegap dan tinggi, wajah tampan dengan mata hazel yang memikat, rambut hitam yang diberi gel hingga tampak keren seperti itu, dan seragam pria khas SMA Nekoma yang membuat penampilannya tambah menawan.

Kemudian (Name) pun membandingkan kedua sosok Kuroo ketika sekolah dasar dahulu dengan sosok Kuroo yang sekarang. Perbedaan yang kentara begitu jelas.

Mengerjap

Sekali lagi mengerjap.









“HEEEEEHHH?!?!”















A/N:
Etil adalah gugus hidrokarbon CH3–CH2=hanya ada satu ikatan=part satu book ini

Untuk nama-nama ilmuwan tadi kalau ada nama yang asing, search sendiri ya :D
#indonesiadaruratmembaca

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top