9
Sakura yang berguguran saat ini adalah filosofi sekolah-sekolah yang meluluskan murid-muridnya. Musim semi yang hangat, acara kelulusan yang penuh haru, berbagai memori masa sekolah otomatis terputar kembali dalam kepala. SMA Nekoma tengah merayakan kelulusan muridnya.
Aula ramai oleh murid-murid serta para wali. Proses-proses acara telah dilewati hingga pidato dari murid terbaik. Kuroo Tetsurou berdiri di atas podium. Siswa terbaik SMA Nekoma yang diterima beasiswa di Oxford University jurusan Kimia Farmasi. Pemuda itu menyampaikan kesan-pesan selama berada di sekolah ini juga ada selingan candaan yang membuat penghuni aula tertawa.
(Name) menatap lamat-lamat Kuroo yang masih berpidato di depan sembari menguarkan sendiri lebar. Jauh, Kuroo Tetsurou benar-benar terasa jauh dari jangkauannya. Pemuda itu cemerlang dengan ekspektasi-ekspektasi masa depan. Pemuda itu memiliki tekad dan ambisi yang tersirat. Tak sepantasnya (Name) menaruh rasa pada orang yang merancang masa depan.
Jika kelulusan adalah momen yang tepat untuk mengungkapkan perasaan, maka bagi (Name) tidak. Gadis itu tidak akan mengungkapkan perasaannya pada Kuroo walau depan gedung aulanya kini bertaburan pernyataan cinta murid-murid yang belum tersampaikan setelah acara kelulusan selesai.
Kini (Name) berhadapan dengan Kuroo setelah mengucapkan salam perpisahan pada Yaku dan Yamamoto. Gadis itu telah menetapkan hati, terbukti dengan senyuman tulus yang terulas di wajahnya.
"Kuroo, selamat! Semoga hari-harimu menyenangkan di Oxford. Ah, aku juga tak sabar mendengarmu berbicara aksen british nanti. Semoga ada kesempatan."
"Kau juga, selamat (Name) telah diterima di Universitas Keio! Semoga bisa tembus jadi desainer di Perancis nanti."
Mereka berjabat tangan seiring doa masa depan diucapkan. Senyuman merekah di wajah keduanya. Mereka pun berpisah. Kuroo berjalan menuju mobil orang tuanya. Lambaian tangan disertai senyuman benar-benar menjadi interaksi terakhir (Name) dengan Kuroo.
Seiring mobil Kuroo menjauh bersama helaian sakura yang berterbangan, (Name) perlahan merelakan perasaannya. Walau ia belum tahu bagaimana perasaan Kuroo sebenarnya—(Name) yakin perasaannya sepihak. Juga ada hal yang masih mengganggu kepalanya—surat penyemangat yang dibuatnya ketika kelas dua SD secara mengejutkan masih disimpan Kuroo.
Akan tetapi, biarlah. Biar semua itu perlahan menjadi angin yang terbang entah ke mana. (Name) merelakan semuanya seiring bunga-bunga sakura terbang menuju langit biru di atas.
Dipertemukan karena pendidikan, dipisahkan karena masa depan. Tak lupa untuk merelakan walau tahu betapa sulitnya jika dilaksanakan. Cinta pertamanya pada Tuan Aneh yang Jenius akan selalu berkesan baginya ...
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top