[05/16-05/22] Marriage
"Siegfried."
Suaraku sukses memasuki rungunya, terbukti dari Siegfried yang menghentikan latihannya lalu menengok ke arahku. Rambut panjangnya tertiup angin dan seperti biasa, ia tersenyum melihat kehadiranku.
"Danchou, ada perlu apa?"
Siegfried lebih dahulu berjalan ke arahku dan bukan sebaliknya. Tubuh tingginya menjulang, menghalau sinar mentari siang itu dengan mudahnya. Aku pun mendongak, tersenyum simpul guna menyembunyikan debaran jantung yang tidak karuan.
"Bisa ulurkan tanganmu sebentar?"
Terlihat jelas ekspresi bingung di wajahnya, persis seperti anak kecil yang gagal memahami ucapan orang tua. Mau tidak mau aku tersenyum, satu tangan menggenggam miliknya dan satunya lagi meletakkan sebuah cincin pada telapak tangan lebar.
"Perpetuity ring?" Siegfried menyebutkan nama dari cincin yang kuberikan. Jika tadi kebingungan terpatri pada wajahnya, kini rasa terkejut telah mengambil alih.
Perpetuity ring dikenal memiliki kekuatan untuk meningkatkan serangan pemakainya, juga daya tahan. Siegfried adalah bagian dari kru yang selalu berada dalam misi-misi berbahaya. Maka dari itu aku memberikan cincin itu kepadanya.
Satu hal lagi, hal itu juga karena aku memiliki rasa kepadanya. Untuk yang satu ini, aku lebih memilih bungkam.
"Terima kasih, danchou," ujarnya diikuti seulas senyum, "Kebetulan sekali."
Kini giliranku memberinya tatapan bingung.
"Kebetulan apa?"
"Kebetulan ...," dengan sengaja Siegfried menggantung kalimatnya. Perpetuity ring disematkan pada jari manis sebelum menarik pergelangan tanganku. "... aku juga ingin memberimu ini."
Siegfried menaruh sebuah cincin pada telapak tanganku yang lebih kecil. Cincin tersebut bukanlah perpetuity ring, melainkan cincin berwarna perak dengan hiasan sebuah batu rubi di atasnya.
Tidak menunggu respon dariku, Siegfried kembali berkata. Nada bicaranya tidak berubah, tetap ramah dan menenangkan. Ketika kutatap sepasang netra cokelat keemasan, terdapat keseriusan di sana.
"Danchou, mungkin ini terkesan tiba-tiba. Akan tetapi, apakah kau bersedia menikah denganku?"
Siang itu, jika bukan karena kedua tangan Siegfried yang dengan sigap menangkap tubuhku, aku pasti sudah jatuh dan mencium tanah karena pingsan akibat terlampau senang.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top