Lahir

Jika ada kelahiran, maka juga ada kematian. Hal tersebut adalah hukum alam yang terjadi di dunia. Manusia tidak bisa melanggar takdir itu.

Nie Mingjue menatap pintu mahonu yang tertutup rapat. Di balik pintu itu ibunya sedang berada di ambang kematian ... karena melahirkan.

Mingjue menundukkan kepala. Dia menangis tanpa air mata. Selama ini, remaja yang baru memasuki masa pubertas itu selalu dididik dengan keras tanpa boleh menangis sedikit pun.

"Pembunuh." Satu kata itu terlontar dari bibir Mingjue kala matanya menatap tajam pintu yang tertutup.

Di balik pintu itu ada seorang pembunuh ibunya yang sedang tidur dengan nyenyak; tanpa rasa bersalah.

Nie Mingjue membencinya ... sangat membencinya. Dia adalah penyebab orang yang berharga bagi Nie Mingjue sedang berada di ambang kematian. Setidaknya itu yang Nie Mingjue pikirkan.

"Jika ... jika ... andai saja." Mingjue menggelengkan kepala kala pemikiran itu terlintas.

Dia tidak boleh menyerah sekarang. Dia tidak boleh pesimis. Dia harus yakin ibunya akan selamat di dalam sana.

Hingga ....

"Tidaaaaaaaak!" Suara teriakan dari dalam kamar membuat Mingjue bergeming.

Pikirannya kosong sesaat dan napasnya tercekat. Setelah mendapatkan sedikit kesadaran, Mingjue masuk ke ruangan tanpa permisi.

Tubuh remaja itu gemetar. Ayahnya sedang berlutut di samping ranjang sembari memeluk ibunya yang tengah terbaring.

Wanita itu tersenyum. Wajahnya terlihat begitu damai. Namun, kulitnya yang sangat pucat dan seprai yang telah berlumuran darah membuat Mingjue sadar ibunya tidak sedang tertidur.

Hari itu, Nie Mingjue menetapkan musuh abadinya.

SFragment

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top

Tags: