#ToVier
Rintikan hujan mengguyur sebagian negeri yang disebut matahari terbit, payung dengan berbagai warna mulai menghiasi jalanan tanah yang belum teraspal menghasilkan bau alami yang tercium saat langit menjatuhkan air mata nya.
Gadis dengan surai perak itu terdiam di depan halte bus, ia sedikit merancau kala menyesali keputusan nya, sengaja tidur saat pelajaran sastra asing membuat nya harus tinggal lebih lama di dalam dingin nya ruang perpustakaan.
Hembusan angin meniup beberapa helai rambut nya, reflek sedikit membuat bulu kuduk berdiri. Gawai ia keluarkan dari saku rok sekolah nya, ‘bagus kehabisan daya.’
Batin ingin berteriak dengan kencang, ia benar benar merasa tidak beruntung hari ini, sejak ia membuka kedua kelopak mata hal pertama yang ia lihat adalah kesialan.
“baiklah vier gunakan otak mu untuk berpikir, hari semakin gelap apakah kau ingin terjebak disini semalaman ?”
Kedua tangan dengan lihai merogoh masuk kedalam tas berwarna merah muda mencari benda yang bisa ia gunakan untuk bahan perlindungan.
Lagi dan lagi, vier menggeram kesal, “terima kasih wahai nona pembawa berita cuaca atas informasi yang telah kau sampaikan, ini benar benar bermanfaat.”
Vier mengendus napas dengan kesal, gelap nya angkasa menjadi sebuah penanda bahwa sang dewa sedang berada dalam suasana hati yang buruk.
Kedua manik menatap tajam cakrawala--menantang sang dewa untuk menghentikan tangisan sendu nya.
Hembusan napas kembali keluar dari mulut mungil nya, pipi merah delima nya mulai memucat, kedua tangan saling memeluk satu sama lain dengan tatapan hampa menilik ujung sepatu.
Tak terasa lima menit vier melamun hingga suara lantang pemuda menyapa rungu membuat tubuh sedikit terperanjat, pandangan segera dialihkan hingga kedua pasang manik saling memandang satu sama lain.
‘tobio ?’ layaknya mantra penyihir agung, pemuda dengan surai gagak itu reflek menghentikan laju sepeda pancal yang ia kendarai, sedikit mendapat protes dari pemuda bersurai orange yang duduk di kursi penumpang.
“hoi bakageyama, untuk apa berhenti ? ah berusumitto – san terjebang hujan ya ?”
Gadis yang berdiri tak jauh dari kedua pemuda itu hanya mengangguk lemas, “mau ikut ?”
Belum sempat vier menerima ajakan sang middle blocker, pemuda dengan surai gagak itu segera mendorong jauh hinata.
“tidak, kau tetap disitu, jangan pergi kemana mana.” kageyama tobio, pemuda yang berposisi sebagai setter tim voli putra sma karasuno pun segera mendekatkan diri pada sang kekasih, “diam disini, jangn pergi kemana mana. Hinata pulang saja, jangan mengganggu.”
Pemuda orange itu mendengus kesal kala mendengar ucapan yang keluar dari rival sejati miliknya, “ya sudah.”
“ kenapa harus hujan hujan an sih ?” vier mengeluarkan sapu tangan, membantu sang setter membersihkan buliran buliran air yang berada pada wajah murung milik nya.
“gabut.” Binaran mata biru mulai terlihat kala jari mungil mulai bersentuhan dengan pipi nya, “a-aku bisa melakukan nya sen—“
Tangan besar milik pemuda gagak itu ditepis, sambil memanyunkan bibir ranum vier berkata, “tidak, aku ingin melakukan nya.”
Kedua manik biru laut itu terfokus pada bibir merah muda itu tanpa sadar mendekatkan diri , “tobio ?”
Lamunan terpecah kala tangan mungil menepuk perlahan pipi kageyama. Warna merah menjalar dengan cepat hingga membuat sang gadis yang berada di depan nya terkejut, “tobio wajah mu memerah, apa badan mu panas ? atau apa ?”
Vier mepertemukan kening nya dengan kening sang setter.
Beberapa senti lagi hingga bersentuhan.
“vi—vier jangn terlalu dekat.” Kageyama menjauhkan diri pada sang gadis kala mencoba meredakan rona merah yang tak kunjung menghilang, “tobio marah pada vier ?”
“BUKAN ! HANYA SAJ—UGHH” kageyama menutupi wajah nya, ia terlalu malu untu memberi tahu segala keluh kesah yang ia simpan.
“katakan saja tobio.”
“bibir mu.”ucap seorang kageyama tobio yang sedang berusaha merangkai kata, “your lips are so distracting, are you doin this on purpose ?”
Eh..
“can I kiss you tobio ?”
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top