#TauMeli

Salju di negara tropis, memangnya ada? Terasa mustahil, kecuali tiba-tiba ada cuaca ekstrem itu memungkinkan saja. Tapi, ya, jangan sampai terjadi. Berabe nanti yang ada.

Taufan yang menonton tayangan televisi pun sempat sekilas melihat iklan dengan nuansa putih salju. Melirik sang istri yang merebahkan kepalanya di atas paha Taufan.

“Kalau liburan ke negara subtropis mau?” tanya Taufan.

Televisi dimatikan menambah suasana hening yang ada karena Meli tidak kunjung menjawab. Meli seperti pura-pura tidak dengar dan fokus kepada buku bacaan.

Taufan mendengkus pelan. “Aku tahu kamu mendengarku, Sayang.”

Karena sudah ketahuan, Meli menutup bukunya. Mengambil sikap duduk lalu menangkup wajah Taufan dengan sepuluh jemari yang begitu lentik.

“Sekarang di sana sedang musim dingin, Taufan. Aku tidak mau mati kedinginan karena suhu yang tidak masuk akal itu,” jelas Meli.

“Tapi, aku mau buat boneka salju. Aku lihat di televisi kayak seru banget bikin boneka salju.” Taufan merajuk. Terkadang sifat yang satu ini muncul hanya di hadapan orang-orang yang disayang Taufan.

Kalau langsung pergi ke negara subtropis pikir Meli itu merepotkan. Apalagi musim liburan seperti ini bandara akan ramai dan banyak orang, Meli sama sekali tidak menyukai hal tersebut.

Meli beranjak duduk, menutup bukunya. Sepuluh jari lentiknya menangkup wajah Taufan. “Sekarang di sana sedang musim dingin. Aku tidak mau mati di cuaca yang tidak masuk akal seperti itu. Kehujanan saja aku langsung sakit, apalagi kalau di bawah guyuran salju. Jadi daging beku yang ada,” jelasnya.

Tidak salah juga apa yang dikatakan Meli. Pertahanan imun perempuan itu begitu rendah sampai mudah terjatuh sakit. Namun, Taufan tidak habis akal, dia masih terpikirkan satu ide.

Seraya menggenggam balik tangan Meli di wajahnya, Taufan berkata, “Kita tidak perlu pergi ke luar negeri untuk menemukan salju. Kita minta tolong sama Ice saja!”

Manik safir Taufan seakan menderang penuh harapan. Membuat jantung Meli berdebar kencang, perlahan semu merah menjalar di area wajah. Segera ia lepaskan tangannya dari genggaman pria yang jadi suaminya itu.

“B-Baiklah, tapi sebentar saja, ingat! Aku tidak mau kita jadi sakit bersamaan.”

Tawa riang bergemerincing keluar dari mulut Taufan. “Hahaha! Iya, iya, aku tahu, kok! Memang terbaiklah, Meli,” ucapnya sambil mendusel-duselkan pipinya pada sang istri.

Dengan begitu keinginan Taufan pun bisa terwujud. Meski harus sedikit memaksa adik sepupu yang pemalasnya minta ampun itu menciptakan salju buatan. 

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top