#TauMeli
Cinta. Satu kata romantis yang masih sulit untuk dimengerti Meli. Sungguh masih terasa asing di telinga perempuan bermanik cokelat itu.
Katanya cinta itu sebuah bentuk kehangatan. Mampu mengisi hati yang hampa. Namun, sampai umurnya menginjak kepala dua pun dia masih belum merasakan ketertarikan kepada lawan jenis.
Bekerja di daycare untuk sekadar belajar memahami seperti apa memiliki pasangan. Hari-hari Meli melihat anak-anak yang dititipkan dijemput oleh orang tua mereka. Tidak jarang, ayah dan ibu mereka yang menjemput, sang ayah yang menggendong anaknya dan sang ibu di samping mereka sambil tersenyum manis. Begitu bahagia.
Untuk itu ... Meli ingin tahu seperti apa memiliki pasangan yang mencintainya, sebaliknya Meli pun mencintai laki-laki itu. Sama-sama mencintai. Sayangnya sampai saat ini belum ada yang mampu menjerat hatinya. Susah untuk Meli menaruh perhatian kepada sosok laki-laki.
“Masa iya aku menjomlo seumur hidup? Tidak, tidak. Tapi bagaimana kalau aku jadi perawan tua?!” Mulai, deh, Meli berpikir berlebihan. Meski terlihat pasif dan condong apatis, tetapi perempuan itu masih mampu memikirkan nasib percintaannya.
Lalu sampai suatu hari takdir mempertemukan Meli dengan Taufan, laki-laki yang bersifat kebalikan dari sang perempuan. Meli yang tidak tampak seharian tersenyum, sedangkan Taufan tidak bisa lepas dari senyuman—mirip cengiran itu barang sebentar pun.
Hari yang terkesan biasa itu menjadi begitu cerah begitu Taufan datang ke daycare, menjemput seorang gadis kecil yang diakuinya adalah tetangganya, Pipi. Laki-laki bermanik safir itu begitu lembut memperlakukan Pipi.
“Tidak baik menunjukkan muka galak di hadapan anak-anak,” tegur Taufan ketika melihat Meli keluar dari ruangan bermain, “nah, permen, supaya mood-nya baikan.”
Pertemuan sederhana tersebutlah yang membuat Meli mulai belajar untuk membuka hatinya. Dia tidak akan menuntut apa pun kepada Taufan, karena ia hanya butuh Taufan mencintai setulus hati dan berada di sampingnya dalam keadaan yang seperti apa pun.
Waktu berjalan begitu saja dan Meli ini sebuah mimpi indah, tahu-tahu dia akan melangsungkan pernikahan bersama laki-laki ramah dan murah senyum itu.
“Jatuh cinta padamu bukanlah bagian dari rencana hidupku. Namun, aku tidak menyesal melakukannya,” bisik Meli sambil memandangi laki-laki yang tertidur di sampingnya. Tepatnya adalah Taufan yang kini sudah menjadi suami dari Meli.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top