#ShawMela

"Shaw, harusnya kau ke sini dan bantu aku!"

"Gak mau, aku bosan."

"Ihh, nanti aku mati!"

"Aku lagi cari material."

Hal itu membuat Melanie kesal. Lantas ibu jarinya berada di ponsel, menggerakkan karakter yang ia mainkan dan menyusul ke karakter Shaw. Lelaki itu terkejut saat musuh-musuh tiba-tiba muncul dan menyerang, mau tak mau ia menunda kegiatannya mencari bahan untuk menaikkan level karakter lalu membantai semua musuh yang dibawa karakter kekasihnya. Sementara Melanie berpindah tempat, melakukan teleportasi agar menghindar dari musuh. Ia tersenyum puas, memutuskan untuk menendang karakter Shaw dari dunianya lalu pergi dari sofa.

"Hei!" Shaw berseru saat dia tiba-tiba keluar dari dunianya sendiri, melihat Melanie yang pergi meninggalkannya dan duduk di meja makan. "Materialnya belum kuambil."

"Memangnya aku membolehkanmu mengambilnya?"

"Kau 'kan minta bantuanku."

Melanie mendecih. "Kau hanya mencuri bahan dari duniaku."

Ya, kekasihnya merajuk. Tadinya Shaw ingin membujuk, tetapi ia membiarkan gadis itu menyendiri sebentar meski tangannya berulang kali mengirim permintaan untuk masuk ke dunia Melanie sampai sang gadis geram dan memblokirnya untuk sementara.

Permainan yang mereka mainkan adalah game yang saat ini disenangi kaum muda, bahkan orangtua dan anak-anak pun senang memainkannya. Meski kebanyakan dari mereka adalah anak muda seperti Shaw dan Melanie karena ada banyak quest yang harus mereka kerjakan dan cukup memakan waktu. Melanie saja sampai tak tidur jika terlalu asik memainkan game-nya. Berbeda dengan Shaw yang kadangkala merasa bosan dan meninggalkan quest di tengah jalan.

"Kita 'kan belum bounty." Shaw berucap, menyandarkan tubuh ke sofa guna meregangkan ototnya yang mulai tegang. "Kau tetap tidak membiarkanku masuk ke duniamu?"

Bounty adalah misi yang dikerjakan setiap minggu, berisi tiga permintaan dari penduduk kota untuk membasmi musuh dan menaikkan reputasi pada kota tersebut. Musuh-musuh pada misi bounty 2x lipat lebih susah dari musuh biasa, terlebih level Melanie yang masih rendah membuatnya meminta bantuan Shaw. Namun lelaki itu tak selalu mengindahkan permintaannya, hal tersebutlah yang seringkali membuat sang gadis kesal.

"Kau ngeselin banget, sih. Kalau cuma niat mau mencuri pergi ke dunia orang lain saja sana," ketus Melanie, tanpa sedikit pun melirik atau menoleh pada Shaw—saking kesalnya. "Aku gak membolehkanmu mengambil barang-barangku loh ya."

"Sejak kapan kau bilang begitu?"

"Aku 'kan bilang kalau kau boleh mengambilnya setelah kau selesai membantuku, tapi kau belum ada membantu sama sekali."

Shaw mengernyit. "Aku tak ingat," jawabnya asal, semakin membuat Melanie kesal.

"Parah, apa otak seorang arkeolog sudah menciut sampai lupa apa yang aku katakan beberapa belas menit yang lalu?"

"Otakku akan terus berkembang, mungkin otakmu yang perkembangannya terhambat."

"Ih!"

Hinaan yang dibalas dengan hinaan itu membuat Shaw tertawa geli, berbeda dengan Melanie yang mulai marah karena kata-katanya dilawan oleh sang lelaki.

"Udah, aku gak mau main!" Ia berucap, meletakkan ponselnya dan bergegas menuju kamarnya. "Kalau kau udah selesai pulang aja sana."

"Terserah aku, sih."

Melanie tak merespon, masuk ke dalam kamar dan membiarkan lelaki itu bermain sendiri. Dia tak peduli kalau nantinya Shaw marah juga karena dia sendiri sudah mengatur waktunya, apa yang akan dia lakukan dalam setengah hari sebelum kembali kepada kuliahnya. Kalau seperti ini Melanie kesal juga, waktunya jadi lebih banyak terbuang karena rencananya tak berjalan lancar.

Usai keluar dari akunnya, Shaw langsung masuk ke akun Melanie. Tentu mereka bertukar akun agar bisa merasakan bagaimana karakter yang tidak mereka punya atau bagaimana karakter yang sudah di-build sedemikian rupa bisa dinikmati. Agaknya Shaw protes karena akun sang kekasih yang benar-benar jelek, tapi dia harus membangun karakter dan akunnya perlahan-lahan. Yah gadis itu memang kurang tertarik dengan game seperti ini, Shaw bertanggung jawab karena sudah mengenalkan game dari kotanya itu pada Melanie dan mencoba untuk mempertahankan sang gadis agar tetap bermain.

Misi yang tadinya bertumpuk pun diselesaikan Shaw dengan karakter Melanie yang seada dan semampunya.

Waktu demi waktu pun berlalu, Melanie masih belum mau keluar dari kamarnya membuat Shaw mendecak, mengunci ponsel dan berniat untuk keluar sebentar--mencari makan malam. Lagipula akun Melanie sudah diurusnya, biar saja gadis itu tahu sendiri.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top