#ShawMela

Wizardcookie

Tumpukan berkas tersusun rapi di ujung meja. Tak hanya itu, adapula laptop yang sudah mati beberapa menit yang lalu, segelas es teh lemon yang masih penuh, cemilan ringan yang sudah dibuka tetapi belum disentuh. Mereka semua menjadi teman Melanie yang kesulitan bermain game di hadapan. Controller dipegang kedua tangan, mata begitu fokus pada televisi, tetapi sudah berbelas menit terlewat ia belum mampu menyelesaikan satu tahap.

Shaw tertawa mengejek, menenggak soda dan berdiri di samping Melanie. Ia memerhatikan gadis itu yang berkali-kali kesulitan karena tak mampu bergerak dan pindah ke level selanjutnya. Ia juga menangkap ekspresi Melanie yang kesal, menggerutu, bahkan hampir saja membanting controller hitam milik sang lelaki.

"Jangan ketawa!" ketusnya. "Kau menaikkan kesulitannya ya?!"

"Kalau iya, kenapa?" Shaw bertanya, duduk di samping Melanie dan merebut controller dari tangan sang gadis. "Kalau tidak, kenapa?"

Tangan Melanie sudah bebas untuk melayangkan tinju pada lelaki itu, tetapi permainannya yang diulang dari awal membuatnya memerhatikan betul bagaimana cara bermain video game ini.

Sebenarnya ini game petualang yang diselipkan dengan pertarungan. Tidak hanya musuh abstrak berupa monster atau entah makhluk apa, manusia pun menjadi lawan pemain. Melanie sudah hafal tombol mana saja yang harus ditekan, tetap saja ia tak dapat mengalahkan 5 monster di hadapan. Bahkan dia sudah berkali-kali mati dan ingin menyerah pada stase pertama.

Namun itu tidak berlaku bagi Shaw.

Ia sudah sering memainkan game ini saat bosan atau mengisi waktu luang. Perpindahan jari dari tombol satu ke tombol lain begitu cepat hingga semua monster mati. Melanie cukup tercengang melihat itu, apalagi dia juga memahami betul apa saja yang harus dilakukan agar semua musuh-musuh mati.

Sampai pada level kedua, pemain berada di sebuah hutan luas yang dipenuhi dengan binatang buas. Mereka bisa saja melukai, memakan, bahkan membunuh pemain dalam sekejap mata. Melihat deskripsi itu pun membuat Melanie berdebar, tetapi controller diberikan padanya. Lelaki itu mengulas senyum jahil.

"Nih, main."

Melanie menatap benda elektronik tersebut lalu menolaknya—menyodorkannya kembali pada Shaw. "K-Kayaknya aku gak bisa!"

Shaw mendengkus. "Kau yakin?" Ia bertanya, menarik tangan Melanie dan meletakkan controller di tangan sang gadis. "Kau tak tahu sebelum mencoba."

"T-Tapi—kalau aku mati lagi gimana?"

"Coba saja dulu, kenapa kau penakut sekali?" ejeknya. Perkataan itu membuat Melanie mendecak, mendekatkan tubuhnya pada Shaw agar sewaktu sang lelaki langsung mengambil alih permainannya.

Saat tombol "A" ditekan, permainan pun dimulai. Rasa takut dan jantung yang berdebar pun mulai terasa. Perlahan-lahan binatang yang dihindarinya mulai muncul. Tangannya mulai gemetar, tetapi ia mencoba untuk tenang dan menekan tombol serta mengikuti strategi yang dimainkan sang kekasih. Awalnya ia merasa senang karena satu persatu binatang mati, tetapi saat melawan bos, Melanie meletakkan controller-nya. Hanya saja, tindakan itu dicegah oleh Shaw. Tangan mungilnya ditarik oleh sang lelaki.

"Kau sudah bertemu bos, ayo lawan."

"Takut ...."

Shaw mengernyit. Kedua tangan Melanie yang memegang pengontrol pun diletakkan di pahanya, ia mulai memberi instruksi pada sang gadis untuk membunuh bos tersebut. Namun, ia tak sempat lari dan langsung mati dalam sekali kibas dari ekor bos tersebut karena darahnya sudah menipis.

Pemain mulai hidup kembali karena nyawanya masih tersisa dua. Melanie yang tadinya pesimis pun mencoba untuk bermain kembali, berlari, memukul musuh, melemparkan senjata api, sampai di sisa terakhir darahnya bos itu pun mati.

Gembira pun tercipta. Sang gadis bersorak setelah meletakkan controller di lantai dan menghambur pelukan pada Shaw. "Aku bisa!" Ia berseru. "Shaw, aku bisa!"

"Iya iya, kau hebat." Shaw mengamini, mengelus mahkota sang gadis. Tak berselang lama Melanie pun melepas pelukannya dan keduanya saling beradu tatap. Lelaki itu mengambil satu controller lagi yang belum terpasang ke televisi lalu mengibaskannya. "Ayo kita bekerja sama."

"Ayo!" 

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top