#ShawMela

Jalanan saat ini tertutupi salju tebal mengingat akhir tahun, bekuan air itu mulai turun menyelimuti bumi sehingga orang-orang harus awas agar tidak tergelincir, begitupula dengan Melanie. Langkahnya pelan tapi pasti, menyusul sang kekasih yang berjalan mendahuluinya. Dalam hati ia mengerutu karena ditinggal, apalagi jalan pintas yang dipilih Shaw semakin sulit ditapaki. 

"Shaw!" teriaknya. "Kau benar-benar meninggalkanku?" Melanie bertanya, merasa kesal juga melihat punggung lebar itu terus menjauh. Kakinya berhenti, kalau memaksa dia akan lebih sering terjatuh dan terus ditinggal. Lagipula dia tega sekali meninggalkan pacarnya di belakang. 

Shaw berbalik, mengulas seringai dan berjalan menyusul wanitanya. "Kakimu pendek, sih." Ia mengejek. "Kukira kau sudah di depan." 

"Matamu!" 

"Mataku di sini," ucap sang lelaki sembari menunjuk matanya, tertawa mengejek. Melihat itu pun membuat Melanie menggembungkan pipi dan ekspresi tersebut masih bertahan sampai Shaw mengulurkan tangannya. Ia memegang tangan sang lelaki, tetapi tak langsung mengikuti langkah Shaw. "Pindah haluan aja gak, sih? Aku susah berjalan kalau di sini." 

"Kugendong aja." 

"Gak mau." 

Shaw mendecih, mencubit pipi Melanie gemas. "Cerewet banget." 

Rasa sakit di pipi membuat sang gadis memukul tangan Shaw yang mencubitnya sambil menggerutu. "Sakiit!" 

Lelaki itu terkekeh, melepas cubitannya dan merangkul Melanieーmembantu gadisnya agar lebih mudah berjalanーtetap memilih jalan pintas. Baru satu langkah ditapak, gumpalan salju terjatuh tepat di kepala Shaw membuat Melanie tertawa. 

"Sudah kubilang, kita harus pindah tempat." 

"Kau melemparnya ya?" Shaw bertanya, mencurigai Melanie. Gadis itu jelas marah karena tiba-tiba dituduh membuatnya memukul punggung sang lelaki. 

"Enak saja!" ketusnya. "Kau lihat di sekelilingmu, lihat ke atasmu, banyak salju di pohon-pohon itu!" 

"Benar, aku tak seharusnya menyalahkanmu." Sejenak ia menoleh pada pohon tinggi yang menjatuhkan salju ke tubuhnya, melirik pada Melanie dan mengulas seringai. Shaw mengangkat tubuh sang gadis tanpa berucap 

sepatah kata, membuat Melanie sedikit memekik dan refleks memeluk leher lelakinya. Namun, perlakuan spontan itu jelas membuatnya terkejut. Ia memukul Shaw, tetapi sang lelaki tertawa melihat tingkah dan reaksi Melanie. 

"Aku sudah bilang aku tidak mau digendong!" 

"Kau mau aku guling saja biar jadi mochi?" Pertanyaan itu membuat Melanie menggeleng, direspon dengan senyum tipis oleh Shaw. "Good girl," pujinya. "Kau mau jalan di tanah atau di udara?" 

"Udara, jelas lebih cepat 'kan?" jawabnya, beberapa detik kemudian tersadar dengan apa yang ditanyakan Shaw. "Tunggu, kita bakal terbang nih?" 

Terulas kernyih di wajah Shaw, mengerahkan kekuatannya untuk melompat dari satu pohon ke pohon lain. Melanie yang berada di tangan Shaw itu tak ingin melihat ke bawah barang sedetik, jantungnya berdegup kencang dan mengeratkan pelukan. Lain hal dengan Shaw yang tampak senang membawa gadisnya melompat dan terbang di udara untuk mempercepat tujuan. Mungkin setelah mendarat, dia akan diomeli habis-habisan oleh Melanie.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top