#SamaRain

Kuchisabishii, beberapa orang mungkin pernah mendengar kata tersebut Bukan kata yang umum tapi bukan kata yang jarang diucapkan juga, istilah yang digunakan untuk orang yang senang makan walaupun dirinya tidak sedang lapar, hanya karena bibirnya tidak bisa diam.

Namun bagi karyawan yang bekerja di kantor Rain, kata itu sudah menjadi hal pertama yang terlintas di kepala mereka saat ditanya pendapat mereka terhadap Rain, bos mereka.

“Miss Rain, ini materi yang akan disampaikan tiap divisi untuk rapat tiga hari mendatang....”

“Miss Rain, laporan pemasukan dari divisi keuangan sudah masuk ke email Anda....”

“Miss Rain, mengenai proposal yang diajukan oleh departemen HR....”

Tiga asisten Rain tampak sibuk berbicara dengan sang perempuan, sementara Rain sendiri asyik mengulum lollipop yang dia buka barusan. Setelah mendengar ucapan ketiga asistennya, Rain dengan sigap membalas ucapan mereka dengan deretan perintah, tentu saja tangan kanannya tampak sibuk memutar pegangan lollipop yang dia makan.

“Sepertinya kalian terbiasa dengan Rain yang makan permen saat bekerja.”

Tak jauh dari meja Rain terdapat dua buah sofa panjang, yang salah satunya diduduki oleh Samatoki menatap heran sang perempuan.

“Hm, Aohitsugi-san belum tahu? Miss Rain tanpa mengunyah apa pun di mulutnya itu lebih mengintimidasi karena beliau sangat fokus pada kami.”

Sementara sofa di depan Samatoki, duduk asisten pribadi Rain, Motozawa Megumi, yang sedang sibuk menyusun jadwal Rain selama seminggu ke depan. Ini kali pertama Samatoki datang ke kantor Rain saat dirinya masih bekerja, biasanya sang laki-laki datang guna menghentikan rapat yang kelewat lama karena Rain terlalu fokus pada materi rapat. Alasan kenapa dia bisa ada di kantor Rain sekarang, demi menghindari miskomunikasi yang terjadi tempo hari, saat Samatoki menunggu lunch date yang mereka tunggu-tunggu tapi Rain justru melupakannya karena terlalu fokus pada rapatnya saat itu.

Mengingat Samatoki mengabaikan Rain selama seminggu, membuat Rain mengambil solusi untuk Samatoki menunggu di kantor Rain beberapa jam sebelum date mereka, itu pun jika Samatoki sedang tidak sibuk.

“Dia tidak pernah mengunyah sesuatu di mulutnya saat bekerja di rumah,” jawab Samatoki menyesap kopinya yang ke sekian kalinya siang itu, mengingat Rain sangat benci rokok maka Samatoki hanya bisa mentoleransi dengan kopi.

“Ah itu sebabnya pekerjaan Miss Rain selalu tepat waktu,” komentar Megumi mengangguk senang.

“Kau tahu karena itu dia sering mengabaikanku di rumah, kan?” balas Samatoki kesal.

“Justru karena itu,” tutup Megumi tersenyum jahat.

Baru saja Samatoki ingin membalas, dirinya langsung berhenti saat melihat tiga asisten Rain mendekati Megumi dan menepuk kepala sang perempuan.

“Whoa, look at those tight timeline between each other,” komentar salah satu dari mereka.

“Girls, if that’s my schedule, I’m going to die,” sambung mereka.

“It’s already an open secret that our CEO is a humanoid though?”

Megumi sendiri hanya menggelengkan kepalanya, kemudian menatap Samatoki.

“Kalian tahu Aohitsugi-san bisa mendengarnya dengan jelas kan?” tanya Megumi kembali menatap pekerjaannya.

Ketiga asisten Rain hanya tertawa canggung, namun mereka dan Megumi tak menduga bahwa Samatoki justru akan menyeringai geli.

“Ya, sepertinya ucapan kalian benar adanya mengenai dia adalah humanoid, karena aku sendiri terkejut mengingat dirinya masih bekerja bahkan setelah—”

“Shut your freaking mouth, Samatoki,” gerutu Rain memotong ucapan Samatoki dengan memasukkan kue cokelat ke mulut sang laki-laki, “kupikir suamiku akan membelaku dan mengatakan bahwa aku hanyalah manusia normal.”

Rain kemudian duduk di sebelah Samatoki dan bersandar ke bahu sang laki-laki. Tangannya menarik kacamata yang dia kenakan kemudian melepas ikat rambut yang membentuk rambut pirang panjangnya menjadi sanggul, kemudian menghela napas panjang.

“Tak biasanya aku selelah ini,” gumam Rain membuka permen lollipop yang baru, “apa karena rata-rata yang asistenku berikan padaku ini adalah laporan, bukan kegiatan turun lapangan?”

“Atau mungkin karena ada Aohitsugi-san ...?” balas Megumi tersenyum miring.

“Megumi-chan, shut up and fokus on reporting me about my schedule.”

Megumi sendiri hanya tertawa karena atasannya ini menyembunyikan wajahnya dengan malu. Irisnya kemudian berpindah ke sebelah Rain, mendapati Samatoki sedang memperhatikan wajah Rain dengan datar. Sang asisten terdiam sejenak, sebelum akhirnya berdiri dan mendorong tiga asisten lainnya keluar ruangan.

“Karena Miss Rain menyuruhku untuk diam, maka aku tidak akan bicara, jadi lebih baik Miss Rain baca sendiri jadwal miss sendiri.”

“Tunggu, kau ngambek!?” kaget Rain langsung duduk tegak, “ah lupakan, aku bisa membacanya sambil berbicara dengan Samatoki,” gumamnya meraih salah satu lembar untuk membacanya.

Suasana kantor Rain menjadi sepi, hanya terdengar suara kertas yang digeser karena Rain mengganti jadwal satu ke jadwal yang lain.

“Huh, minggu ini aku turun lapangan semua,” gumam Rain kembali memainkan lollipop yang dia makan dengan tangan kirinya, sementara tangan kanannya sibuk memegang kertas berisikan jadwalnya selama seminggu ke depan.

Samatoki sendiri tampak fokus pada wajah Rain, dan terlalu fokus pada mulut sang perempuan. Bagaimana permen lollipop rasa cokelat itu menari di lidah Rain, atau bagaimana sang perempuan mengeluarkan permen tersebut dari mulutnya untuk berbicara.

“—Samatoki! Kau mendengarku atau tidak sih?”

Samatoki tersentak kaget, iris merahnya naik ke mata Rain dan mendapati sang perempuan sedang menatapnya dengan bibir yang mencebik tak suka.

“Aku sudah menjelaskan tentang restoran yang akan kita—what the hell ...!?”

Rain tak dapat menyelesaikan ucapannya karena Samatoki sudah mendorongnya dan membuatnya terbaring di atas sofa. Ekspresi kaget tampak jelas terlukis di wajah Rain, sementara Samatoki sendiri hanya mengerutkan alis—sempat juga dirinya menatap kesal permen yang kini sedang Rain pegang.

“Kuso onna, kau sengaja melakukannya ya?”

“Apa-apaan? Melakukan apa??”

Namun pertanyaan Rain hilang begitu saja di telinga Samatoki, karena sang laki-laki sudah memegang kedua tangan Rain dan mendekat guna memberikan ciuman kepada sang perempuan.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top