#MasaKao
"Kojuro-san"
Kojuro yang sedang menunggu lift langsung menoleh kearah Kaori yang sedang mendekati dirinya. Wanita itu masih memakai pakaian kerjanya serta membawa benda yang dibungkus rapi dengan kain berwarna hijau tua.
"Oh, nona Kaori. Anda sudah pulang dari toko?"
"Uhm, aku kesini ingin makan malam bersama Masamune. Apa dia ada diruangan?"
Wajah Kojuro seketika menegang dan tak lama ia pun tersenyum kecil. "Mohon maaf nona Kaori, setelah rapat dengan investor dari german, Masamune-sama langsung rapat dengan karyawan divisi keuangan saat ini." Ujar Kojuro.
Senyum cerah di wajah Kaori seketika luntur diganti dengan senyum kecut. Kepalanya ia tundukan sambil memandang kain yang berisi bento ditangannya.
"Ah begitu ya..."
Perasaan Kojuro semakin tidak enak. Pria itu pun mencoba membujuk agar nona date untuk menunggunya di ruangan Masamune namun Kaori menolak dengan halus.
"Bagaimana kalau anda menunggu Masamune-sama diruangannya? Saya akan buatkan teh hijau"
"Tidak perlu, aku akan langsung pulang saja. Oh, tolong berikan ini untuk Masamune-san. Dia pasti belum makan malam"
Setelah memberikan bento, Kaori pun berpamitan dengan Kojuro. Kojuro hanya terdiam sambil menatap punggung kecil Kaori semakin menjauh. Helaan nafas terdengarl di mulut pria itu sambil memandang bento di tangannya. Dia harus membujuk tuannya untuk pulang dan beristirahat.
***
"Aku tidak bisa"
Ucapan tegas dari mulut Masamune membuat Kojuro menghela nafas. Tuannya sangatlah keras kepala jika pekerjaannya begitu banyak. Ini sudah hampir 4 hari Masamune tidak pulang kerumah.
"Saya tau pekerjaan anda sangat penting, tapi kesehatan anda nomor satu. Nona Kaori sangat khawatir kepada anda"
Masamune menghela nafas "Aku tau" Jawabnya acuh tak acuh sambil memandang laptopnya dan Kojuro pun hanya bisa terdiam dengan wajah yang tidak bisa dijabarkan.
***
Kaori terbangun dari tidurnya, badannya yang terbaring perlahan mendudukan dirinya sambil mengusap matanya pelan. Pandangannya kini menatap kasur yang ada yang disampingnya, masih rapi dan dingin. Tangannya mengusap permukaan kasur disampingnya, Wajah ayunya seketika muram, mulut kecilnya bergumam.
"Masamune-san... "
Memanggil kecil nama suaminya membuat mata Kaori berkaca-kaca. Sudah 5 hari Masamune tidak pulang kerumah. Rasa Rindu Kaori terhadap pria itu semakin membesar bahkan sampai tak terbendung hingga akhirnya, airmata itu menetes dari manik ungunya.
"Aku merindukanmu... Kumohon, pulanglah"
***
Jam telah menunjukan pukul 10 malam. Setelah menutup toko kue, Kaori bergegas menuju kantor suaminya dengan menggunakan taksi dengan membawa bento dan juga zunda mochi. Kali ini Kaori akan langsung ke ruangan Masamune. Ia tidak sabar untuk melihat suaminya, ia tidak sabar ingin memeluknya. Perasaan rindunya sudah tidak ditahan lagi.
Setelah membayar taksi, Kaori langsung melangkahkan kakinya ke lobby kantor, Disambut oleh penjaga kantor dan dibalas senyuman oleh Kaori.
"Yo, Ningyo-chan~"
Shigezane, adik sepupu Masamune yang kebetulan berada di lobby melihat Kaori langsung memanggil wanita itu.
"Shigezane"
"Biar ku tebak, kau ingin menemui Masamune kan? Pasti kau sangat merindukannya, bukan?"
Pertanyaan Shigezane membuat pipi gembil Kaori bersemu merah. Wanita itu mengaggukan kepalanya lalu menundukan kepalanya karena malu. Memang adik sepupu iparnya ini selalu membuat Kaori maaupun Masamune malu. Tetapi mereka tidak pernah mempermasalahkannya. Kaori dan Masamune senang berada dekat dengan Shigezane setelah Kojuro.
" Melihat pipimu yang merah pasti itu benar bukan?"
"Sh-Shigezane"
Shigezane pun tertawa, memang mengerjai kaka Ipar adalah hiburannya.
"Baiklah-baiklah... Aku akan mengantarmu keruangannya. Siapa tau kalau kau datang Masamune bisa membuang kertas kerjaannya"
Kaori pun tertawa kecil. "Terimakasih" Ucap Kaori dengan tulus
Dan semoga saja apa yang di katakan Shigezane benar. Ia berharap Masamune bisa pulang dan beristirahat dirumah.
Gedung Date corp memiliki 10 lantai yang dimana tentunya ruangan Masamune berada di lantai paling atas. Setelah keluar dari lift, Shigezane dan Kaori melangkahkan kakinya menuju ruang kerja Masamune. Sampailah mereka di depan pintu kayu jati berwarna cokelat tua.
Tok... Tok
Shigezane pun mengetuk pintunya lalu berteriak memanggil kaka sepupunya.
"Masamune, ada Kaori datang menjemputmu!" Teriak Shigezane.
Hening, tak ada jawaban.
Shigezane pun kembali mengetuk pintu namun nihil tak ada jawaban satupun dari dalam ruangan CEO. Perasaan Kaori menjadi tidak nyaman, tapi ia tidak mau memikirkan hal lain. Mungkin saja suaminya berada diruang rapat.
"Ano... Shigezane, sepertinya Masamune-san sedang--"
BLAM
Pintu dipaksa buka oleh Shigezane membuat Kaori terperanjat kaget. Tapi yang membuat Shigezane dan Kaori kaget, didepan matanya, suaminya, Masamune sedang memeluk seorang wanita... Tidak, lebih tepatnya seperti sedang memeluk. Kedua tangannya memegang kedua lengan wanita itu dan juga wajah wanita itu terlihat sembab dan matanya berair.
Masamune yang melihat Kaori ikut kaget, manik emerald itu melebar, dan tangannya langsung melepas wanita didepannya.
"K-Kaori" Panggilnya lirih.
"Wow, ada apa ini? Sepertinya kita melewatkan sesuatu yang 'menarik'. Ya kan Ningyo-chan?"
Ucapan sarkas dari Shigezane membuat Masamune kelabakan. "Ti-Tidak itu bukan seperti yang pikirkan, kaori dengarkan--"
"Ah ya, pasti ini bagian dari pekerjaanmu kan"
Ucapan Kaori membuat Masamune bungkam seketika. Kaori mengeratkan kain bentonya, berusaha menahan airmata agar tidak keluar namun gagal. Masamune mencelos, melihat istrinya mengeluarkan airmatanya sambil tersenyum kearahnya.
"M-Maafkan aku"
Setelah mengatakan itu, Kaori langsung lari, airmatanya menetes lebih deras. Masamune yang melihat Kaori berlari langsung ikut mengejar istrinya.
"Kaori!!"
Sedangkan itu Shigezane yang melihat kedua sejoli hanya menggeleng-geleng kepalanya sambil bergumam
"Hah, dasar pasutri"
***
Didepan lift, Kaori langsung memencet tombol kebawah berulang kali, berharap pintu lift terbuka cepat. Gadis itu semakin panik ketika langkah Masamune semakin mendekat.
"Kaori!"
Wanita itu terperanjat kaget melihat Masamune tidak jauh dari tempat dia berdiri. Buru-buru Kaori berlari ke pintu darurat di samping lift. Masamune yang melihat Kaori kabur kembali, ia langsung berlari memasuki pintu darurat.
Kaori menuruni tangga dengan buru-buru. Namun karena lari Masamune lebih cepat, Lengan Kaori langsung ditarik dan di peluk istrinya dengan erat.
"Lepaskan... Kumohon" Ujar Kaori seunggukan.
"Tidak... Jangan maafkan aku. Kumohon jangan pergi"
Kaori menangis, ia memukul punggung Masamune dengan keras. Masamune hanya terdiam, menerima pukulan istrinya. Selang beberapa menit, tangisan Kaori berhenti, pukulan bahkan sudah melemah. Masamune yang merasakan kaori sudah lebih tenang, perlahan melepas pelukannya, memandang wajah sembab istrinya.
"Lihat aku"
Perlahan Kaori memadang wajah suaminya. Masamune senyum tipis, memegang kedua tangan Kaori lalu mencium kedua tangannya. Kaori masih terdiam, wajahnya terlihat datar dan tidak cerah.
"Mau mendengar ceritaku?"
Sekalipun Kaori tidak memjawab. Masamune pun mulai menjelaskan kejadian tadi. Wanita yang tadi seperti 'dipeluk' Masamune adalah pegawai dari divisi kehumasan. Wanita itu menceritakan kisahnya yang ingin mengundurkan diri karena ia sudah bercerai dengan suaminya dan akan tinggal di kampung. Wanita itu menangis didepan Masamune, membuat pria itu iba dan berniat untuk menenangkannya.
"Maafkan aku, aku tau aku salah. Tapi kumohon jangan pergi" ujar Masamune dengan melas.
Kaori yang mendengar itu terdiam. Ada rasa bersalah didalam diri Kaori yang tidak mau mendengarkan penjelasan dari suaminya. Wanita dengan rambut hitam itu menghela nafas, lalu mulai membuka suaranya.
"... Maafkan aku--"
Perkataan Kaori terhenti ketika tangan Masamune memegang pipi Kaori, ia menatap lembut Kaori sambil menggeleng pelan.
"Aku yang harusnya minta maaf, aku mencintaimu, selamanya"
Ujaran lembut Masamune membuat Kaori kembali berkaca-kaca. Wajah Masamune mendekat kearah Kaori, kening mereka pun saling bersentuhan.
"Sudah lama aku tidak melihat wajahmu, aku ingin pulang rasanya"
"Masamune-san"
Pria itu mencium kening Kaori dengan penuh sayang.
"Ayo kita pulang, aku ingin menikmati waktu kita berdua"
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top