#LevIchie

Mempunyai pacar yang sangat ceria tentu adalah sebuah pengalaman baru bagi Ichie. Ini juga merupakan kali pertamanya pacaran selama 17 tahun ia hidup dan jujur saja, Ichie masih belum terlalu terbiasa dengan statusnya ini.

Pacarnya itu adalah seorang anggota klub voli yang paling tinggi di klub maupun dikelasnya. Ia sering sekali memanggil Ichie dengan sebutan "Kecil" karena Ichie terlihat mungil dimatanya.

Ichie tak habis pikir. Tentu saja semua terlihat mungil di mata lelaki itu karena tingginya yang menjulang, nyaris menyentuh dua meter. Ichie merasa tidak enak dengan yang lebih mungil darinya, takut ada yang semakin insecure karena omongan pacarnya ini.

Dan disinilah dia, berdua dengan pacarnya ini di taman sekolah. Seperti biasa, Lev akan heboh bercerita tentang apa saja dan Ichie hanya mendengarkan dan merespon seadanya. 

Mungkin terasa seperti Ichie tidak peduli, tapi sebenarnya jika dilihat lebih lagi, Ichie selalu menatap dan memperhatikan ekspresi Lev yang berubah-ubah dan kadang mengaguminya dalam hati.

"Hei Kecil! Kau mendengarkan ku?" tanyanya. 

Ichie tersentak pelan, sadar dari lamunannya, "Iya. Latihan voli di musim panas, kan?"

Lev tersenyum semangat, "Iya! Wah, aku tidak sabar untuk menservis lebih banyak bola dan banyak berlatih! Yaku-san bilang setidaknya aku harus bisa menservis sepuluh bola berturut-turut agar boleh main di pertandingan berikutnya! Yaku-san jahat…"

Ichie menahan senyum kecilnya. Baginya, bahagia itu sederhana. Melihat titan abu-abu di sampingnya ini bercerita dengan semangat saja sudah membuatnya senang, walau ia tidak akan mengakuinya sampai kapanpun. Cukup hati kecilnya, Tuhan, dan siapapun yang peka yang tahu.

"Minggu depan kami berangkat lalu—" suara Lev terhenti saat ia merasakan sepasang tangan yang bukan miliknya menangkup kedua pipinya dengan lembut. Ia mengedipkan kedua matanya beberapa kali, tak percaya melihat pacarnya, Ichie yang melakukannya.

Lelaki itu jadi ikutan gugup saat tangan Ichie menepuk-nepuk pelan pipinya. Mata hijaunya melihat gadisnya yang sedang asik memainkan pipinya. Tapi hal itu berlangsung sebentar saja.

"Kecil?" 

Ichie kaget lalu refleks menatap balik lawan bicaranya. Ia lalu tersadar dengan apa yang ia lakukan dan dengan cepat menjauhkan kedua tangannya. Wajahnya merona hebat dan tak habis pikir dengan kelakuannya barusan. Ia lalu memalingkan wajahnya.

"A-aku… maaf," ucapnya pelan.

Untung saja taman sedang agak sepi jadi suara Ichie pun tetap terdengar. Lev tersenyum gemas melihat tingkah Ichie yang malu malu kucing. Kedua tangan besarnya lalu memegang kedua tangan mungil Ichie, membuat Ichie menoleh kembali kearahnya.

"Sayang sekali minggu depan aku tak bisa melihatmu selama seminggu penuh, tapi—" Lev berekspresi sedih. Ia lalu menarik kedua tangan Ichie ke pipinya dan menahannya dengan kedua tangannya. 

"—boleh tetap begini lebih lama?" pintanya. Ichie terdiam lalu mengangguk sekali. Lev langsung tersenyum cerah. Kalau sudah begini, Ichie pun tak bisa menahan senyumnya.

"Kalau tanganku pegal, itu salahmu, ya."

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top