#KeiShi
Ia tak menyukai anak itu.
Terutama ketika Shizurei melihat senyum sombong si pemuda yang setiap kali Shizurei melihatnya, nafsunya untuk menghajar wajahnya langsung meningkat. Ia sangat ingin menghajar senyum mengejek Kei.
"Heh," Kei mendengus di hadapan Shizurei yang melihatnya dengan kesal. "Nilai apa itu,"
Shizurei berusaha menahan diri.
"J-jangan sombong dulu!" Shizurei menyahut. Menunjuk ke atas, tepat mengarah ke wajah Kei yang tersenyum mengejek kepadanya.
Keduanya memang masih bocah.
Hanya sepasang teman SD yang tak jarang sering bertengkar—bersaing—sehingga mereka juga menganggap diri mereka adalah rival satu sama lain.
"Pertandingan selanjutnya adalah pengambilan nilai untuk pelajaran olahraga!" lanjut Shizurei lagi, "dan aku pasti menang."
Kei tertawa.
"Meski kau dikenal sebagai gadis yang paling unggul di antara gadis lainnya," Kei membalas, "itu mustahil kau bisa menang melawan anak laki-laki."
Shizurei seketika terdiam. Ia tertunduk seolah merasa kalah dengan ucapan yang dikatakan Kei. Tapi tak berselang lama, kedua bahu si gadis berkacamata itu bergerak naik turun. Sebelum akhirnya sebuah tawa, lepas begitu saja.
"Jangan sombong dulu, Tsukishima," komentar Shizurei tersenyum bangga, "jika soal olahraga, aku ini ratunya."
***
Suara peluit terdengar nyaring. Diikuti suara guru olahraga yang mengumumkan hasil dari waktu tempuh Shizurei dalam pengambilan nilai lari.
"14,5 detik!" ujar sang guru. Yang mana pernyataan itu langsung mengundang bisikan kagum dari teman sekelas Shizurei.
Dan seperti semut yang mendatangi sesuatu yang manis, teman sekelas Shizurei langsung bergerak mengerumuni gadis berambut pendek itu. Baik laki-laki maupun perempuan, mereka terlihat kagum dengan apa yang berhasil diraih Shizurei.
Dikala itulah, manik cokelat yang menyerupai iris kucing tersebut bergerak. Tepatnya mengarah ke sosok pemuda tinggi berkacamata dengan rambut pirangnya. Berbeda dengan teman-teman laki-lakinya yang lain, pemuda tersebut terlihat menjaga jarak dari kerumunan. Tapi hal tersebut justru memberikan sebuah peluang untuk Shizurei.
Ya peluang.
Peluang untuk menjulurkan lidahnya kepada Kei, sebagai sebuah ejekan untuknya.
Seperti itulah hubungan mereka.
Teman tapi juga rival atau lawan.
Hubungan itu terus berjalan seperti itu. Bahkan ketika mereka telah berpisah lokasi dan sekolah, hubungan musuh rasa teman itu tetap terjalin.
***
"Kau berhenti dari olahraga?" tanya Kei saat dirinya tak mengira akan bertemu Shizurei di tim Nekoma.
Tapi gadis itu terlihat mengenakan pakaian olahraga biasa yang dilapisi jersey Nekoma.
"Banyak hal yang terjadi setelah kita berpisah, Tsukishima," aku Shizurei berhadapan dengan middle blocker dari tim Karasuno itu. "Dan itu membuatku harus berhenti untuk ikut dalam banyak olahraga,"
Kei terdiam kemudian. Melihat adanya perubahan sikap pada Shizurei, itu membuatnya bertanya-tanya.
Ia kenal dekat si gadis gila olahraga yang ada di hadapannya ini. Dan jika seorang Shizurei sampai memilih menjadi seorang manajer—bukan atlet—Kei yakin ada hal yang tak beres terjadi.
"Tapi itu tidak masalah, 'kan?" ujar Shizurei memecah lamunan Kei seketika. "Walaupun tidak secara langsung seperti di masa lalu, aku tetap menganggapmu sebagai lawan, Tsukishima. Jadi, jangan coba-coba untuk melunak."
"Huh," Kei mendengus seketika. Dan tersenyum jahil. "Jangan sombong, Kuroneko-san."
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top