Wedding Story || in the past (1)

yang tulisan miring itu masalalu ya.....

kira-kira In the past ini 2 atau 3 bagian yah, dan aku usahain lebih cepet dari yang ini. baju yng d atas itu gambaran pakaian Airin waktu hari kejadian.

AUTHOR POV

Kalva berjalan kearah Kendra yang sedang duduk di kursi roda sedang menatapnya datar dan duduk di kursi yang tadi di duduki Airin sebelah kursi roda Kendra, Kalva tersenyum ala kadarnya melihat tatapan Kendra.

pemuda itu menghela nafasnya panjang sebelum mulai berbicara, meski di luar Kalva terlihat cuek dengan masalah sepupu sekaligus sahabatnya, tapi siapa sangka kalau dialah orang yang paling takut sepupunya kenapa-kenapa, melebihi takutnya seorang ibu.

"gua yakin kak Ken sudah tau kalau Airin bukan gadis, tapi gua juga yakin kalau Airin nggak nyeritain detail kenapa dia begitu"kata Kalva memberi jeda sedikit panjang dan menghela nafas berat, tatapannya tertuju kedepan tapi semua orang pasti bisa melihat kalau tatapan pemuda itu bukan ketaman "ini semua bermula beberapa tahun yang lalu---"

"Kalv anterin gua ketemu kak Al ya"pinta gadis manis di sebelah pemuda yang sedang serius membaca majalah otomotive.

"nggak ah males, suruh anterin kak Dion napa? loe nggak liat gua  lagi apa? udah sana jangan ganggu, berisik amat sih jadi cewek"

gadis manis itu mendengus sebal dan mengerucut bibirnya mendengar penolakan sepupunya secara kasar.

"ih loe itu begok apa pikun sih?? bang Dion kan lagi di rumah oma sama mama. anterin ya kalv, masak loe tega biarin gua pergi jalan kaki dari sini sampe apartement kak Al, ayolah Va, nanti gua kenalin sama cewek tercantik di sekolah gua, mau ya ya ya"

Kalva mendengus mendengar tawaran sepupunya, kepalanya menggeleng tegas menolak mentah-mentah tawaran itu tanpa berfikir panjang, seorang Kalva yang cuek sama mahluk yang bergender Cewek di kasih tawaran di kenalin sama cewek cakep di sekolahnya, apa dia ngigo??

"ini itu udah malam Rin, lagian loe jadi kecentilan banget nemuin laki-laki malam-malam kek gini, apalagi di apartement, nggak takut di apa-apain loe?"kata kalva membalik majalah otomotive-nya dengan cuek, tapi tanpa di ketahui  sepupunya dia bersungguh-sungguh sama ucapannya.

sejak Awal kalva ketemu temannya Dion dia sudah bisa liat ketertarikan untuk Airin, meski dia cuek terhadap sekeliling tapi dia paling peka untuk orang yang dia sayangi, bisa di katakan kalau kepekaan Kalva itu limited edition.

"ya ampun Kalv, nggak boleh berfikiran kayak begitu, kita ini masih SMP baru lulus kemaren, makanya kalo jadi cowok itu jangan nongki-nongki di kamar terus, sekali-kali kelayapan kek, heran gua sama loe"

Kalva melirik sinis Airin yang masih berdiri di ambang pintu kamarnya menatapnya sebal "eh bukannya gua yang terus di rumah, tapi loe yang terus kelayapan, jam 9 baru pulang, mau jadi apa loe? kuntilanak?"

"kuntilanak pola loe? namanya juga anak gaul, ya pulangnya jam segitu, lagian masih untung gua pulang dari pada temen gua yang nggak pulang-pulang kayak bang toyib"

kali ini bukan lirikan sinis yang di beri Kalva melainkan tatapan membunuh "kalo loe sampe kayak temen loe yang nggak pulang-pulang itu gua bisa pastiin kalo nama loe tercoret di hak pewaris"

"dih loe bokap nyokap gua? udah lah Kav anterin gua, kalo loe tetep nggak mau nganterin gua gua bilang sama nyokap kalo loe itu sering bolos"

Kalva menaikkan alisnya mendengar perkataan Airin "bilang aja sana, emangnya gua takut apa??  lagian tante juga tau kalau gua sering bolos"

mulut Airin terbuka lebar mendengar perkataan cuek Kalva, dalam hati ia mendumel kenapa mamanya nggak marah sama Kalva kalo mamanya tau Kalva sering bolos??  sedangkan dia? baru bolos sekali udah di ceramahi tujuh hari tujuh malam. nggak adil.

"loe nggak mau nganterin gua beneran?"tanya Airin menatap Kalva tajam, yang di tatap mengangguk tanpa mengalihkan tatapannya dari majlah oto mative "yaudah kalo loe nggak mau ngaterin gua, gua bisa pergi sendiri jalan kaki"sambungnya menghentikan kaki dan mendengus sebal.

Kalva menolehkan kepalanya kearah di mana tadi Airin berdiri dan cepat-cepat bangkit dari tidur tengkurepnya berjalan cepat untuk menghentikan niat Airin yang ingin pergi ke apartement  Alvano.

"Rin loe mau ngapain sih ke apartement cowok itu? nggak baik tau cewek pergi malem, apalagi perginya ke apartement cowok yang bisa di pastiin kalo dia tinggal sendiri"kata kalva berlari menuruni undakan tangga. dia sedikit heran kenapa Airin bisa cepat nyampe ke depan pintu? bukannya dia tadi baru bilang kalo dia akan jalan kaki?.

"gua itu kasian sama kak Al, bonyok dia cerai terus lagi ngerebutin dia untuk tinggal sama mereka, dia pasti sekarang lagi sedih, yah you now lah secara dia sayang sama kedua orang tuanya, dia pasti nggak bisa milih, nah gua ingin nempatin posisi sahabat yang selalu ada untuk dia"jawab Airin menatap kalva yang baru nyampe di depannya.

"dia udah gede Rin, dia bisa milih yang terbaik buat dia, lagian dia lebih dewasa dari loe oon"

Airin mendengus mendengar perkataan Kalva "ih loe ya kalv, gua ini cuman ingin jadi  sahabat yang baik, lagian kak Al itu orangnya baik, dia nggak mungkin ngapa-ngapain gua, bukan kayak loe yang sering ngerjain gua"sewot Airin menatap kalva bengis.

kalva terkekeuh melihat tatapan Airin "yee lagian itukan bukan salah gua, loenya sendiri yang mau-mau aja gua kerjain"

"huh??!!! udahlah, nggak penting bicara sama loe tau, gua cepet-cepet nih. hati-hati ya di rumah kalo ada mbak wewe yang godain loe terima aja ye tong"kata Airin kembali berjalan yang dengan sigap di hadang sama Kalva.

"loe mau kesana pake apa? loe kan nggak bisa naik sepeda, orang tiap sekolah aja nebeng gua, untung searah coba kalo kagak? gempor gua, apalagi loe itu gendut"

pletak

"sembarang jadi orang. gua ini nggak gendut, loenya yang kecungkringan jadi cowok. udah minggir gua lagi cepet-cepat nih"kata Airin mencoba menyingkirkan tubuh Kalva dari hadapannya, tapi itu semua sia-sia, nyatanya pemuda itu masih setia berdiri di depan Airin tanpa bergerak sedikit pun.

"Kaaalllvvvv!!!. ah loe rese jadi orang"

kalva tersenyum manis mendengar perkataan Airin "gua anter deh, nanti kalo loe kenapa-kenapa bisa berabe, bukan apa-apa sih, cuman kalo loe lagi sakitkan manjanya ngalaihin balita 3 tahun"kata kalva melenggang pergi dari hadapan sepepunya berjalan kearah sepeda di garasi.

"anjrot"seru gadis itu nggak terima sama perkataan Kalva, bibirnya maju beberapa senti menandakan kalau gadis manis itu sedang sebal dan berjalan kearah pagar garasi, membukanya sedikit sebal.

Kalva terkekeuh melihat kelakuan manja sepupunya dan mulai menggoes berhenti  tepat di depan gadis itu.

"loe ikhlas nggak? kalo nggak mendingan nggak usah"kata Airin membuang muka kearah lain. Kalva terkekeuh dan menganguk.

"ikhlas kok ihklas, sekalian gua pengen ke supermarket"jawab Kalva membuat kening Airin saling berkerutan.

"beda jalur Kalv, nggak deh, mending gua jalan kaki aja, dari pada nanti gua harus mijitin punggung sama kaki loe. OGAH!!"kata Airin melenggang pergi.

Kalva segera menggoes sepedanya kearah Airin "eh dodol, apartement kak Alva kan bawahnya mini market, jadi orang jangan dodol-dodol banget kenapa, udah cepet naik mumpung gua lagi baik nih"

Airin menghentikan jalannya menatap Kalva menimbang-nimbang "loe nggak akan nyuruh gua mijitin seluruh badan loe kayak bulan lalu kemaren kan?"tanya Airin masih ragu sama ucapan Kalva, pasalnya pemuda itu bilangnya Ihklas tapi akhir-akhirnya masih sama, suruh mijitin seluruh badan sampe bikin Airin sebal sendiri.

Kalva tertawa mendengar perkataan Airin "iya Rin, gua udah tobat, udah cepet naik, nanti malah kelamaan, katanya mau cepet-cepet"

Airin menepuk keningnya sendiri mendengar perkataan kalva. dia kan emang lagi cepet-cepet kenapa malah debat nggak penting kek gini?.

dengan cepat Airin naik di boncengan kalva, tanpa menunggu perintah dari Airin Kalva langsung menggenjot sepedanya menuju ke apartement  Alvano.

20 menit kemudian mereka sudah sampe di depan apartement Alvano, Airin turun dari boncengan Kalva yang di susul sama pemuda itu setelah memakirkan sepedanya di parkiran, mereka berjalan berdampingan kearah pintu utama.

"gua tunggu di sana Rin kalo loe udah selesai, dadah Airin hati-hati"kata Kalva berjalan kearah mini market.

"dasar!! kalo udah liat makanan aja langsung semangat, Kalva oncom"gerutu Airin menatap Kalva heran, tak mau membuang waktu lebih banyak lagi Airin langsung berjalan cepat kearah lift yang kebetulan terbuka dan masuk kedalam bersama beberapa orang dewasa di sana.

teng

Airin keluar dari lift bersama dua orang lainnya yang sepertinya pemilik salah satu apartement di lantai 3 ini.

tok tok tok

"kak Al, ini aku, Airin"seru Airin dari luar apartement Alvano sembari mengetuknya bebera kali sampai pintu coklat itu terbuka menampilkan wajah kacau Alvano.

rambut yang selalu terlihat di tata rapi kini sangat berantakan, wajah yang biasanya nampak segar kini hilang menguap entah di mana.

"oh kamu. ayo masuk"bahkan Airin bisa mencium bau alkohol keluar dari bibir Alvano.

kepala Airin mengangguk ragu tapi langkahnya masuk kedalam apartement, kini Airin bener-bener yakin kalau pemuda itu sangat setress, apartementnya sangat sangat sangaaattttt berantakan, kulit kacang yang berserakan di mana-mana, beberapa bungkus snack tergeletak di lantai begitu saja dan tak lupa beberapa botol alkohol di meja depan TV yang menyala.

"mau minum apa Rin?"tanya Alvano menatap Airin sayu menyentakkan kemelut di benak gadis itu tentang 'seberapa berantakannya apartement Alvano'.

Airin merinding melihat tatapan Alvano yang beda dari biasanya, 'apa ini pengaruh alkohol?'tanya Airin untuk dirinya sendiri.

"ah nggak usah kak, biar aku ambil sendiri aja, kakak duduk aja"jawab Airin menatap Alvano sedikit takut dan berjalan kearah dapur. bagi Airin, orang mabuk adalah orang yang harus ia hindari, di manapun itu, tapi beda kasus sama Alvano sekarang, di sisi lain Airin ingin pergi membatalkan niatnya untuk menghibur laki-laki itu, tapi di sisi lain dia tidak tega, apalagi laki-laki itu sendiri yang memintanya untuk datang ke sini. kebimbangan yang begitu besar menguasai benaknya sampai nggak sadar kalau sedari Tadi Alvano membuntutinya dan berdiri tepat di belakang punggung gadis itu.

lagi-lagi Airin tercengang melihat seberapa 'berantakannya' dapur Alvano, beberapa piring kotor tergeletak begitu saja di bak cuci, plastik mie instan berserakan di mana-mana, dan bau nggak enak menyengat di hidungnya, mungkin ini bubur basi?? entahlah, dia nggak tau pasti apa bau menyengat ini.

Airin tersentak kaget merasakan tangan melingar perutnya dan kecupan-kecupan kecil di leher jenjang Airin.

"kak Al akkhhhh"pekik gadis itu merasakan gigi Alvano yang menggigit lehernya terus menerus membuat gadis itu mengerang.

tangan yang tadi melingkar di perut Airin kini beralih meremas payudara Airin yang tak seberapa, tapi pas di genggaman tangannya Alvano.

"kakh---- Al--- Vanooo---oh"rintih Airin antara kesakitan dan kenikmatan, kesakitan karena ALvano bermain 'sedikit' kasar di kedua payudaranya.

punggung Airin menempel di dada Alvano, kakinya lemas tak bertenaga, matanya menutup menikmati tangan Alvano di payudaranya meski laki-laki itu 'bermain sedikit kasar' tapi entah kenapa Airin menyukai ini.

bau basi yang tadi menyengat di hidung Airin kini sudah tak bisa ia hirup lagi, pemikiran gadis itu sedang tak ada di tempat yang semestinya.

mungkin faktor utama kenapa Alvano bisa kehilangan kendali seperti ini karena baju yang di kenakan Airin, gadis itu hanya memakai kaos ber-lengan panjang dan hot pants berwarna merah.

Airin terus mendesah tak sadar kalau kaos yang ia kenakan sudah jatuh di lantai, kini ia hanya mengenakan bra werna peach dan hot pants.

BLAM

tiba-tiba semua lampu di apartement Vano mati, seakan tersadar dengan apa yang terjadi Airin langsung melepaskan diri dari rangkulan Alvano, bergerak menjauh.

Alvano bergerak mendekat kearah Airin mencekal pergelangan gadis itu membuat gadis itu merintih dan mencoba melepaskan tangannya dari genggaman Alvano.

"kak Al lepasin, aku mau pulang"kata Airin mencoba melepaskan genggaman tangan Alvano. dia mengutuki diri sendiri kenapa tadi dia nggak ngedengerin perkataan Kalva tadi? kalau saja dia menganggap perkataan Kalva tadi serius, hal ini nggak akan terjadi.

"kamu mau kemana? kamu nggak boleh kemana-mana Rin"kata Alvano menarik tangan Airin keluar dari dapur.

"nggak, aku mau pulang!!! lepasin aku"teriaknya lagi, kini air matanya sudah menetes, tangannya perih, hatinya takut, fikirannya kalut, dia nggak akan bisa berfikir jernih kalau dia nggak bisa ngendaliin diri sendiri.

"kamu ngak boleh pulang"seru Alvano terus menarik tangan Airin meski sang empu terus-terusan berusaha melepaskan diri.

"aku mau pulang kak Al, aku mau pulang"teriak Airin semakin menjadi ketika Alvano menariknya kearah kamar. lampu memang mati, tapi keadaan di sana nggak begitu gelap gulita, bulan masih menampakan sinarnya meski tak secerah matahari, tapi cukup membuat retina mata melihat kesekililingnya.

"aku mau pulang kak Allll"teriak Airin entah untuk keberapa kali.

BUUUUKKKK

Alvano mendorong tubuh Airin di atas kasur membuat gadis itu terjatuh secara telentang.

"aku bilang nggak ya nggak, kamu ngerti nggak sih??"kata Alvano sedikit membentak menatap Airin yang setengah bugil sedang telentang di kasur. seketika nafsu yang tadi sempat hilang kini kembali hadir.

Alvano merangkak mendekati Airin yang menjauh dan berniat turun dari ranjang  yang langsung kembali di tarik sama Alvano membuat gadis itu kembali telentang, tak membuang waktu lebih lama Alvano langsung menindih tubuh Airin dan mulai mencumbuinya.

"kak berhenti"pinta Airin di sela isaknya dan memukul-mukuli dada bidang Alvano.

"nggak akan sebelum aku mendapatkan kamu"bisik Alvano purau.

air mata Airin semakin deras dan mencoba mendorong tubuh Alvano, meski akhirnya sia-sia.

Alvano terus mencumbuinya, menarik Bra yang masih menempel di tubuh gadis itu membuangnya kesembarang arah, Airin semakin terisak tapi sama sekali tak berpengaruh untuk menghentikan aksi Alvano.

dengan kasar Alvano menghisap puting Airin yang sudah menegang, Airin mendesah di sela-sela isaknya, tangan Alvano tak tinggal diam, tangan kanan mencoba melepaskan hot pants dan celana dalam Airin sedangkan tangan kirinya terus memilin puting Airin.

"SAKIIIITTTTT"teriaknya lantang, kepalanya mendongak merasakan daerah kewanitaanya di bobol begitu saja dalam satu hentakan.

>>>>>>>>>

sory lama updatenya, sebenernya sih aku pengen update lebih cepet dari ini, tapi entah kenapa setiap aku memegang komputer eh idenya langsung pergi, yang dateng malah ide cerita lain. ekekekeekekke.

28/07/15

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top

Tags: #brokenheart