Semoga Saja.

akhirnya oh akhirnya, aku bisa ngelanjutin cerita ini. huuuu aku gak nyangka bakal kehilangan ide ini dalam setengah perjalanan. penyakit lama ku ya ini. tiba-tiba ide cerita menguap begitu aja, gak ada bekas. akhirnya pontang-panting nyari ide. hahaha. udah gitu, mood buat nulis beberapa bulan bener-bener down.  tapi gak pa-pa, yang penting sekrang update. dan aku bakal usahain sering-sering update. segini aja deh cuap-cuepnya. byee... selamat malam bagi indonesia bagian barat.

>>>>>>>>>>>

"Pagi kak." sapa Airin ceria melihat Kendra yang sudah membuka matanya. Pria itu hanya mengangguk dan tersenyum tipis, senyuman yang sangat amat tipis sampai Airin sendiri tidak sadar kalau suaminya baru saja tersenyum.

"Aku bantu duduk." katanya begitu saja, membantu Kendra untuk duduk, menyerahkan roti tangkup bersisi slai berry yang di terima dengan senang hati, memakannya perlahan-lahan.

"Kakak mau jalan-jalan?" tawar Airin terus menatap wajah Kendra penuh dengan kekaguman.

Kendra berhenti mengunyah mendengar perkataan Airin, menatap wajah wanitanya dengan pandangan yang tak bisa di artikan.

"Boleh."

Airin tersenyum lebar mendengar suara Kendra, akhirnya... setelah perjuangannya dia sedikit bisa meluluhkan Kendra. Dia sangat bahagia mendengar Kendra mau membuka suaranya, dia fikir nanti Kendra akan mengangguk atau menggeleng, tapi tidak taunya. Hidup memang penuh kejutan.

"Aku bawa ini kedapur dulu ya," kata Airin ceria yang tak bisa di tutupi lagi. dia berdiri dari duduknya, berjalan keluar kamar membawa piring bekas roti tangkap dan gelas susu, membawanya ke dapur.

"Kamu udah makan Rin?"

Langkah kaki Airin berhenti mendengar suara mertuanya. Kepalanya menoleh keasal suara dan tersenyum. "Belum ma, nanti aja, Airin nggak biasa makan jam segini." katanya sopan.

Mertuanya hanya mengangguk mendengar perkataan menantu pertamanya. "Tapi jangan lupa sarapan loh ya, sarapan itu penting buat kecerdasan otak."

"Iya Ma, Airin kebelakang dulu ya."

Mertuanya kembali mengangguk dan kembali focus sama televisi di hadapannya, semua orang sibuk dengan dunianya sendiri. perbedaan rumahnya dan rumah suaminya terasa sangat mencolok, kalau di rumahnya hari minggu pasti di gunakanbuat berkumpul keluarga, bercanda dan tertawa bersama, tidak seperti di rumah suaminya, rumah ini terasa hampa, apa semua rumah orang kaya seperti ini?.

Setelah mencuci gelas serta piring yang tadi dia bawa, dia kembali berjalan ke arah kamarnya. Mama mertunya terlihat sangat asik dengan televisi di hadapannya.

"Kakak?" serunya kebingungan melihat Kendra keluar dari kamar mandi dengan kursi roda, perasaanya semalem dia menaruh kursi roda di pojok ruangan, terus kenapa Kendra bisa keluar dari kamar mandi dengan kursi roda?.

"Kenapa?" Tanya Kendra melihat istrinya yang kebingungan, tangannya terus menjuding antara dinding di mana dia menaruh kursi roda dan kamar mandi bergiliran. "kenapa?"

Kepala Airin menggeleng bingung. "Nggak papa kok kak," jawabnya dengan cengiran aneh.

Kendra ikut tersenyum melihat cengiran itu, senyuman yang lagi-lagi sangat tipis, dan Airin kembali tidak menyadari kalau suaminya baru saja tersenyum.

"Yaudah sana kamu mandi, aku mau ganti baju dulu."

Dengan patuh Airin menuruti keinginan Kendra.

.

Suasana ramai di taman kompleks perumahan Kendra membuat Airin tersenyum simpul, bibirnya sejak tadi tanpa hanti mengulas senyuman manis. beberapa anak kecil terlihat saling berkejaran satu sama lain.

Kepalanya menoleh kearah Kendra yang sejak tadi terus memandanginya dengan senyuman tipis, senyuman yang masih tak terlihat di mata wanitanya.

Airin tersenyum semakin manis melihat suaminya sedang memandanginya, tangannya terulur menggenggam jari jemari Kendra.

"Kakak mau lihat-lihat sekitar sini? Sekalian nyari cemilan." tawar Airin menatap Kendra penuh dengan rasa cinta.

Kendra mengerjapkan matanya sekali dan mengangguk.

Airiin berdiri dari duduknya berjalan kebelakang kursi roda Kendra, dan mulai mendorongnya, melewati beberapa orang yang sedang menatapnya dengan senyuman yang di balas hal serupa olehnya.

Rinai tawa dan kebahagiaan jelas terlihat di taman itu, semua orang sedang berkumpul dengan keluarganya masing-masing, tapi ada juga pemuda dan pemudi yang yang terlihat sedang bersamaan, entah mereka pacaran atau hanya sekedar 'teman'.

Samar-samar Airin mendengar suara seseorang menangis, langkahnya berhenti yang berdampak dorongan di kursi Kendra ikut berhenti, kepalanya menoleh kekanan dan kiri mencari tau seseorang yang menangis.

Kendra mendongak menatap Airin bingung, tapi Airin seolah tidak tau. Wnaita itu berjalan kearah pohon gede yang jaraknya lumayan jauh. Kening pria itu masih berkerut gak tau istrinya mau ngapain berjalan di pohon yang keliatan gak ada orangnya.

Airin berjongkok di samping anak yang masih sesegukan. Kepalanya menoleh kekanan dan kekiri, mencari orang tua si anak. Tapi sejauh mata memandang, dia tak melihat orang tua di sekitarnya. Kebanyakan dari mereka masih memakai seragam SMU. Tidak mungkinkan, masih pake seragam SMU anaknya sudah keliatan berusia 5 tahun?.

"Adek, Adek kenapa nangis?" tanya Airin mengusap rambut kriting anak laki-laki di sampingnya.

Perlahan kepala anak itu mendongak, menatap Airin dengan wajah penuh air mata.

"Itu kak. Balonku telbang," kata anak itu, menjuding ke atas yang di ikuti Airin.

Wanita itu menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Dia kira anak itu tersesat atau gimana, ternyata hanya balonnya terbang. Dia menghela nafas berat. Bingung harus bagaimana. Tidak mungkin kan dia memanjat? Dia cewek, pakai dress, dan sudah dewasa. Apa kata orang yang melihat kelakuannya sedang memanjat?.

"Adek beli yang baru aja ya? Kakak kasih uangnya, mau?"

Kepala anak itu menggeleng, dan kembali menangis. Seketika Airin di buat kelabakan.

"Ndak mau. Andli maunya balon itu. Hanya itu, ndak mau yang lain. Huaa..."

Airin berdiri dari jongkoknya. Kepalanya menoleh kekanan dan kekiri, berharap ada orang yang bisa di mintai tolong.

"Cup, cup, cup. Kamu jangan nangis lagi, ya. Kakak akan ambilin, kamu jangan nangis lagi ya." bujuk Airin mencoba meredakan tangisan anak di depannya.

Gerak-gerik dan kata-kata Airin terlihat jelas di mata dan telinga Kendra. Lelaki itu menggerakkan kursi rodanya ke arah sang Istri. Sedangkan Airin masih sibuk untuk menengkan si bocah yang terus menangis.

"Kenapa, Ai?"

Airin tersentak mendengar suara orang yang baru tadi pagi dia dengar, kini kembali dia mendengarnya. Kepalanya menoleh kearah Kendra yang menatapnya datar, padahal andai Airin tau, lelaki itu tersenyum tipis, sangat tipis.

"Ah, ini kak. Balonnya di atas. Nyangkut di pohon." kata Airin menunjuk balon spongebobe yang nyangkut di pohon tinggi dan besar.

Kendra ikut mendongak, beralih menatap si anak kecil yang sedang mengusap kedua matanya. Tangannya mengelus kepala anak itu lembut.

"Om beliin ice cream ya? Mau? Balonnya gak bisa di ambil, sayang. terlalu susah." kata Kendra lembut. Airin tergugu di tempatnya berdiri. Matanya menatap Kendra tanpa kedip.

"Ice Cleam?" tanya anak itu dengan aksen cadelnya.

Kendra mengangguk. "Iya. Kamu mau rasa apa? Tuh di sana ada abang-abang tukang ice cream." kata Kendra menjuding ke arah belakangnya. Di mana si tukang ice cream sedang di kerubuni beberapa orang.

"Mau om, Andli mau."

Airin masih terdiam di tempatnya berdiri. Dia sama sekali tak percaya sama apa yang dia liat. Kendranya begitu lembut dan penyayang. Dia tidak salah untuk jatuh cinta sama orang.

"Kamu belinya sama tante, Ya. Om tungguin di sini. Kamu mau kan Rin?" tanya Kendra minta persetujuan.

Kendra menoleh kearah Airin. Melambaikan tangannya di depan wajah sang istri yang membuat Airin seketika sadar dari lamunanya. Dia tersenyum bodoh. Tangannya menggaruk kepala yang tidak gatal. Merutuki kebodohannya sendiri. Sedangkan Kendra terkekeh dalam hati.

"Eh, apa kak?" tanyanya bodoh.

"Kamu mau kan, nemenin Andri beli ice cream?"tanya Kendra, mengulang pertanyaanya dengan lembut.

"Tentu." jawab wanita itu ceria. Menyembunyikan rasa malunya akan kecerobohannya tadi.

Kepalanya menoleh kearah Andri yang menatapnya bingung.

"Kamu mau beli ice cream, kan? Ayo sama tante." ajak Airin menggandeng tangan Andri.

"Napa Nte?"

"Eh, apa? Gak papa kok sayang. ayo cepet ke sana, nanti abang penjual ice creamnya keburu pergi." seru Airin mengecoh rasa keingin tauan anak di sampingnya. Berjalan cepat, karena Andri sepertinya kemakan omongannya tadi. Anak itu berlari, ingin segera sampai ke abang penjual ice cream.

Kendra terkekeh. Mungkin, ini saatnya dia membuka hati, membuka lembaran baru untuk cintanya. Semoga Airin sebaik apa yang dia kira.

.

Entah berapa lama mereka mengelilingi taman perkompleks-kan rumah Kendra, yang jelas, matahari sekarang sedang ada di atas kepala. Airin melihat arloji yang ia kenakan dan memutar haluan ke arah caffe deket taman kompleks mereka.

"Kita makan dulu ya kak, kakak kan harus minum obat. Ini sudah waktunya," kata Airin terdengar begitu pengertian. Kendra mengangguk mengiyakan perkataan Airin.

Tadi Setelah Airin membelikan ice cream ke Andri, anak itu langsung pergi, ikut bermain bersama teman-temanya yang sedang main petak umpet. Wanita itu memutuskan meniggalkan Andri di sana, toh keliatannya Andri sudah hafal dengan jalan taman kompleks itu. Mungkin Andri tinggal di salah satu perumahan elit di sana.

Kepala Airin menoleh kekanan dan kekiri, mencari tempat duduk yang masih kosong. Di dorongnya kursi roda Kendra ke kiri. Duduk di sebelah Kendra dan membuka menu yang sudah ada di hapannya.

Tangannya melambai untuk memanggil waiters datang kearah mereka.

"Mbak, saya pesan chicken fried steak 1, strawberry squesh 1 dan... kakak mau pesen apa?" tanya Airin menoleh kearah Kendra yang sejak tadi menatapnya dengan diam.

Kendra tergagap melihat Airin yang tiba-tiba menoleh kearahnya. Jantungnya berdentum, takut kalau Airin memergokinya tadi. Andai dia tau. Seberapa cueknya Airin terhadap sekeliling, kalau dia mengetahui hal itu, dia tak akan takut ketangkap basah.

"Samain aja." jawab Kendra pada akhirnya. Merasa jengah di perhatikan seperti itu oleh Airin. Dan juga, waiters yang sejak tadi tersenyum menggoda kearahnya.

"Jadi, Chicken fried steak 2, strawberry squesh 1 dan air putih 1." kata Airin menyodorkan buku menu ke arah mbak waiters tadi dan melotot, saat tau ke arah mana tatapan mbak-mbak waiters itu.

Mbak-mbak waiters tadi menunduk. Dan berlalu. Membiarkan Airin yang mendumel dalam hati akan ulahnya.

"Kok aku hanya air putih?" tanya kendra tak terima atas pesanan Airin untuknya.

"Iya, soalnya kakak gak boleh minum es, kan mau minum obat. Aku mau pesenin hot chocolate juga gak enak, di luar kan lagi panas terik, masak kakak minumnya coklat panas?"

Kendra mengangguk membenarkan perkataan Airin. Dalam benaknya, Airin memang berbeda dari mantannya. Kalau mantannya begitu egois, mementingkan dirinya sendiri, tak perduli saat dirinya capek, saat dirinya sedih, saat dirinya sedang bad mood, bahkan saat dirinya sedang sakit. Mantanya sama sekali tak perduli. Berbeda dengan Airin yang begitu perhatian. Mengingatkannya, meski itu hal sepele. Tapi Airin memang berbeda. Semoga saja kali ini dia tak merasa jatuh lagi. dan salah memilih orang. Semoga saja.


Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top

Tags: #brokenheart