Puzzle 7

Yuhuuuu udah update lagi! ^^

Yok vote dulu baru komen sebanyak-banyaknya<3<3

Beberapa hari Aydin menjenguk Puzzle. Selama itu demam Puzzle naik-turun. Saat ini Aydin duduk bersandar di punggung sofa, menunggu sepupu Puzzle menyiapkan teh sebagai sajian karena dia baru saja tiba.

"Laia udah tidur ya?" tanya Aydin kepada perempuan yang baru saja meletakkan secangkir teh hangat di atas meja.

"Kayaknya sih udah. Ini udah jam delapan malam. Biasanya kalo sakit tidurnya lebih awal," jawab Zoraya Atalya Samir, sepupu Puzzle yang lain.

"Kondisinya masih sama kayak kemarin?" tanya Aydin lagi.

"Ya, kurang lebih begitu." Zoraya meletakkan sepiring cookies di atas meja. "Minum, Din. Mungkin besok atau lusa Puzzle udah sembuh. Biasanya dia kayak gini kalo banyak yang dipikirin."

"Gue minum ya." Aydin menyesap teh hangatnya perlahan. Dia membasahi tenggorokkan yang kering dan setelahnya menarik senyum tipis. "Gue boleh nanya sesuatu nggak, Zor?"

"Tanya aja. Mau tanya apa?"

"Mungkin ini nggak sopan, tapi gue merasa Puzzle mikirin mantannya. Kenapa mereka gagal nikah?"

Zoraya terkejut mendapat pertanyaan seberani itu. "Gue nggak bisa cerita. Kalo Puzzle tau gue beberin––"

"Tenang aja, gue nggak akan bahas ini sama Puzzle. Gue cuma mau tau. Tera udah nunjukkin kardus penuh memori Puzzle sama Gerry. Tapi gue nggak bisa nemu alasan mereka gagal nikah," potong Aydin.

Zoraya diam sebentar, mengambil napas lebih dahulu, lalu mengembuskan perlahan. "Janji ya lo nggak akan bahas ini selama berdua sama Puzzle?"

"Janji."

Zoraya menatap ragu. Melihat Aydin menunjukkan wajah serius, rasa ragu itu perlahan menyingkir. "Well, mereka gagal nikah karena..." Dia sempat tidak sanggup menjelaskan. Berhenti sejenak memikirkan kalimat yang tepat. Beberapa detik kemudian, dia melanjutkan, "... Gerry hamilin perempuan lain. That's the reason."

Aydin terbelalak. Syok.

"I feel bad for her. Gue nggak nyangka dia dapat kabar yang nggak enak kayak gitu dari mulutnya Gerry. Gue masih inget banget dia nangis sebulan penuh, mikirin kenapa Gerry tega berbuat kayak gitu di belakangnya," lanjut Zoraya.

"Terus Gerry tanggung jawab atas perempuan yang hamil itu?" tanya Aydin.

"Iya. Gerry nikah sama perempuan itu sebulan setelah pernikahannya sama Puzzle batal. Sampai sekarang Gerry masih sama istrinya." Zoraya menjawab dengan nada agak kesal.

Syok (lagi!). Aydin tahu kalau Gerry sudah menikah dari Hans. Dia pikir pernikahan Gerry memang murni atas dasar kesepakatan bersama atau paling tidak menemukan perempuan lain yang tepat setelah tak lagi dengan Puzzle. Apa yang dia dengar mengubah semua tebakannya.

"Gue pikir pernikahan Gerry bakal berakhir gitu aja. Ternyata nggak. Dia masih awet sampai tiga tahun belakang," tambah Zoraya.

Tiga tahun Puzzle berjuang menyembuhkan lukanya? Aydin tidak bisa berkata-kata.

"Walaupun gue tau kalian nikah bukan karena cinta, tapi gue harap lo bisa menjaga Puzzle. Dia berhak bahagia setelah berusaha nyembuhin lukanya," pesan Zoraya. Dia dan Tera sudah tahu akan alasan Puzzle bersedia menikah dengan Aydin. Mereka tidak bisa melarang keputusan sepupunya.

"Iya, Zor. Omong-omong, Laia orangnya nggak enakan ya? Dia selalu nolak kalo gue mau jemput atau antar."

"Nggak kok. Tapi sejak batal nikah, dia mulai nggak enakan. Dia bilang nggak mau dianggap manja. Soalnya dulu dia sering diantar jemput sama Gerry. Dia jadi merasa kalo sikap ketergantungannya yang bikin Gerry nggak nyaman dan berakhir selingkuh," jelas Zoraya.

Aydin paham sekarang. Benar apa kata pepatah, luka mengubah seseorang. Begitu pula dengan perubahan sikap Puzzle seperti yang dikatakan Zoraya.

"Thank you infonya, Zor." Aydin melempar senyum. "Gue mau cek keadaan Puzzle dulu ya." Lalu, dia bangkit dari tempat duduknya dan beranjak menuju kamar Puzzle.

Dia mendaratkan punggung tangannya memastikan demam Puzzle sudah turun setelah duduk di pinggir ranjang. "Syukurlah," ucapnya lega.

Meskipun dia merasa lega, tapi dia menyadari Puzzle kedinginan. Tubuhnya menggigil meskipun pendingin ruangan tidak menyala dan selimut sudah cukup tebal.

"Dingin...," gumam Puzzle.

Aydin mengambilkan selimut di lemari, seperti yang telah diberitahu Zoraya dan menutupi tubuh Puzzle dengan selimutnya. Namun, Puzzle masih tetap kedinginan. Suhu tubuhnya juga sedang tidak menentu meskipun sudah minum obat.

Satu-satunya cara adalah menaiki tempat tidur, dan menarik Puzzle dalam pelukan. Aydin mengusap punggung Puzzle, membiarkan perempuan itu berada dalam dekapannya.

Selagi memeluk Puzzle, dia melihat air mata jatuh dari sudut mata Puzzle. Bahkan dalam keadaan sakit pun, Puzzle merasakan luka itu. Aydin menyeka air mata Puzzle dengan ibu jarinya.

Diabaikan keluarga saja menurutnya sudah menyakitkan, bagaimana dengan Puzzle yang batal menikah karena pasangannya menghamili perempuan lain? Lukanya pasti lebih besar. Dia masih beruntung memiliki Andi dan kakak-kakaknya yang mendukung atas hidup yang dia jalani. Tapi Puzzle? Bagaimana dia menanggung luka, malu, dan kesedihannya selama ini? Aydin menyayangkan ada laki-laki yang tega berbuat seperti itu.

"Semoga setelah ini luka yang kamu rasakan bisa hilang pelan-pelan. Bahagia selalu, Laia." Aydin berucap sambil mengeratkan pelukan. "Cepat sembuh."

Zoraya yang tidak sengaja ingin membawakan minuman untuk Aydin ke dalam kamar terpaksa mundur selangkah setelah melihat pemandangan itu. Dia menarik senyum tipis sebelum akhirnya benar-benar menjauhi pintu.

🧩🧩🧩

Sinar matahari bersinar cerah di luar sana. Silaunya masuk melalui celah jendela yang belum ditutup tirai sepenuhnya. Puzzle membuka kelopak mata perlahan. Apa yang dia lihat saat ini adalah wajahnya Aydin. Laki-laki itu memejamkan mata. Di samping sosok Aydin, dia merasakan tangannya memeluk tubuh Aydin, begitu pula tangan Aydin yang melingkar di pinggangnya.

Puzzle nyaris menjerit kalau dia tidak menahan diri setelah melihat ketampanan wajah Aydin yang luar biasa. Alis tebal, hidung mancung, bibir sensual, rambut hitam legam, semua terlihat sempurna. Dia terkejut saat Aydin membuka kelopak matanya. Iris hitam menawan itu menatapnya dengan hangat.

"Good morning, Laia. Kamu udah bangun daritadi?" tanya Aydin santai.

Puzzle mengangguk. Dia buru-buru menyingkirkan tangan Aydin darinya. Hebat sekali Aydin bisa tenang dan santai. Dia saja panik. Takutnya dia khilaf dan malah mencium bibir Aydin. Astaga! Jangan sampai setan nakal yang selalu menggandrungi Asmara berpindah padanya.

"Gimana perasan kamu? Udah merasa lebih baik?" tanya Aydin lagi. Dia mulai mengubah posisinya menjadi duduk dan mendaratkan punggung tangan di kening Puzzle. "Demamnya udah turun. Tapi jangan masuk kerja dulu ya. Kamu masih butuh istirahat."

Puzzle mengangguk. Seperti pasien yang diberitahu dokternya untuk beristirahat. Ternyata lumayan juga dia kenal Aydin. "Kamu nggak pulang?"

"Semalam ketiduran. Andi lagi dinas ke luar kota. Dia nggak akan marah," jawab Aydin beralasan. Sebenarnya Andi ada di apartemen, tapi dia tidak mau Puzzle kepikiran soal Andi terus. Biarlah urusannya dia sendiri yang mengurus. "Aku pulang sekarang ya. Jangan lupa makan sama minum obat. Vitaminnya juga."

"Iya. Makasih, Dokter Aydin," ucap Puzzle sambil tersenyum.

Aydin terkekeh sembari mengusap kepala Puzzle. "Cepat sembuh, Laia. Aku datang lagi nanti malam. Jangan mikirin apa pun. Buang jauh-jauh pikiran yang mengganggu kamu."

"Iya, Dokter Aydin. Sekali lagi makasih."

Aydin berdiri dan mengambil beberapa barang miliknya yang tergeletak di atas nakas samping tempat tidur. "See you later, Laia."

Sepeninggal Aydin, dia menutup wajahnya. "Gila, gila, gila! Gue udah nggak waras meluk-meluk dia."

🧩🧩🧩

"Masa gue tidur sama Aydin," mulai Puzzle.

Akibat kalimatnya yang tidak dipikir dulu, Asmara sampai menyemburkan airnya ke lantai karena kaget.

"What?! Beneran? Having sex gitu?"

"Yakali. Maksud gue dalam konteks 'cuma satu kasur' aja," ralat Puzzle.

"Gue pikir lo beneran tidur sama dia. Gue udah excited tuh."

"Daripada lo mikirin itu, lebih baik lo kenalin gue sama teman lo. Gue mau punya pacar juga biarpun nanti nikah sama Aydin."

"Kata lo nggak mau. Teman-teman gue udah pada punya penjaga keramat. Tapi kayaknya ada beberapa." Asmara mengusap dagunya seakan berpikir. "Eh, ada! Lo beneran mau sama dia?"

"Siapa?" tanya Puzzle.

"Tau chef Binar nggak?"

"Tau. Kenapa?"

"Gue mau kenalin lo sama dia." Asmara tersenyum lebar. "Kali ini pilihan gue nggak salah, kan? Dia ganteng banget!"

Puzzle mendesah kasar. "Please deh, Asmara. Mana mungkin laki-laki sesempurna chef Binar yang digilai perempuan mau sama upik abu kayak gue? Lo kira-kira dong. Demen amat bikin gue malu."

Dia tahu teman-teman Asmara famous semua. Bahkan dia tahu chef Binar karena sering nonton acaranya yang bernama Cooking In Minute—yang mana juga bersama pacarnya Asmara yang bernama Kamayel Halim dan chef lainnya, Pilar Sastrorejo.

"Heh! Lo tuh pesimis mulu deh. Coba dulu. Jangan bentar-bentar bilang nggak mungkin disukain. Nothing impossible in this world, Izei. Nothing impossible!" cerocos Asmara. "Lagian siapa yang tau hati seseorang. Biarpun keliatannya sempurna, siapa tau tipenya perempuan biasa-biasa aja."

Puzzle tidak mau beradu mulut dengan Asmara. Dia bisa kalah telak. Mau tidak mau dia terpaksa setuju daripada sudah narik urat terus kalah. "Ya udah. Coba dulu."

"Nah, gitu dong. Gue atur pertemuan lo sama Binar." Asmara tersenyum senang saat mengambil ponselnya dan mengirimkan pesan pada sosok yang dibicarakan. "Btw, chef Binar punya anak satu."

"Duda maksud lo? Kok gue baru tau dia udah nikah?"

"Bukan duda sih, tapi dia adopsi anak. Dia nggak pernah nampilin anaknya karena nggak pingin diusik-usik gitu kehidupan pribadinya."

"Baik banget ya. Ayah-able sekali."

Asmara tersenyum penuh arti. "Gue punya feeling bagus nih lo sama dia bakal jadi pasangan. Optimis banget nih!"

Puzzle berdecak. "Optimis lo kelewatan. Gue sih nggak bisa begitu."

"Hidup udah susah jangan dibikin makin susah, Zei. Btw, lo sama Aydin udah mulai boboan bareng. Yakin nggak mau deketin aja?"

Puzzle memutar bola matanya. "As, tolong deh lo berhenti ngayal yang tinggi-tinggi."

Asmara berdecak. "Zei, inget. Apa pun yang terjadi ke depan nggak ada yang tau. Dan bisa aja lo sama Aydin saling jatuh cinta."

"Mulai deh lo." Puzzle memelototi Asmara dengan sebal. "Lo manusia paling plin-plan ya. Tadi semangat jodohin gue sama Binar, sekarang Aydin. Mau lo siapa sih?"

"Ya, kalo bisa dikuasain dua-duanya kenapa nggak?" Asmara tersenyum jahil. Senang menggoda Puzzle.

"As, berantem aja yuk? Minta banget diajak ribut."

Asmara tertawa terbahak-bahak. "Gue dukung lo sama siapapun yang bisa bikin lo bahagia. Jangan ketemu manusia yang bikin lo sedih."

"Ugghh! So sweet banget sih, Asmaar!"

Puzzle memeluk Asmara dari samping yang kebetulan duduk bersebelahan dengannya. Beruntung saja dia memiliki sahabat sebaik Asmara.

🧩🧩🧩

Jangan lupa vote dan komen kalian ya<3<3

Gemes nggak sih sama Aydin dan Puzzle? wkwkwk XD

Nih, aku kasih foto kemesraan mereka lagi XD

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top