Puzzle 18

Yuhuuuu update lagi! ^^

Yuk, vote dulu baru komen sebanyak-banyaknya😘😘🤗❤️

Puzzle duduk di ruang tunggu. Matanya terpejam dan tidurnya pulas. Tubuhnya bersandar pada kursi. Beberapa kali terbangun karena tak ada tempat bersandar untuk kepalanya. Puzzle tidak pulang ke rumah dan menemani Aydin menunggu Onara. Namun, Puzzle tidak mau duduk di kamar meskipun Aydin sudah mengajak karena tidak enak dengan Andi. Sementara Aydin sedang membeli kopi.

Andi melihat Puzzle tertidur di tempatnya. Dia berjalan mendekat. Dia berniat membangunkan Puzzle, tapi kepala perempuan itu bergerak ke samping. Dengan sigap Andi menjadikan telapak tangannya tumpuan kepala Puzzle.

"Ini orang bukannya pulang malah tidur di sini." Andi bermonolog sendiri.

Tidak mau membiarkan tangannya menjadi tumpuan terus-terusan, satu tangan Andi yang lain hendak menyentuh pundak Puzzle. Namun, dia melihat perempuan itu terlalu pulas sampai rasanya tidak tega membangunkan. Alhasil Andi duduk di samping Puzzle, membiarkan Puzzle bersandar di pundaknya.

Sedikit banyak Andi merasa bersalah sudah mengomel tidak karuan. Dia takut putrinya kenapa-kenapa jadi meluapkan kekesalannya pada Puzzle yang sebenarnya tidak bisa disalahkan.

"Aku cariin kamu di mana. Ternyata kamu di sini lagi jadi sandaran istri orang," ucap Airi setelah berdiri di depan Andi.

Andi mendongak, melihat mantan istrinya bersedekap di dada. "Kenapa? Onara bangun?"

"Nggak. Aku nggak suka sendirian. Takut."

Andi menahan tawa. Ingin meledek tapi takut kena pukulan kejam Airi yang panasnya kayak cabai.

"Iya sih, ini rumah sakit banyak setannya. Banyak orang meninggal. Pasti banyak arwah gentayangan," canda Andi menakut-nakuti Airi.

"Belum pernah aku tabok ya?" Airi memelototi mantan suaminya. "Bangun dari situ. Temenin aku di kamar Onara. Jangan sampai aku aduin sama Aydin. Gatel kamu godain bini orang."

"Godain bini orang? Ada juga Puzzle godain Aydin. Yang bener aja kamu."

Airi memutar bola matanya. "Kalo nggak godain, ngapain kamu jadi sandarannya Puzzle? Kasihan sama dia? Padahal kamu sebel banget sama dia. Apa mulai cinta? Biasanya cinta itu dimulai dari benci."

"Apa perasaan kamu untuk aku dimulai dari benci?"

"Nggak sih. Tapi dimulai dari ketololan." Airi menekankan kalimatnya. Kemudian, dia mengulurkan tangannya. "Ayo, bangun. Anterin aku beli makan. Aku laper."

"Terus Puzzle?"

Airi menarik senyum penuh arti. "Kamu tunggu situ deh. Aku cari Aydin. Aku makan sama Aydin aja."

"Nggak usah. Aku temenin aja."

Airi menggelitik dagu Andi dengan gemasnya. "Kamu cemburu ya? Aku tau kamu masih cinta sama aku, Ndi. Gengsi aja kamu tuh nggak mau ngaku."

"Kamu nih ya. Jangan aneh-aneh."

Airi tertawa kecil, lalu mengusap kepalanya Andi. "Aku bercanda kok. Aku tau kamu cintanya sama Aydin bukan aku. Kamu bangunin Puzzle pelan-pelan supaya dia nggak kaget. Eh, kita ajak makan bareng sekalian deh. Mungkin dia belum makan."

"Atur deh." Andi tidak membantah dengan usulan Airi. Pokoknya dia nurut saja.  

"Ya udah, aku ambil dompet dulu. Kamu tunggu sini. Nanti aku yang bangunin Puzzle." Airi berlari setelah selesai mengatakan kalimatnya untuk mengambil dompet yang tertinggal.

Tak lama setelah kepergian Airi, ada Aydin yang baru saja kembali setelah membeli kopi. Dia juga membelikan roti dan makanan berat untuk Puzzle. Dia berniat mengajak Puzzle pulang.

Tepat saat sampai di ruang tunggu, Aydin melihat Andi menjadikan pundaknya sandaran Puzzle yang tertidur. Rasanya aneh. Tangannya spontan terkepal sempurna.

Dia bukan cemburu Andi menjadikan dirinya sandaran Puzzle. Lebih tepatnya, ada perasaan tidak rela Puzzle bersandar di pundak Andi. Melihat hal itu, Aydin bergegas menghampiri Andi.

Tanpa mempedulikan tidur nyenyak Puzzle, dia menepuk lengan Puzzle. "Laia, bangun. Kita pulang," ucap Aydin.

Andi terkejut. Belum sempat mengatakan apa-apa, Andi melihat Aydin menarik kasar pergelangan tangan Puzzle sampai terbangun dari tidurnya.

"Aydin?" Puzzle mengucek matanya. 

"Kok kamu buru-buru amat?" tanya Andi heran.

"Nggak apa-apa." Aydin menarik Puzzle sekali lagi sampai Puzzle terpaksa berdiri. "Kita pulang sekarang."

"Aydin, maaf. Tanganku sakit. Jangan kenceng-kenceng," ucap Puzzle pelan. Pergelangan tangannya sakit karena Aydin mencengkramnya terlalu kuat.

Aydin tidak memedulikan ucapan Puzzle dan segera menariknya dengan paksa. Mau tidak mau Puzzle mengikuti langkah Aydin dengan mata sayup-sayup. Karena Puzzle belum sepenuhnya sadar, dia sampai tersandung kakinya sendiri dan jatuh. Kontan, Aydin berhenti melihat Puzzle meringis sakit.

Andi bergegas menghampiri. "Aydin, kamu keterlaluan. Kamu nggak lihat pergelangan tangannya Puzzle? Merah. Kalo kamu mau pulang, ya udah bawa aja nggak perlu narik-narik. Kamu pikir dia hewan ditarik gitu," omelnya.

"Kamu mulai peduli sama Laia? Kamu suka sama dia?" balas Aydin.

Andi terperangah. "Kamu gila ya. Yang bener aja. Aku cuma ngasih tau. Walaupun aku nggak suka sama Puzzle, tapi aku nggak pernah sampai narik-narik dia begitu."

Aydin menarik tangannya dari pergelangan tangan Puzzle. "Ya udah kamu aja yang bawa dia pulang. Aku duluan."

Tanpa mengatakan apa-apa, Aydin melangkah pergi meninggalkan Puzzle dan Andi berdua.

"Aydin! Gila kamu ya! Aydin!" teriak Andi memanggil-manggil pacarnya. Namun, Aydin tidak menoleh sedikitpun.

Walaupun Andi masih bingung, dia mengulurkan tangannya pada Puzzle bermaksud membantu perempuan itu berdiri. Setelah Puzzle berdiri, dia melihat lututnya yang merah.

Airi kebetulan melihat kejadian itu dan menghampiri Andi serta Puzzle. Dengan cepat Airi bertanya, "Aydin kenapa? Kok kasar gitu sama Puzzle?"

"Nggak tau," balas Andi jutek.

Airi ikut bingung. Namun, matanya tertuju pada pergelangan tangan Puzzle dan lututnya. "Ya ampun... merah semua. Ayo, obatin dulu, Puzzle. Aku punya obat di mobil supaya nggak makin sakit."

Puzzle menarik senyum tipis. "Makasih, Airi."

Seperti halnya Andi dan Airi, dia sama bingungnya. Kenapa Aydin sekasar itu? Padahal sebelumnya Aydin baik dan lembut. Kenapa mendadak berubah?

🧩🧩🧩

Sejak kejadian di rumah sakit beberapa hari lalu, Aydin tidak pernah menyapa Puzzle.

Puzzle bingung. Apa yang dia perbuat sampai Aydin tidak menegurnya? Bahkan Aydin tetap dingin padanya meskipun di depan orangtuanya. Hal ini pula yang membuat orangtua Aydin menanyakan padanya kenapa Aydin bersikap seperti itu. Puzzle tidak punya jawaban yang tepat karena Aydin tidak mengatakan apa-apa padanya. Dia hanya bisa berbohong dan mengatakan Aydin sedang pusing mengurus masalah di rumah sakit.

Saat ini Puzzle duduk di depan komputer kantor. Dia bingung. Semua pesannya diabaikan Aydin. Apa yang salah? Pertanyaan itu terus terngiang di kepalanya.

"Mikirin apa, Cantik?" goda Radi.

"Eh, lo. Gue lagi mikirin utang," canda Puzzle.

"Haha... bisa banget. Suami kaya raya mana mungkin ada utang. Dia pasti lunasin utang lo," kata Radi.

"Ya, bener juga." Puzzle tertawa, berusaha menutupi rasa bingung yang muncul tanpa henti. "Btw, Radi. Gue boleh nanya nggak?"

Radi meletakkan tasnya di atas meja karena kebetulan dia baru tiba saat menyapa Puzzle. Setelah bokongnya menyentuh kursi, barulah dia mengangguk.

"Uhm... lo kan laki-laki. Menurut lo, apa yang bisa bikin lo marah sama pasangan?" tanya Puzzle.

"Kenapa nih? Ada masalah ya antara lo sama suami?" tebak Radi.

Puzzle menggeleng sambil mengibas-ngibas tangan. "Bukan. Sepupu gue lagi ada masalah terus nanya sama gue. Jadinya gue bingung harus jawab apa. Kira-kira lo bisa jawab nggak? Soalnya gue bukan laki-laki. Rumit sih kalo baca pikiran laki-laki."

"Uhm... bentar, gue pikir dulu." Radi mengusap-usap dagunya berpikir. Melihat Puzzle memasang wajah tak sabar, dia akhirnya memberi jawaban. "Sebenarnya banyak. Tergantung dulu sih. Bisa aja gue marah tiba-tiba sama pasangan karena merasa nggak dihargai, merasa nggak dibutuhin lagi, atau mungkin gue cemburu tapi nggak mau bilang. Tergantung dulu sih pasangan gue berbuat apa."

"Kalo misalnya tiba-tiba marah gitu, bisa nggak sih? Pokoknya tiba-tiba deh. Padahal pasangan lo nggak ngapa-ngapain."

Radi tertawa. "Haha... mana ada marah tanpa alasan. Lo pikir kayak perempuan yang kalo lagi pms bawaannya ngamuk mulu. Pasti ada alasannya kenapa marah. Gue pun begitu. Kalo gue marah sama pacar, pasti ada alasan. Nggak mungkin marah nggak karuan. Gila kali ah gue tiba-tiba marah."

"Oh, begitu." Puzzle manggut-manggut. Dia mengerti. Berarti dia melakukan kesalahan sampai Aydin marah padanya? Masalahnya, apa? Dia tidak merasa berbuat salah.

"Ini beneran sepupu lo atau buat diri lo sendiri nih?" usik Radi, berhasil membuat Puzzle tersentak kaget.

"Bener buat sepupu kok." Puzzle nyengir. Padahal sih buat dia, tapi tidak mungkin jujur. "Gue sampai lupa. Makasih jawabannya, Rad. Kalo udah gajian gue traktir lo air mineral seliter."

"Gile. Udah gue kasih tau hadiahnya air mineral seliter. Kembung dong, Puz. Mending beliin gue bakmie ayam di sebelah."

"Boleh. Nanti gue beliin bakmie."

"Ditunggu nih, Bos." Radi menepuk pundak Puzzle. Sejurus kemudian, dia melanjutkan, "Eh, gue mau kasih wejangan. Semisal sepupu lo bingung kenapa pasangannya marah, coba bicara face to face. Cara terampuh untuk tau pasangan marah atau nggak itu dengan bertatap muka. Kalo nolak, paksa aja. Karena dengan begitu masalah bisa diselesaikan bareng-bareng. Komunikasi penting, tapi saling memahami itu lebih penting. Jangan sampai masalahnya nggak kelar terus merembet ke mana-mana. Nanti makin runyam."

"Oke deh. Thank you lagi nih, Rad."

Puzzle memang ingin bicara secara langsung dengan Aydin. Namun, bagaimana? Waktu di kamar saja Aydin tidur duluan. Saat bangun, Aydin sudah pergi ke rumah sakit.

Ya ampun... dia kepikiran. Salah apa ya?

🧩🧩🧩

Jangan lupa vote dan komen kalian😘😘😘🤗❤️

Follow IG & Twitter: anothermissjo

Kalian tim siapa nih?

#Aydin - Puzzle

#Aydin - Andi

#Andi - Airi

#Andi - Puzzle (Siapa tau kaliam mendadak dukung ini😂🤣)

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top