Puzzle 17
Yuhuuu update lagi!🤗😘
Gaes, aku mau bilang. Aydin dan Andi kan sejak awal emang pacaran dari cerita I A Door You😂 jadi kalian jangan kaget kalo ada momen mereka😂 anggap aja lagi baca genre bxb🙈 siapa tau next time aku nulis genre BL setelah kelar nulis GL😂
Apakah bisa komennya 100 lagi?🥺🥺🥺
•
•
Hari Sabtu yang cerah ini Puzzle diminta menjaga putrinya Andi. Sebab, Aydin dan Andi ada seminar di luar kota. Mengingat minggu ini tugasnya Andi merawat putrinya jadi Aydin meminta tolong pada Puzzle.
Dan di sinilah Puzzle sekarang. Dia sedang menemani Onara melihat buku anak-anak dan majalah. Gadis berumur delapan tahun itu berwajah blasteran. Jelas saja wajah cantiknya itu diturunkan dari Andi yang berwajah blasteran. Iris cokelat mudanya menurun dari ibunya. Sekiranya itu yang dia tahu dari Aydin.
"Tante?" panggil Onara.
Puzzle tersentak kaget. "I-iya?"
"Tante sama Om Aydin ada hubungan apa?"
Bagaimana Puzzle harus menjawab pertanyaan bocah delapan tahun itu. Dia bingung sendiri. Alih-alih ingin menjawab, dia memilih mengambil majalah "Fancy" dan menyerahkan pada Onara.
"Onara suka baca majalah ini nggak? Zamannya Tante dulu majalah ini udah ngetren banget," ucap Puzzle.
"Suka, Tante." Seketika Onara melupakan pertanyaannya dan mengambil majalah yang disodorkan Puzzle. "Tante, setelah ini kita makan, kan? Aku lapar," tanyanya.
"Onara mau makan apa?" tanya Puzzle.
"Mau nasi goreng, Tante. Papa sama Mama suka ngajak aku makan nasi goreng."
Puzzle mengusap kepala Onara dengan lembut. "Baiklah, Tante ajak Onara makan nasi goreng."
"Asyik!" Onara tersenyum lebar. Tiba-tiba dalam sepersekian detik wajah Onara berubah sedih. "Aku kangen Mama dan Papa. Kenapa mereka nggak bersatu lagi? Onara ngiri sama teman-teman yang selalu diantar orangtuanya."
Puzzle merasa kasihan. Jika dipikir-pikir anak mendapat dampak yang paling besar atas perceraian orangtuanya. Belum lagi Puzzle tahu dari Aydin kalau Onara tidak tahu bahwa ayahnya berpacaran dengan Aydin. Yang Onara tahu Andi berteman baik dengan Aydin.
Demi membuat gadis kecil itu senang, Puzzle membungkukkan tubuhnya sedikit sampai menyamai tinggi Onara. Sambil tersenyum dia berkata, "Bersatu atau nggak, mereka tetap orangtuanya Onara. Kalo Onara mau mereka datang ke acara sekolah bilang aja. Mereka pasti akan datang bersama. Teman-teman Onara pasti iri karena Onara punya orangtua keren."
Senyum di wajah Onara perlahan muncul. "Bener juga, Tante. Nanti aku minta mereka datang ke acara sekolah. Makasih, Tante Puzzle!"
Onara memeluk Puzzle dengan erat. Puzzle ikut senang. Setidaknya dia bisa membuat Onara tidak sedih terlepas ucapannya bisa dilakukan atau tidak. Puzzle tidak tahu bagaimana interaksi Andi dan mantan istrinya. Semoga saja jika Onara melakukannya, Andi dan mantan istrinya bersedia memenuhi permintaan gadis kecil itu.
"Kalo gitu Onara pilih secepatnya mau beli majalah atau buku yang mana. Biar kita bisa makan bareng," ucap Puzzle.
Setelah itu, Onara memilih beberapa buku yang disukainya. Puzzle membayar semua yang dibeli Onara menggunakan uang pribadinya. Puzzle tidak menggunakan uang dari Aydin sedikitpun.
Selesai berlama-lama di toko buku, mereka berdua pergi mencari restoran yang tepat untuk didatangi. Perut sudah tidak kuat menahan lapar. Mereka menunggu giliran daftar panjang waiting list di depan restoran yang diinginkan. Beruntung saja sebelumnya Puzzle membelikan roti untuk Onara, jadinya gadis kecil itu bisa mengganjal perutnya.
"Nah, makan dulu rotinya ya. Kita tunggu antrian," kata Puzzle seraya menyodorkan roti cokelat kacang pada Onara.
"Makasih, Tante." Onara mengambil rotinya, lalu melahapnya. Beberapa kali gigitan, Onara melihat Puzzle. "Tante, ini ada kacang ya?"
"Iya. Onara nggak suka kacang?" tanya Puzzle.
"Uhm... Onara alergi kacang, Tante."
"Hah?" Puzzle mengambil rotinya dan memasukkan ke dalam plastik. "Aduh, gimana nih? Onara nggak apa-apa, kan?"
Onara menarik senyum kecil. Satu tangannya meraih lengan Puzzle. Beberapa menit kemudian Onara kesulitan bernapas dan meremas lengan Puzzle.
"Onara! Ya, Tuhan..." Puzzle panik dan melihat sekelilingnya. "Tolong, tolong telepon ambulans," teriaknya pada orang-orang sekitar.
Salah satu orang segera menghubungi ambulans, sisanya mendekati Puzzle dengan wajah panik dan bertanya-tanya. Puzzle ikut panik melihat Onara yang mulai memejamkan mata.
🧩🧩🧩
Puzzle berdiri di depan ruang rawat inap. Onara baik-baik saja. Namun, kalau dia telat semenit saja nyawa Onara bisa terancam. Rupanya Onara alergi kacang dalam bentuk apa pun. Puzzle benar-benar panik, takut dan khawatir. Dia sampai menangis selama mengantar Onara ke rumah sakit. Bahkan sekarang pun dia masih tetap menangis.
Dia sudah mengabari Aydin. Suaminya bilang sedang dalam perjalanan pulang bersama Andi. Dia tidak tahu nomor ibunya Onara sehingga belum mengabarinya. Biarlah Andi yang mengabarinya nanti. Selain mengabari Aydin, dia turut mengabari Binar saat laki-laki itu menanyakan keberadaannya.
Setelah satu jam menunggu, Puzzle melihat Andi berlari mendekatinya, lalu disusul Aydin di belakangnya.
"Lo gimana sih, Puzzle? Gue percaya sama Aydin kalo lo bisa jagain Onara. Tapi nyatanya, lo malah bikin dia hampir meninggal. Seharusnya lo tanya gue dong Onara bisa makan apa aja," omel Andi.
Aydin menyela, "Kamu nggak bisa nyalahin Laia dong. Dia mana tau Onara alergi kacang. Kalo dia tau, nggak akan begini."
"Kamu belain dia?" Andi menatap tajam pacarnya. "Di mata kamu selalu aja Puzzle yang bener. Aku percaya lho sama kamu buat nitipin Onara ke Puzzle. Tapi kayaknya aku nggak perlu percaya sama istri kamu tercinta ini."
Puzzle diam menunduk mendengarkan Andi menyalahkannya. Suara Andi terdengar berteriak sehingga beberapa orang menjadikan dirinya tontonan.
"Kamu bisa nggak sih jangan sinis gitu? Kalo kamu tau anak mau dititipin harusnya kasih tau dia nggak boleh makan apa. Kamu malah nyalahin orang. Ini bukan karena aku belain Laia. Dia emang nggak tau," balas Aydin dengan nada tak kalah meninggi.
Puzzle menyela, "Saya minta maaf, Andi. Saya salah. Semoga kamu bisa memaafkan saya."
Aydin melirik Puzzle yang menunduk. "Buat apa kamu minta maaf? Kamu nggak salah, Laia. Jangan minta maaf."
"Istri tercinta kamu melakukan hal yang benar. Kenapa sih kamu belain terus? Padahal dia aja mengakui salah," serobot Andi.
"Bukan belain. Kamu paham nggak sih? Dia nggak salah karena dia nggak tau. Seharusnya yang minta maaf tuh kamu. Teriak-teriak dan ngomelin Laia. Kamu liat nggak sih, dia aja nangis. Kamu nggak mikir apa seberapa khawatirnya dia?" Aydin menjadi kesal. Suaranya naik beberapa oktaf hingga membuat beberapa orang memerhatikan.
Puzzle meraih lengan Aydin. Tidak ada beberapa detik karena dia segera menariknya kembali karena takut kena omelan Andi memegang Aydin sembarangan.
"Aku emang salah kok, Aydin. Jangan bicara kenceng-kenceng lagi," ucap Puzzle setengah memohon.
Baru akan Andi membalas, tiba-tiba satu tamparan keras mendarat di wajahnya. Bukan Aydin atau Puzzle pelakunya melainkan Airi.
"Brengsek! Dasar nggak bisa diandelin. Bapak macam apa lo yang bikin anaknya masuk rumah sakit hah? Gila lo, Andi!" maki Airi sambil memukuli dadanya Andi bertubi-tubi.
"Airi, tenang dulu." Andi berhasil menahan tangan Airi. Namun, perempuan itu menginjak kakinya keras-keras. Meskipun begitu Andi tidak terusik sama sekali.
"Gue benci sama lo tau nggak! Gimana kalo Onara meninggal? Lo sendiri kan tau dia nggak bisa makan kacang banyak-banyak, Andi!" teriak Airi kesal. Karena terlalu kesal, air matanya sampai luruh.
Andi tidak menceritakan pada Airi kalau Puzzle yang merawat putrinya. Waktu memberitahu Airi, dia mengatakan lupa kalau putrinya alergi.
"Onara kan anak kita satu-satunya. Seharusnya lo jagain dia dengan baik. Gue benci sama lo. Gue benci..." Airi menangis terisak-isak.
Andi menarik Airi dalam pelukannya, membiarkan Airi menangis dan menyumpahinya dalam kesedihan. Selama tangis itu berlangsung, Andi mengusap punggung Airi bermaksud menenangkannya.
Mendengar ucapan mantan istrinya Andi membuat Puzzle semakin merasa bersalah. Tanpa sadar Puzzle menitikkan air mata. Dia tidak mau berada di sana hingga akhirnya memutuskan meninggalkan tempatnya.
Air mata Puzzle tak berhenti mengalir. Dia sampai tidak memerhatikan jalan dan menabrak tubuh orang lain.
"Maaf," ucapnya pelan.
"Puzzle?"
Puzzle mendongak saat mendengar suara itu. Dia melihat sosok yang ditabraknya. Tak disangka laki-laki itu Binar.
"Kok kamu nangis? Onara baik-baik aja, kan?" tanya Binar khawatir.
"Baik kok. Tapi kata dokter kalau aku telat dikit, nyawanya bisa melayang. Ini salah aku. Seharusnya aku tau Onara alergi kacang," jawab Puzzle, dengan nada terisak-isak.
"Bukan salah kamu, Puzzle. Kamu kan nggak tau. Jangan nyalahin diri kamu," hibur Binar sembari menyeka air mata Puzzle dengan ibu jarinya.
"Seharusnya kan aku nanya jadinya Onara nggak perlu masuk rumah sakit. Aku takut banget tadi. Aku takut..."
"Come here." Binar menarik Puzzle dalam pelukan, lalu mengusap punggungnya dengan lembut. "Ini bukan salah kamu, Puzzle. Jangan nyalahin diri kamu. Yang penting sekarang Onara baik-baik aja. Jangan nangis lagi ya."
Berjarak lebih dari dua puluh langkah, Aydin berdiri memerhatikan Binar memeluk Puzzle. Dia hendak mengejar Puzzle dan menghiburnya. Namun sepertinya dia tidak perlu menghibur lagi.
Ya, dia lupa satu hal itu. Sudah ada laki-laki lain yang menghibur istrinya.
🧩🧩🧩
Jangan lupa vote dan komen kalian😘😘🤗
Follow IG & Twitter: anothermissjo
Bebeb Aydin😍😍😍
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top