Puzzle 1
Hai, ada hal yang perlu aku kasih tau. Judulnya kalo diartiin itu pernikahan teka-teki. Betul. Nama tokohnya memang sama, tapi judul yang aku tulis adalah judul dengan artian yang teka-teki. Kecuali aku tulis Puzzle's Wedding (Pernikahan Puzzle: maksudnya pernikahan si tokohnya yang nama Puzzle) gitu ya ^^ Soalnya takut ada yang salah mengira :")
Apa yang sudah aku spoiler di cerita I A Door You, pasti ada tapi itu masih chapter acak ya ^^
-
-
[Dua minggu sebelumnya]
"Oke, gue ulang lagi. Lo mau nikah sama perempuan, Aydin?" Snow bertanya setelah mendengar keseluruhan cerita sahabatnya mengenai ayahnya.
"Menikah supaya bokap nggak memusuhi gue lagi," ralat Aydin.
"Perempuan mana yang mau diajak nikah tanpa cinta? Lo pikir cerita novel! Jangan ngadi-ngadi deh!"
"Masa sih nggak ada yang mau? Gue akan memenuhi hidupnya dari segi materi. I'll give her everything except love. Terserah kalo dia pacaran sama orang lain. I don't mind. Toh, gue juga punya pacar."
Snow memutar bola matanya. "Hell! Mana ada manusia yang bersedia begitu? Mimpi kali lo!"
"Nothing impossible, right?"
"Iya, tapi-"
"Snow!" Suara lembut itu terdengar mengganggu obrolan dengan tangan yang menepuk pundak Snow sampai terlonjak kaget.
"Astaga, Asmara! Ngagetin aja!" protes Snow begitu melihat siapa gerangan yang datang.
Asmara nyengir. "Sori deh, soalnya lo sama Aydin lagi ngobrol serius banget. Btw, ini kue pesanan lo. Bayarnya traktir gue minum sekarang aja deh. Haus banget. Di jalan mau beli minum tapi nggak ada abang-abang lewat." Kemudian, dia duduk di samping Snow dan mengambil buku menu.
"Kalian bahas apa sih? Oh, iya, gue numpang lima menit aja ya soalnya nggak bisa lama-lama. Pacar gue rewel," lanjut Asmara.
Snow berdecak. "Bilang sama Kamayel jangan kayak anak bocah!"
Aydin tertawa kecil. Sementara itu, Asmara nyengir dan kemudian segera memesan minuman yang telah ditentukan olehnya.
"Gue sama Aydin lagi bahas soal istri. Aydin mau nikah tapi sama manusia yang nggak ada di muka bumi," jelas Snow beberapa menit setelah Asmara memesan pesanannya.
"Setan?" terka Asmara.
"Bukan, manusia yang kelihatan nggak akan mungkin ada di muka bumi. Dalam artian lain, sangat mustahil ditemuin," jelas Snow.
Asmara menggaruk tengkuk lehernya. "Gue bingung. Maksudnya gimana?"
"Aydin mau nikah sama perempuan, tapi cuma untuk kepentingan biar bapaknya nggak musuhin lagi. Lo udah tau kan kalo bapaknya Aydin benci banget setelah tau dia gay? Nah, bapaknya bakal izinin dia gabung acara keluarga dan maafin kalo dia udah berubah. Ya, contohnya kayak nikah. Aydin akan kasih apa pun untuk istrinya termasuk materi kecuali perasaan. Soalnya dia masih pacaran sama Andi. Dia juga nggak masalah kalo istrinya nanti punya pacar. Menurut lo, perempuan mana yang bersedia melakukan hal kayak gitu?"
"Mungkin sahabat gue mau," sahut Asmara santai.
"Serius?" tanya Aydin. Wajahnya berubah cerah.
Asmara mengangguk. "Lo tau sahabat gue yang namanya Puzzle kan, Snow? Nah, dia lagi cari calon suami. Masalahnya sih beda dari Aydin, tapi dia didesak nikah mulu. Dia sendiri nggak mau nikah karena 'something' yang nggak bisa gue jelasin. Intinya dia nggak ingin terlibat dalam ikatan pernikahan, tapi ibunya ngoceh mulu soal nikah."
"Terus kalo ketemu, dia mau nikah sama laki-laki yang nggak mencintai dia?" Snow bertanya dengan nada tidak percaya. "Lo serius nih?"
Asmara mengangguk lagi. "Serius. Besok gue kenalin kalo Aydin mau."
"Boleh. Gue mau kenalan sama sahabat lo, Asmara," sela Aydin antusias.
"Oke, gue akan bilang sama dia malam ini." Asmara menarik senyum senang. "Btw, apa pacar lo nggak bakal ngamuk kalo lo nikah? Pasti ada rasa cemburu meskipun sebenarnya nggak mungkin juga cemburuin Puzzle."
"Nggak sih. Dia bukan tipe yang cemburu--"
"Apaan!" sela Snow. "Andi tuh cemburuan banget. Waktu belum kenal sama gue aja, dia cemburu sama gue. Dikira lo mau selingkuh sama gue. Bener kata Asmara, kalo lo mau nikah jelasin dulu pelan-pelan sama Andi. Gue tau seberapa cintanya dia sama lo sampai takut kehilangan."
"Iya, tenang aja. Nanti gue bilang. Sebelumnya gue udah pernah bilang sama Andi soal rencana nikah kayak gini, tapi nanti malam gue bilang lagi kok sama dia. Gue yakin dia ngerti. Soalnya dia juga bilang kasihan lihat gue nggak dianggap keluarga Natawijaya," balas Aydin seraya bersandar di kursinya.
"Bapak lo sama deh kayak Oma gue." Snow geleng-geleng kepala. "Omong-omong, sahabat lo ini bukannya pernah pedekate sama Green ya, As?" tanyanya sambil melihat ke arah Asmara.
Asmara mengangguk. "Yup. Tapi sama Green cuma kena php doang."
"Idih... sok ganteng banget si Greendong," cibir Snow.
"Green kakaknya Blue?" tanya Aydin ingin tahu.
Snow mengangguk.
"Kenapa cuma kena php? Apa nggak cocok?" tanya Aydin lagi.
"Bukan nggak cocok, tapi Green masih mau main-main sementara Puzzle waktu itu berniat cari calon suami. Ya udah, nggak match. Padahal Puzzle nggak masalah nikah tanpa cinta juga. Dia udah bener-bener hopeless deh. Dia pusing denger orang-orang bahas umurnya yang udah tiga puluh tahun terus belum nikah. Belum lagi ibunya ceramah soal hal yang sama. Ya... begitulah," jawab Asmara.
"Oh, gitu." Aydin manggut-manggut.
"Oh, ya, gue mau pesan satu hal sama lo, Aydin," kata Asmara.
Aydin menatap ingin tahu. "Mau pesan soal apa?"
"Seandainya nanti lo sama Puzzle jadi menikah meskipun tanpa cinta, tolong jagain dia. Itu aja sih," jawab Asmara dengan wajah serius.
Aydin mengangguk dan tersenyum mantap. "Pasti, As. Gue akan jagain dia."
🧩🧩🧩
Dua kopi hangat mengepulkan asapnya ke udara. Dua orang perempuan duduk menunggu kedatangan tamu yang mereka tunggu. Lima belas menit telah berlalu tapi belum ada tanda-tanda kedatangan tamu mereka.
"As, lo yakin teman lo datang? Dia berubah pikiran kali," tanya Puzzle Izeilaia Samir, sahabatnya Asmara.
"Yakin. Dia bilang bentar lagi nyampe," jawab Asmara santai. "Lebih baik lo persiapin diri. Dia ganteng. Ya, biarpun nggak seganteng pacar gue tapi ganteng deh."
"Mau ganteng, mau mirip Kamayel, mau gimana pun, gue nggak peduli. Gue cuma butuh suami supaya nyokap gue berhenti ceramah setiap pagi. Gue nggak mau dibanding-bandingin sama Rubik. Adik gue udah mau nikah terus gue masih ngejomblo. Kuping gue sampai sakit denger nyokap gue ceramah almost every day!" cerocos Puzzle.
Asmara tertawa geli. "Hahaha... lo sama temannya sepupu gue sama-sama butuh pasangan. Tapi ya, lo harus inget perkataan gue kemarin. Jangan sampai fallin love. Kasihan lo nanti. Gue nggak mau lo jadi the next Orderano."
"Iya, gue tau. Lagian gue belum sebodoh itu naksir pacar orang."
"Good." Asmara mengacungkan ibu jarinya. Pada saat yang sama, dia menyadari kedatangan Aydin di belakang sana. "Eh, itu orangnya udah dateng. Nggak perlu jaim di depan dia."
Tanpa menoleh ke belakang Puzzle membalas, "Oke."
"Yah... elah. Dia bawa guguknya lagi," gerutu Asmara.
"Lakinya?" tebak Puzzle.
Asmara mengangguk. "Gue jadi mikir lo bakal kena interview lakinya. Kata Snow, pacarnya super rewel, posesif, dan galak." Sebelum disela, dia menambahkan, "Eh, diem ya. Mereka udah deket."
Tak lama setelah ucapan Asmara, kedua laki-laki bertubuh tinggi dan kekar itu berdiri di samping meja mereka. Seperti biasa, Asmara mengecup kedua pipi Aydin sebagai sapaan friendly mereka. Asmara menyambut uluran tangan pacarnya Aydin begitu laki-laki itu mengulurkan tangannya.
"Oh, iya, Aydin. Ini sahabat gue yang kemarin diceritain itu. Namanya Puzzle." Asmara menunjuk Puzzle. "Izei, ini yang namanya Aydin. Dan di sebelahnya ada Andi."
"Izei? Jadi namanya Puzzle atau Izei?" tanya Aydin agak bingung.
Puzzle mengulurkan tangannya. "Nama lengkap saya Puzzle Izeilaia Samir. Biasanya Asmara manggil saya Izei. Tapi mostly saya dipanggil Puzzle. Salam kenal ya, Aydin."
Aydin menyambut uluran tangan itu sambil tersenyum. "Oh, begitu. Namanya cantik. Salam kenal juga, Puzzle."
Jabatan tangan mereka berakhir setelah Andi menyerobot tangan Puzzle dan memperkenalkan diri. Tak hanya menyebut nama, tapi juga menyebutkan statusnya sebagai pacar Aydin.
Asmara yang melihat ada percikan cemburu segera mengambil alih. "Ayo, duduk dulu."
Baik Aydin maupun Andi segera duduk. Keduanya duduk bersampingan, sementara Asmara bersampingan dengan Puzzle. Mereka berdua memesan minuman lebih dahulu sebelum kembali menatap dua orang perempuan itu.
"Berhubung saya nggak bisa basa-basi, apa Asmara udah jelasin soal hal yang saya inginkan?" mulai Aydin.
"Udah. Aku paham dan setuju," balas Puzzle cepat.
"Berarti kamu ada-"
"Sebelum pembahasan berlanjut, saya punya permintaan," potong Andi.
"Kamu ada permintaan? Mau minta apa?" tanya Aydin.
"Aydin harus pulang ke rumah setiap Senin sampai Jumat. Dia pulang ke rumah dan bertemu kamu saat weekend aja. Itu permintaan dari saya untuk kamu, Puzzle. Bisa, kan?" jawab Andi menjelaskan.
"Bisa kok. Aku nggak masalah. Mau Aydin nggak pulang pun nggak ada masalah. Aku juga paham posisi aku di sini hanya sebatas istri sesuai kebutuhan. Aydin butuh untuk masalahnya, dan aku butuh Aydin untuk masalahku. Aku nggak akan ganggu kalian berduaan," ucap Puzzle.
"Oke, deal."
Puzzle menarik senyum tipis saat melihat Andi. Berbeda dengan tatapan Aydin yang ramah dan menenangkan, tatapan Andi justru tampak menyeramkan dan seakan-akan sedang mengancamnya untuk membatasi diri dari jangkauan Aydin. Baru kali ini Puzzle merasa dimusuhi dari awal perkenalan. Padahal dalam kamusnya tidak ada istilah merebut pacar orang. Dia ingin hidup tenang dan damai tanpa ceramah ibunya dan omongan orang tentang pernikahan.
Ya, dia hanya ingin hidup tenang. Jika menikah dengan Aydin adalah jalan menuju ketenangan, maka dia rela meskipun harus dimusuhi pacar laki-laki itu.
🧩🧩🧩
Jangan lupa vote dan komen kalian<3<3
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top