23 | yang ngumpet di lemari

Cek pesan: ripgianti, yul_nda masing-masing daper voucher 2,5k




23 | yang ngumpet di lemari



SETELAH diperbudak kantornya selama lima tahun lebih, Gusti akhirnya bisa juga mengalami yang namanya pulang sebelum matahari terbenam, mulai dari hari ini hingga hari Jumat nanti—H-1 pernikahannya.

Dan pria itu tiba di apartemen Iis tepat saat hari mulai gelap.

Iis sudah pulang juga, dari hari terakhirnya bekerja.

Sebenarnya di minggu yang sama dengan resepsinya, Relevent ada dua acara besar lain. Begitu juga minggu-minggu berikutnya, penuh agenda terus. Tapi masih bisa di-handle Brian dan yang lain-lain selama Iis cuti. Mengingat betapa sukses perusahaan mereka sekarang, Gusti masih suka senyum-senyum sendiri. Bangga banget sama calon istri.

"I'm home, Sayang." Gusti mencopot sepatu dan meletakkannya di rak, segera berganti dengan sandal.

"Hmm, Gus." Iis menyahut.

Sosoknya nggak kelihatan, tapi jelas sedang duduk di karpet di depan sofa ruang tamu, karena Gusti bisa melihat ada koper terbuka di sana.

Gusti meletakkan tasnya yang berisi laptop ke atas meja. Kemudian duduk di sofa di belakang sang calon istri, mengapit tubuh mungilnya dengan dua kaki, menciumi puncak kepalanya.

Empat hari lagi halal, cuy! Excited banget nggak, tuh!

"Kamu mau pulang tiga hari aja bawa koper dua?" Gusti bertanya terheran-heran. Karena koper yang dibawa Iis nggak bisa dibilang kecil. "Paling butuh bawa gamis aja kan, buat pengajian? Sisanya ngapain bawa susah-susah dari sini? Emang kamu udah nggak ninggalin baju sama sekali di kamar lamamu?"

"Bukaaan. Ini bukan buat aku pulang besok, tapi buat honeymoon kita ntar, Gus. Karena pasti nggak keburu kalo packing-nya mendadak sebelum berangkat. Bakal sibuk nemenin keluarga besar. Nggak mungkin keluarga kamu langsung pulang setelah brunch, kan?" Iis menyahut. Memandang tumpukan barang yang belum dia masukkan ke dalam koper. "Lumayan juga beratnya nih, Gus. Apa mending pake duffle bag aja, biar rada enteng?"

"Udah setengah jalan gitu, nggak apa-apa, sih. Paling nggak beda jauh juga timbangannya." Gusti melongokkan kepala ke depan, menengok apa yang sedang dimasukkan Iis ke dalam zipper pouch di pangkuannya, yang biasa dia pakai sebagai organizer, biar kopernya nggak berantakan. "Cieee. Bikini yang seumur hidup diumpetin di lemari akhirnya keluar semua."

Iis menoleh dan serta merta mencubit kaki calon suaminya. Keciiil banget cubitannya. Biarpun terhalang celana bahan yang sedang Gusti kenakan, tetep saja sakit. "Sotoy banget. Siapa juga yang ngumpetin?"

"Ya kan pasti kamu makenya di dalem kamar doang. Buat dilihat sendiri. Apa namanya kalo bukan diumpetin?"

Iis mengembuskan napas panjang. Menghentikan aktivitasnya. Menyandarkan diri ke Gusti yang auto mengulurkan lengan untuk menarik tubuhnya naik ke sofa, memeluknya dari belakang sambil rebahan bersisian. Menghadap ke jendela di seberang ruangan.

"Aku udah lihat tempat honeymoon kita di YouTube tadi." Iis menggumam. Pasrah dipeluk-peluk.

"Suka?" Gusti bertanya.

"Bagus, sih." Iis balas mengelus-elus lengan Gusti yang terjulur menjadi bantal bagi kepalanya. "Tapi kamu tuh bener-bener ya, Pak, boros banget kayak keran bocor. Awas aja nanti kalau udah married, tiba-tiba ngeluarin duit nominal gede tanpa kompromi dulu, biarpun judulnya duit kamu sendiri."

"Iyaaa, terakhir ini, Sayangku. Lagian honeymoon sekali seumur hidup ini, ogah lah kalau harus Bali lagi, Bali lagi. Masa nunggunya sampai mau kepala tiga gini, destinasi liburannya dari SMP nggak pindah-pindah?"

"Agus, Aguuus ...." Tapi Iis nggak bisa ngomong apa-apa lagi, meski rada-rada kepo, berapa lama Gusti nabung untuk ini semua. Yang dengan entengnya dia keluar-keluarin begitu saja, seolah-olah nyarinya gampang.

Iya sih, kalau gaulnya sama Zane, Bimo, Mail, dan yang lain-lain begitu, keran duitnya banyak, dan jujur Iis belum paham investasi dan semacamnya.

"Tadi Mama ngirim rendang. Banyak banget. Biar gampang kalau kamu laper tinggal ngangetin selama tiga hari aku tinggal. Nggak tau aja doi, kamu seumur-umur belum pernah masak nasi pakai magic com."

Gusti meringis.

Dia bisa kok masak nasi. Iis aja yang belum pernah lihat. Dan kebetulan dia sendiri juga belum pernah melihat calon istrinya itu menggunakan alat dapur apapun selain juicer dan microwave. Jadi mereka berdua bisa dibilang sama payahnya.

"Baik banget mertuaku," ucap Gusti kegirangan.

Iis mendengus pelan mendengarnya. "Iya, lah. Duit kamu diabisin segitu banyak buat ngundang ratusan temennya ke resepsi kita, yang bahkan aku sendiri mungkin seumur-umur belum pernah ketemu mereka."

"Wajar, sih. Namanya juga mantu pertama. Anak cewek pula. Mungkin mikirnya nanti nggak bakal bisa heboh lagi di acaranya Haikal, karena acara besarnya ngikut maunya besan di Bandung."

Iis tidak menyahut lagi. Mendadak balik badan saat merasakan Gusti mulai menciumi kepalanya. Wanita itu mendelik.

"Ih, cium-cium terus. Baru pulang bukannya langsung mandi malah ngajakin cuddling begini. Bawa kuman dari luar juga!"

Gusti meringis. Mencubit hidung Iis dengan gemas. "Coba aja udah ijab kabul duluan, bisa berendam air panas berdua nih kita, pulang kerja begini."

"Nggak sabaran banget! Dasar!"

"Ya gimana? Ibaratnya abis order belanjaan, paketnya udah nyampe rumah setelah nunggu lama, tapi belum bisa di-unboxing."

"Anjir, gue dikata paket!"

Gusti ketawa-tawa melihat ekspresi merengut calon istrinya itu. Gemesin banget, sumpah, deh. Pipinya itu loh, putih, empuk, kayak bakpao.

"Is, mau cium, dong." Gusti mulai alay.

Alis Iis terangkat satu. "Dari tadi emang situ ngapain?"

"Mau cium yang bener." Gusti memperjelas.

"Nggak mau kalo bau rokok."

"Enggak. Gue belum ngerokok sejak sikat gigi tadi siang."

"Hmm."

Iis tidak memberi jawaban pasti. Tapi dia biarkan saja Gusti merengkuhnya lebih erat, lalu memagut bibirnya dengan lembut.

Kemudian, Iis malah membalasnya.

Yeah, ngapain juga jaim-jaiman di H-4 kawinan begini? Malu juga sama umur yang menurut standar masyarakat Indonesia, udah masuk kategori perawan tua.

Sudah, jangan pada sinis. Baru dua kali ini kok, Gusti minta cium di bibir.



... to be continued

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top