20 | king kong dan ann darrow




20 | king kong dan ann darrow



KELAR berberes apartemen, Gusti mencetuskan ide untuk merealisasi rencana nge-date mereka yang cuma jadi wacana selama dua bulan ini. Tapi karena Iis menolak semua alternatif lokasi dan kegiatan yang dia ajukan, dengan alasan sudah hampir sore dan males pergi jauh-jauh, akhirnya daripada batal, mereka cuma pergi makan dan nonton film.

Karena Iis yang menentukan judul filmnya—which is nggak Gusti banget—sekalian saja pria itu mencuri kesempatan dalam kesempitan. Membeli tiketnya di tempat yang dia pilih, tanpa memberitahu Iis hingga tiba di lokasi, beberapa saat sebelum film dimulai—CGV PP yang ada velvet class-nya.

Biarlah Iis nonton suka-suka. Gusti bahkan nggak mengenali siapa seleb yang memerankan film yang sedang mereka tonton itu, dan dengan pedenya mulai tidur lelap di menit ke dua puluhan, sambil memeluk calon istri tercinta.

Kapan lagi dia punya kesempatan peluk-peluk Iis nyaris dua jam begini?

Ya, ya, ya. Minggu depan memang sudah bisa peluk-peluk sepuasnya. Sebelum married, maksud si Agus, tuh. Kalau bukan karena terjebak di kasur velvet berdua gini, dengan genre film favorit sedang terputar, Iis kan nggak bakal pasrah saja membiarkan Gusti memeluknya di tempat umum.

"Bener-bener ya, lo, Gus." Iis cuma bisa berdecak-decak saat akhirnya pria di sebelahnya terbangun oleh lampu studio yang dinyalakan kembali, setelah film usai.

"Abisnya ...." Gusti nyari-nyari alasan. "Masa gue disuruh nonton ABG pacaran?"

Iis menggerutu. "Ceritanya bukan tentang pacar-pacaran, kali! Dan bukan ABG juga."

"Apaan? Kayak anak-anak umur lima belasan gitu yang main."

Iis tidak memperpanjang dan segera menyeret kakinya keluar dari studio, turun ke lantai empat karena lagi ngidam masakan Thailand. Gusti iya-iya saja, mengikuti langkah Iis sambil masih pringas-pringis karena merasa sudah menang banyak dan nggak masalah kalau makannya ngikut maunya Iis lagi.

"Guuus, jangan senyum-senyum terus, ih. Kayak lagi keabisan obat."

Iis mencubit pinggangnya dengan tangan yang bebas, karena tangan yang satu lagi digenggam Gusti sambil jalan.

"Duh, orang seneng kok nggak boleh, sih?" Gusti balik nanya.

"Tapi senyum lo tuh kayak psikopat!"

Gusti melepas tautan tangan mereka dan ganti merangkul bahu.

"Udah, nih. Nggak senyum-senyum lagi."

Untung tempat yang ingin dituju Iis sedang tidak terlalu ramai dan mereka bisa mendapatkan meja yang nyaman di pinggir.

Tapi baru saja mereka ditinggalkan oleh waitress yang pergi membawa daftar pesanan, seseorang ganti menghampiri.

Dua orang, malah.

Caitlyn, rekan kerja Gusti, bersama suaminya.

"Eh, ketemu di sini. Kirain gue doang yang weekend masih aja ke PP, kayak nggak ada alternatif tempat lain."

Caitlyn menepuk bahu Gusti.

Gusti ketawa dan ganti menyapa pria yang baru beberapa bulan lalu resmi menjadi suami temannya itu.

"Calon istri lagi dipingit, Gus?" tanya Caitlyn, sekilas menoleh ke Iis yang tampak kecil di pojokan. "Ini adek lo? Apa ponakan?"

Gusti dan suami Caitlyn selesai berjabatan tangan, kompak menoleh ke Iis.

Seketika hidung Gusti kembang kempis, sementara Iis sudah kayak kepiting rebus, merah banget mukanya, menahan kesal.

"Hahaha. Lawak lo." Gusti menepis tangan wanita yang masih bertengger di bahunya, merasa serba salah. "Calon gue, nih."

Caitlyn kontan ternganga. Sementara suaminya cukup tahu diri dengan segera menyembunyikan keterkejutannya.

"Iis. Seangkatan sama kita kuliahnya, Mak. Jadi tolong jangan ngelihat gue dengan tampang mencela gitu. Gue nggak mungkin nikahin anak di bawah umur."

"Sorry, sorry. Aduh, kebiasaan barbar nih kalo sama Gusti dan yang lain-lain di kantor. Ampun, Mbak. Maklum, circle kita kayak King Kong semua, jadi yaah ... suka gemes kalau lihat yang petite."

Selesai sesi perkenalan dan maaf-maafan, suami Caitlyn segera menyeret istrinya menjauh ke meja lain, memberi space bagi Gusti untuk gantian mohon maaf ke Iis.

"Jangan ngomong apa-apa, Gus." Iis memotongnya sebelum sempat mengatakan apa-apa. "Tuh, pesenan kita dateng. Gue mau makan dulu."

Gusti menghela napas.

Fix. Disuruh pulang lagi nih dia nanti malam. Dipecat jadi satpam ruang tamu.



... to be continued

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top