Gas Station, Old Ford, and John

TERIMA KASIH UNTUK beberapa butir advil yang Charlie telan semalam, itu membuatnya bangun tanpa rasa sakit kepala yang membunuh. Dia juga mendapatkan mandi air hangat yang bagus—yang mengejutkan, mengingat rumah ayahnya adalah rumah tua, tapi pemanas air di kamarnya bekerja dengan ajaib. Dia berandam dalam bak mandi, menikmati aroma vanila dari sabun yang ia tuangkan sebelumnya. Rasanya enak untuk membuat ototnya yang tegang dari penerbangan hari sebelumnya menjadi relaks. Keluar dari bak mandi, Charlie membungkus handuk di sekeliling tubuhnya, dan mulai mengeringkan rambut dengan handuk lain.

Andy telah mengangkat koper Charlie ke kamar, meski berkat alkohol yang Charlie minum, Charlie tidak memiliki kesempatan untuk membongkarnya semalam. Dia menarik celana jin dan kemeja flanel dari dalam koper. Mengenakannya dengan cepat, Charlie mulai menyikat rambutnya, mengikatnya menjadi ekor kuda yang tinggi, dan menatap bayangannya pada cermin di meja rias. Dia menambahkan beberapa eyeliner ke matanya, perona pipi, dan terakhir lipsglos merah muda sebelum dia turun ke dapur.

"Pagi Andy!" sapa Charlie, saat dia menemukan ayahnya duduk di dekat meja kopi. Cangkir kopinya yang masih setengah penuh berada di atas meja.

"Memiliki tidur yang menyenangkan, Pumpkin?" Andy melipat koran yang sebelumnya dia baca, memperhatikan putrinya yang membuat pendekatan. Charlie memberinya ciuman cepat di pipi sebelum mengambil alih koran dan duduk di seberang ayahnya.

"Aku punya tidur tanpa mimpi buruk dan mandi air hangat yang luar biasa. Apa lagi yang bisa diharapkan oleh seorang gadis di pagi hari?" jawab Charlie.

"Beruntung untukmu," jawab Harper. Dia baru saja bergabung bersama mereka di dapur, menguap seolah dia tidak tidur sama sekali semalam. "Aku punya sakit kepala ini," dia mengetuk pelipisnya, "yang membuatku berharap tidak pernah pergi dengan alkohol lagi. Di mana kamu menyimpan advil itu, Andy?"

"Aku yakin aku menyimpan satu botol di salah satu lemari." Harper mulai mencarinya, menemukannya di kabinet ke dua dari kanan dan mengambil beberapa tablet, sebelum dia mengambil gelas dan berjalan ke lemari es untuk mengisinya dengan jus jeruk.

"Aku mungkin tidak akan pergi bekerja hari ini, dapatkan beberapa tidur siang untuk membuat kepalaku berhenti berdenyut, " gumam Harper dan dia menelan pil dalam sekali teguk. "Bisakah aku meminjam teleponmu untuk memberi tahu John, Andy?"

"Tentu Harp, kamu bisa menggunakannya. Kamu mungkin juga harus menelepon Spenser, beri tahu dia di mana kamu berada agar dia tidak menggedor semua pintu di Port Isabel untuk menemukanmu. Dia mungkin menyebalkan, tapi dia secara ajaib mencintaimu seperti putrinya sendiri."

"Aku akan, Andy," jawab Harper. Dia berjalan keluar dari dapur dan bergumam saat mencapai Charlie. "Bagaimana kamu bisa terlihat luar biasa setelah semalam, sementara aku berakhir dengan hangover yang mengerikan?"

"Keberuntungan seorang gadis?" jawab Charlie, dia mengedikan bahu tidak bersalah. Harper hanya mendengus dan mengerutkan hidungnya dengan tidak percaya.

"Jadi ... Pergi ke suatu tempat?" Andy memulai. Charlie mendongak dari korannya dan tersenyum.

"Aku akan mulai mencari pekerjaan, jadi aku harap kau tidak akan menggunakan ford-mu hari ini, Dad."

"Begitu cepat?" Andy mengambil tegukan dari cangkir kopinya.

"Aku ingin mulai membangun rutinitas, itu akan membuatku merasa di rumah."

"Lalu aku akan memanggil Ethan untuk memintanya menjemputku pagi ini, jadi kamu bisa menggunakan ford. Kunci berada di gantungan. Sudahkah kamu memutuskan di mana kamu akan melamar?"

Charlie mengetukkan jarinya ke koran, menunjuk pada kolom lowongan pekerjaan. "Ada beberapa lowongan di bar atau penjaga perpustakaan. Ini tidak jauh dari kompleks, aku akan mulai dari sana."

"Kamu tahu, kamu tidak harus melakukannya, 'kan? Kamu bisa tinggal dan kuliah, aku akan membayar kebutuhanmu, Charlie."

"Aku tahu, aku hanya terbiasa menghasilkan uangku sendiri. Saat aku di LA, aku sering membantu Mom merias dan mendapatkan beberapa dolar darinya, jadi ini benar-benar bukan tentang kamu, Dad." Charlie meletakan korannya dan mengambil cangkir ayahnya, mengosongkan kopi yang tersisa sebelum dia berdiri. "Aku akan mendapatkan sarapan di luar, dan di mana Grand? Aku tidak melihatnya sama sekali pagi ini."

"Dia pulang semalam saat kamu naik ke kamarmu. Kau tahu seperti apa Emma."

"Yah, dia wanita yang luar biasa. Keras kepala, tapi luar biasa." Charlie merapikan kausnya dan tersenyum terang pada Andy. "Baik? Doa-kan aku, bukan?" Charlie merentangkan tangannya, ayahnya berdiri dan menyapunya dalam pelukan capat.

"Kamu akan mendapatkan setiap pekerjaan yang kamu inginkan." Andy menepuk bahunya. "Karena kamu gadis yang hebat."

"Terima kasih, sampai jumpa Dad!" Charlie berlari ke ruang tamu, meraih kunci dan tas tangannya yang tergantung di balik pintu. Melompat ke dalam ford ayahnya, Charlie memutar kunci dan menghidupkan mesin, menarik keluar dari pekarangan Red Bull.

***

Charlie berada di State Park ketika dia menyadari tangki bahan bakarnya hampir kosong, dia mengemudi beberapa mil lebih lama hingga dia menemukan sebuah pompa bensin. Membawa ford tua ayahnya menepi, Charlie keluar untuk membuka tutup tangkinya dan pergi ke kasir. Dia tersenyum pada penjaga di sana, seorang pemuda, mungkin masih seumuran dengan Charlie.

Pemuda itu balas tersenyum "Ada yang bisa aku bantu, Nona?"

"Tangki penuh, tolong?" jawab Charlie. Dia merogoh ke dalam tas tangannya. Mencari dompet yang seharusnya ada di sana, ketika dia ingat dia telah mengeluarkannya semalam dan meletakkannya di meja nakas.

"Debit atau kredit, Nona?" Charlie mendongak, berusaha untuk tidak terlihat panik, dia memaksa lengkungan senyum di bibirnya.

"Maaf aku pikir aku telah meninggalkan dompetku, biarkan aku menelepon seseorang untuk datang," jawab Charlie, dia berbalik, tidak menunggu reaksi dari penjaga kasir. Charlie bersandar pada ford saat dia mulai menelepon ayahnya, sialnya ayahnya tidak mengangkat panggilan itu. "Angkat Dad! Aku tidak bisa terdampar di sini!"

Charlie terus memutar panggilan, merasa benar-benar frustrasi, hingga dia tidak menyadari truk pickup yang baru saja berhenti di belakang fordnya sampai pengemudi di dalam truk membunyikan klakson. Charlie melompat terkejut dan berputar untuk melihat pengemudi yang baru saja keluar dari dalam truk. Wajahnya terlihat bermasalah, seolah dia tidak mengharapkan bertemu gadis yang perlu bantuan di sebuah pompa bensin. "Apakah ada masalah?"

Charlie ingat pria itu. Dia cowboy yang berbicara dengan ayahnya di lokasi penemuan mayat hari sebelumnya. Untuk beberapa saat yang memalukan, Charlie tertangkap sedang menatap. Sulit untuk tidak melakukannya, karena pria itu benar-benar tampan. Charlie memperhatikannya, menebak bahwa dia mungkin empat atau lima tahun lebih tua darinya, meski Charlie tidak bisa memastikannya. Hari ini dia mengenakan kaus berwarna biru yang warnanya hampir pudar sehingga terlihat seperti abu-abu dengan tulisan "Bull Riding Rodeo" yang setengah hilang. Celana jin kusam yang ia kenakan diselipkan ke dalam sepatu bot setinggi lutut, dan topi cowboy miring di kepalanya. "Ohh, benar. Aku kehabisan bahan bakar."

Pria itu mengangkat alisnya dan saat itu Charlie tidak ingin apa pun lebih dari bersembunyi jauh dari mata hijaunya yang indah. "Kamu tidak bisa menggunakan pompa?"

Charlie menggeleng dan kemudian sadar bahwa itu hal bodoh untuk dilakukan. "Bukan, aku meninggalkan dompetku di rumah dan aku tidak bisa menghubungi ayahku." Charlie menuduk, merasakan wajahnya panas. Jarinya bergerak gelisah untuk menyisir gelombang rambut pirangnya ke belakang. Sebelum akhirnya Charlie melempar tawa canggung ke udara. "Itu ceroboh untuk meninggalkan dompetku, aku akan memindahkan mobilku agar kamu bisa menggunakan pompa."

Charlie baru saja akan kabur, masuk ke dalam mobil saat pria itu kembali bicara, "Bukankah kamu putri Sheriff Peyton yang baru saja tiba dari LA? Charlotte, benar?"

Charlie berhenti di treknya dan terpaksa harus kembali berbalik untuk kesopanan. Dia tentu tidak bisa mengabaikan seseorang jika mereka bertanya. "Yah, itu aku."

"Biarkan aku membayar ini untukmu, tunggu di sini! Aku akan pergi ke kasir."

"Tapi—" Pria itu hanya memberinya senyum yang menurut Charlie harus menjadi ilegal, sebelum dia berjalan dengan cepat ke kasir yang baru saja ditinggalkan Charlie.

Sebelum ini, Charlie tidak pernah berpikir bahwa cowboy bisa menjadi panas. Dia sudah melihat banyak aktor hollywood di LA, beberapa dari mereka menggodanya, beberapa bahkan mencoba membawanya berakhir di ranjang mereka saat dia mengikuti ibunya untuk menjadi penata rias dalam suatu pengambilan adegan film. Namun tidak ada dari mereka yang membuatnya gugup, mungkin itu karena Charlie tahu bahwa mereka hanya memikirkannya sebagai permainan, sebuah tangkapan. Sedangkan dengan pria yang terlihat baik ini, yah dia tidak tahu apa yang ada di kepalanya.

Ketika pria itu akhirnya kembali Charlie langsung menyemburkan kata-kata keluar dari bibirnya. "Kamu tidak perlu melakukannya. Aku akan menelepon ayahku, pada satu titik dia harus mengangkatnya."

"Dan membiarkan kamu menunggunya di sini sendirian?" Pria itu bertanya dengan nada bahwa itu tidak mungkin dilakukan dan bahwa dia gadis bodoh. "Aku tidak akan membiarkanmu."

Charlie menyilangkan lengannya, kali ini merasa tersinggung dari pada malu. "Dengar! Aku tidak ingin merepotkanmu!"

Pria itu hanya mengabaikannya, berbalik untuk mengatur pompa bensin dan mulai mengisi bahan bakar mobil Charlie. Saat itu dia bersandar ke mobilnya sementara Charlie melotot untuk membuat penegasan bahwa ini benar-benar tidak bisa diterima. "Aku mengenal Sheriff dengan cukup baik, akan menjadi tidak sopan jika aku tahu putrinya perlu bantuan dan aku tidak membantunya."

Kali ini suaranya membujuk, seolah dia berusaha menenangkan gadis kecil, dan Charlie tidak menghargai itu. Dia sudah hidup mandiri sejak lama, dia memasak, berbelanja, dan belajar mengurus kebutuhan rumah selama dia tinggal bersama ibunya. Hanya karena dia meninggalkan dompetnya sekali tidak akan membuatnya menjadi gadis ceroboh. "Lalu aku akan berterima kasih, menanyakan namamu, dan mengambil slip darimu lalu aku akan melanjutkan perjalanan. Kemudian begitu aku mencapai rumah, aku akan menemukan di mana kamu tinggal dan mengganti uangmu."

"Aku membuatmu marah," ucap pria itu dengan nada terkejut setelah dia mengembalikan corong ke tempatnya. Dia memiringkan kepalanya, sehingga memungkinkan Charlie untuk melihat wajahnya yang ada di balik topi dengan lebih baik. "Aku benar-benar minta maaf, aku sama sekali tidak bermaksud menyinggungmu, Charlotte."

Charlie ingin tetap marah, berharap bahwa pria itu berengsek sehingga dia tidak harus menjadi malu. Namun Charlie dapat mendengar ketulusan dalam suaranya saat pria itu meminta maaf, itu membuatnya merasa konyol untuk menjadi gadis yang kekanakan. "Tidak. Kamu benar, kamu hanya ingin membantu. Aku seharusnya tidak bereaksi seperti ini, aku bisanya tidak. Sungguh. Aku bisanya tidak bertingkah seperti ini." Pria itu tersenyum dan Charlie sadar bahwa dia baru saja mengoceh. "Ini memalukan." Charlie tertawa dan senang saat mendengar tawa pria itu bergabung dengannya. "Namun aku serius saat mengatakan aku akan mengganti uangmu. Jadi berikan aku slipku dan beri tahu aku namamu, atau jika kamu lebih suka aku mentransfernya ke rekeningmu maka kamu bisa memberiku nomormu."

"Ini tidak banyak."

"Aku memaksa," balas Charlie, dia mengulurkan tangan untuk meminta slipnya.

Pria itu mengalah dengan menyerahkan slip pada Charlie. "John Cooper, kamu akan menemukanku di rumah peternakan Sound Ranch, itu tidak jauh dari Interstate."

Charlie mengambil slip pembayarannya, menyelipkannya ke kantong jin sebelum kembali menatap John. "Peternakan yang sama dengan tempat mayat Grace ditemukan? Kamu pemiliknya?"

"Ya, peternakan itu. Dan tidak, itu masih milik orang tuaku."

"Ayahku bertanya padamu kemarin?"

"Benar, dan apakah aku membuatmu takut, Charlotte?" Nada John sedikit terpotong sekarang, Charlie mengerjap dan menggeleng, terkejut bahwa dia tidak takut pada pria ini, meski faktanya dia adalah orang asing.

"Aku seharusnya, tapi ternyata tidak. Aku pikir kamu pria yang benar-benar
baik dan sopan. Oh, dan tolong, aku lebih suka Charlie."

"Oke, aku akan ingat itu." Saat itu Charlie tahu bahwa dia seharusnya mengatakan terima kasih dan selamat tinggal lalu masuk ke mobil, tapi dia enggan untuk melakukannya. Dia ingin tahu lebih banyak tentang John. Ada sesuatu tentang pria ini yang membuatnya tertarik, terlepas dari wajahnya yang tampan dan tubuhnya yang jelas dibangun dari otat yang ramping. Sesuatu tentangnya mengatakan bahwa dia pria yang sedih, melankolis bahkan.

"Jadi aku akan menemuimu sore atau malam ini, apa kau akan berada di rumah?" Charlie menggigit bibirnya, merasa sedikit gugup. Dia bisanya tidak datang ke rumah pria, bahkan tidak ketika dia berkencan dengan Eric.

"Aku tinggal hampir sepanjang waktu." John meluruskan topinya dan mundur, isyarat lain untuk Charlie bahwa pembicaraan ini selesai.

"Yah baiklah, aku harus pergi sekarang. Aku benar-benar berterima kasih, John." John mengangguk dan membukakan pintu ford untuknya. Charlie merunduk masuk dan menurunkan kaca jendela untuk menatap John sebelum dia pergi. "Aku akan mampir, oke?"

"Dan aku akan menantikan itu," jawab John. Kali ini senyumnya nyata, tidak seperti senyum canggung yang sebelumnya. Charlie memperhatikan bibirnya yang tebal, terkejut karena dia memikirkan bagaimana rasanya jika dia mencium bibir itu. Menggelengkan kepalanya, Charlie mengusir gambar John yang menciumnya dengan bersemangat dari kepalanya dan melambai pada John. Memutuskan bahwa itu pikiran yang berbahaya dan dia akan menjauh dari pikiran itu sebaik mungkin.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top