KACAU
Hari ini adalah hari yang sangat kacau sekali untuk seorang Natalie. Ini adalah ketiga kalinya desainnya ditolak oleh atasannya. Entah design seperti apalagi yang harus Natalie ajukan, dirinya sudah benar-benar frustasi.
Yang paling membuat kacau dihari ini adalah pemilik perusahaan yang sekarang ini sedang berulang tahun, dirinya benar-benar membuat Natalie semakin merasa gila. Awalnya Natalie senang sebab kehadirannya membuat ia tidak perlu mengeluarkan uang untuk makan siang, karena semua makanan di kantin telah dibeli oleh beliau dan siapapun yang mau mereka bisa menggambilnya secara gratis.
Namun semua kesenangannya itu berubah setelah Sergio, si atasan gilanya itu meminta para designer untuk menciptakan desain terbaru dan terunik, karena bulan depan Pak Darmansyah, akan mengadakan pelelangan dalam rangka memperingati hari ulang tahunnya.
"Dalam waktu satu bulan, siapapun yang bisa memberikan design terbaik dan terunik, dirinya akan mendapatkan bonus dari hasil penjualan, begitupun pakaian yang nantinya akan terjual dengan harga tinggi, dirinya akan mendapat kompensasi atas jasanya," jelas Sergio yang berhasil membuat beberapa karyawannya tampak bersemangat. "Ada pertanyaan?" tanyanya sebelum pergi.
Mendengar hal itu seketika tubuh Natalie terasa lemas, otaknya sudah tidak bisa mencerna perkataan Sergio, yang ada dipikirannya hanyalah tentang bagaimana ia bisa bertahan ditempat kerjannya? padahal ia baru saja berhasil menjadi karyawan tetap setelah hampir tiga tahun lebih menjadi karyawan kontrak.
Berbeda dengan karyawan lain yang jusru tampak antusias. Natalie sudah benar-benar tidak bisa berpikir lagi, desainya saja tadi baru saja ditolak oleh atasan gilanya itu dan sekarang bisa-bisanya dia mengumumkan hal seperti itu?
Setiap kali Natalie mengirimkan desain, Sergio terus-menerus menyuruhnya untuk mencari model baru dan melakukan revisi. Rasa frustasi mulai menghinggapi Natalie, karena ia merasa usahanya tidak dihargai, sementara yang lain terlihat mendapatkan dukungan dan perhatian positif dari Sergio.
Bisa-bisanya si Gila itu mengumkan hal seperti ini! terus apa kabar dengan semua desain gua yang udah gua ajuin?!
"Nat, lumayan ini hadiahnya, kapan lagi perusahaan ngasih kompensasi?" tawar Riuna yang ikut merasa tertarik dengan hadiah yang ditawarkan oleh atasannya.
"Gua gak tertarik!" tegas Natalie yang sudah kehilangan Mood.
Bukan Riuna namanya kalau tidak memahami sifat Natalie. Riuna sangat tau sekali mood dari rekan kerjanya itu, mau bagaimanapun ia tidak bisa membiarkan seniornya itu mengalah pada keadaan.
"Izin bertanya," ucap Riuna sambil mengangkat tangannya.
"Lo ngapain si Na?" tanya Natalie yang tampak tidak suka dengan antusias dari rekannya itu.
"Udah lo tenang aja," balasnya sambil menepuk pundak Natalie.
"Riuna? ada yang mau ditanyakan?" tanya Sergio sambil menatap Riuna dengan serius.
Dengan tatapannya yang seperti itu, siapa yang akan menduga kalau ternyata Riuna sebenarnya adalah sepupunya Sergio? dirinya sengaja menyembunyikan identitasnya agar tidak terjadi sesuatu yang tidak ia inginkan.
"Sebelum-sebelumnya, ada beberapa karyawan yang sudah mengirim desain dan ada juga dari beberapa desain tersebut yang belum di ACC," ucap Riuna bermaksud membahas soal Natalie. "Kalau kita menggunakan desain tersebut dengan warna dan modis baru, apakah bisa?"
"Tergantung pada bagaimana kalian akan memodifikasi desain tersebut, kalau memang bagus dan bernilai, kenapa tidak?" jawabnya dengan tampang datar.
Natalie sangat kesal sekali dengan ekspresinya yang selalu saja datar, ia tidak menyangka ada laki-laki sekaku atasannya itu.
"Adalagi pertanyaannya?" tanya Sergio lagi.
Suasana tampak hening seketika. "Baiklah kalau begitu, saya harap kalian bisa bekerja dengan baik," ucapnya dan langsung pergi begitu saja.
"Menyebalkan!" gumam Natalie sambil terus meremas boneka yang memang selalu ia bawa ke kantornya.
"Sudahlah, sekarang lebih baik lo pikirin tuh desain kaya gimana untuk diajukan lagi," ucap Riuna yang merasa lucu dengan rekan kerjannya itu. Natalie adalah seniornya tapi tingkahnya bagaikan Junior yang baginya.
"Gak taulah, cape mikir gua!" keluhnya sambil beranjak pergi.
"mau ke mana?" tanya Riuna.
"Ke toilet, kenapa?" balas Natalie sambil menatap Riuna dengan tatapan malas.
Riuna tidak menjawab, dirinya hanya bisa melambaikan tangan pada Natalie.
-o0o-
Ternyata dunia pekerjaan itu memang sangat menyeramkan, padahal Natalie baru saja mendapatkan kontrak kerja, entah karena apa dirinya bisa mendapatkan kontrak tersebut, ia benar-benar merasa kesal dan frustasi sekali, sekarang desain seperti apalagi yang harus ia ajukan?
"Dasar nyebelin!" teriak Natalie saat bercermin di dalam toilet.
Saat hendak keluar dari toilet, tanpa sengaja dirinya menabrak seseorang.
"Au ... aduh, jalan tuh pake mata dong!" protes Natalie sambil memegang keningnya.
Sementara orang yang dia tabrak hanya terdiam saja. Hal tersebut membuat Natalie sangat kesal, bukannya minta maaf, bisa-bisanya orang tersebut malah diam saja.
Ketika mengangkat wajahnya, betapa terkejutnya ia ketika melihat sosok Nathan yang ada dihadapannya.
"Lo? ngapain lo di sini?" tanya Natalie yang tampak tidak percaya pada pertemuannya dengan si laki-laki caper di SMA.
"Hallo nona, lo pikir gua di sini itu ngapain?" tanya Nathan balik.
Sebenarnya Nathan tidak terkejut dengan pertemuan ini, karena ia memang sudah sering melihat Natalie dibagian Devisi desain. Sayangnya perempuan itu tidak menyadari kehadirannya.
Lagipula Nathan sendiri memang selalu sengaja memilih untuk menghindari Natalie, ia hanya tidak mau saja berpapasan dengan dirinya. Namun kali ini takdir berkata lain, sekarang mereka dipertemukan secara tidak sengaja.
Natalie masih berusaha menjernihkan pikirannya, ia benar-benar tidak percaya kalau ia akan bertemu dengan laki-laki yang selalu saja merusak harinya di masa SMA dulu. Dan hal yang lebih membuat Natalie terkejut adalah di mana ia melihat ID Card Nathan yang juga menyatakan kalau dirinya adalah karyawan di sini.
"Lo karyawan di sini? sejak kapan? kok bisa?" tanyanya.
Sepertinya Natalie terlalu fokus dan frustasi dengan pekerjaannya, sehingga dirinya tidak sadar kalau sebenarnya ia sudah beberapa kali berpapasan dengan seorang Nathan dikantornya.
"Lo gak baca di sini tertulis jelas gua dari devisi apa?" balas Nathan yang masih berusaha menahan amarahnya itu.
"Model? sejak kapan? kok gua gak pernah liat? jangan-jangan lo anak baru ya?"
Model, kok gua gak pernah liat dia? perasaan yang sering gua liat itu Agnar, terus kenapa sekarang ada dia juga?
"Penting banget gua ngasih tau lo?!" balasnya.
Mendengar perkataannya, Natalie langsung naik pitam. Hari ini dirinya benar-benar merasa sial sekali. Sudahlah ia diminta untuk mencari ide, sekarang secara tidak sengaja ia bertemu dengan seorang Nathan ... Thomas Jonathan Nialga, dirinya bahkan sampai ingat dengan namanya secara jelas, si laki-laki caper yang membuat teman-temannya terus saja membuat dirinya bosan dengan cerita-cerita khayalan tentang seorang Nathan.
"Lo pikir gua mau tau hal itu?!" balas Natalie tak mau kalah.
"Kalau lo gak mau tau, terus kenapa lo bertanya?" balas Nathan yang sudah merasa menang.
Seketika Natalie terdiam, bisa-bisanya ia kalah dari seorang Nathan. Sepertinya ia merupakan salah satu orang pembawa sial dalam hidupnya. Lebih baik untuknya menghindari nasib buruk.
"Sudahlah, gua gak mau berdebat!" Natalie langsung pergi meninggalkan Nathan yang masih saja terdiam menatap Natalie.
"Sejak dulu lo memang gak berubah!" gumam Nathan. "Memangnya gua kurang apa coba? cakep ... iya, tinggi ... iya, kulit putih ... iya, mata gua cuga indah, dan lagi gua juga gak bau, kok bisa-bisanya ada yang benci gua?" Nathan langsung berdiri menghadap cermin dan berbicara dengan pantulannya itu. "Sepertinya dia butuh kacamata untuk melihat ketampanan gua," lanjutnya sambil bergaya.
Ia bersyukur Natalie pergi duluan sebelum ia suruh. Nathan tidak menyangka, mengapa di gedung seluas ini dan karyawan sebanyak itu, ia justru bertemu dengan orang yang selalu saja membuat dirinya lebih memilih menghindar.
"Sepertinya gedung ini harus direnovasi agar lebih luas lagi," gumam Nathan sambil berjalan menuju ruagannya.
Sebenarnya Nathan sudah lebih dulu bekerja di sini dibandingkan Natalie, tapi tidak ada gunannya juga memberikan informasi tersebut kepada perempuan yang bahkan tidak tertarik pada dirinya. Tapi sebagai seorang model, Nathan mulai merasa tertantang dengan orang-orang yang memiliki sifat seperti Natalie
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top