31
Melupakan semuanya tidak semudah itu. Benar sekali. Tidak apa aku tertatih sekarang. Menenggelamkan diri di rumah kayu ini bersama Bibi Lana. Meski aku tahu pria itu sudah meninggalkan apartemenku. Ya, keputusan ini benar. Aku tidak akan dibodohi lagi. Nyatanya kami benar-benar berakhir sore itu tanpa ada perpanjangan bantahan atau aksi keras kepala darinya agar semua kembali seperti sebelumnya.
Dia juga menghilang begitu saja. Terakhir kudengar kabar dari Ashley, dia mendatangi sahabatku itu dua hari kemudian setelah sore itu untuk meminta maaf. Mudah sekali, Tuhan, hanya meminta maaf. Tetapi biarlah. Karena sejak itu Miguel tak terdengar lagi kabarnya. Apartemenku pun kosong sejak hari itu. Secara berkala Ashley membantu menyambangi apartemen. Sempat terbersit ingin kusewakan saja, namun Ash melarangku. Naomi suka bermain di kamarku. Dia akan menangis kalau diajak pulang. Naomi adalah putri kecil Ash dengan Kendrick.
Hidupku berubah total sejak kepergiannya. Kini aku lebih suka menyendiri. Aku bahkan keluar dari pekerjaanku. James, rekan kerjaku sempat marah besar dengan keputusanku. Akan tetapi seiring berjalannya waktu, dia malah membantuku mencarikan pekerjaan di pinggiran kota yang tidak jauh dari tempat tinggalku sekarang. Meninggalkan hiruk pikuk kota dan segala tumpukan pekerjaan di depan komputer.
Ada lebih banyak waktu yang bisa kunikmati. Dan rasanya sangat menenangkan sekalipun perbedaan finansial terperosok jauh dibanding pekerjaanku yang lama. Aku menikmati menyapa pelanggan yang ingin menikmati senja dengan secangkir kopi dan musik akustik. Kedai kopi dengan roti perancisnya yang sedang mencoba menapaki tangga kini menjadi tanggungjawabku untuk terus naik sedikit demi sedikit di pinggiran Berkshire. Sial, dengan berat hati aku mengakui belum bisa sepenuhnya meninggalkan kota itu. Aku bahkan rela pulang ke Williamstone ketika weekend tiba.
Dan hari jumat adalah waktu yang kunantikan. Aku akan meninggalkan kedai sebelum matahari berwarna oranye, melajukan mobil sedan menuju rumah atau akan singgah dulu ke kota menemui Ashley dan si kecil Naomi untuk melepas rindu. Seperti kali ini aku tengah bersiap untuk menemui Ashley sebelum pulang ke Williamstone. Kakiku melangkah cepat sambil merapatkan mantel. Angin dingin berhembus agak kencang ketika sore hari. Maklum saja, Berkshire berada di akhir musim gugur menuju ke musim dingin. Membuat cuaca sering berubah-ubah.
Langkahku terhenti di depan pintu kedai yang terbuka sedikit oleh sepasang pantopel coklat yang berdiam di tengahnya. Bagian bawah mantel abu membuat mataku terhenti di sana.
"Hai," sapanya sangat lirih. Suara serak itu membuat tubuhku menegang. Sesaat mata ini terpejam.
Susah payah aku melupakan semuanya. Membangun semangat untuk melangkah lagi tanpa mengingatnya, kebodohanku dan juga rasa malu terbesarku. Nyatanya kali ini kembali porak poranda dengan kedatangannya. Bagaimana mungkin bisa tahu aku berada di sini? Atau benar ini sebuah ketidaksengajaan yang mempertemukan kami lagi? Apa belum cukup semuanya membuatku menahan malu? Ketika saat itu semua terasa manis. Dan parahnya aku sendiri yang menganggap itu.
"Maaf, permisi," ujarku setelah cukup lama terdiam menata diri dan akhirnya kembali menemukan suara. Kakiku melangkah tergesa, bahkan sedikit berlari menuju ke parkiran mobil. Aku tidak sesiap itu untuk kembali jatuh.
"Ammethys Lynch!" panggilnya berseru membuat deru napasku memburu.
Tanganku gemetar menahan tubuhku pada kap mobil. Siapa yang bisa menyangka jika akhir pekanku akan seburuk ini?
"Maaf mengganggumu. Apa kau punya waktu sedikit? Aku ingin bicara." Derap langkah lebarnya terdengar semakin dekat dalam waktu yang sebentar.
"Aku ada urusan yang harus kuselesaikan. Apa yang ingin kau bicarakan sedang kita tidak ada apa-apa lagi setahun belakangan," ujarku sambil menahan napas tersengal-sengal demi terlihat baik-baik saja.
"Memang tidak ada apa-apa. Tapi sebuah perasaan mengganjal di sini," ucapnya menunjuk dadanya, "semua masih melekat di sini. Amm, bukan takdir yang membawaku ke sini. Memang aku yang mencarimu. Aku yang memberanikan diri menemuimu. Tidak peduli kau akan meneriakiku tak tahu malu."
"Sia-sia kau bicara. Aku akan tetap pada pendirianku, seperti kesepakatan awal, semua berakhir sore itu."
"Maka mari kita awali lagi sore ini."
Aku berdecih. Rasa kecewa itu kembali menyeruak. Harus kuakui aku hanya melupakan tapi belum memaafkan. Ash sering berkata berdamailah dengan masa lalu, dengan dirimu sendiri. Sementara aku hanya sebatas menjawab iya.
"Kita sudah berada di jalan masing-masing. Jangan merusak tatanan yang sudah berjalan semestinya. Kau paham, baik kau maupun aku, sama-sama tahu keadaannya. Kau tahu salahmu dan aku pun tahu salahku. Salahku adalah terlalu mudah percaya."
"Ya. Kesalahan terbesarku adalah membohongimu. Maka kali ini aku datang dengan kejujuranku. Bahwa aku membuatmu bersumpah ketika itu adalah sebuah kebenaran. Benar, aku ingin kau menjadi teman hidupku. Aku ingin kau selalu bersamaku. Lebih besar dari itu, aku mencintaimu, setelah semua apa yang kau lakukan untukku ketika itu.
Kau tahu apa yang ada di pikiranku saat itu? Agar kau tak pernah tahu apa yang sebenarnya. Dan aku akan mengajakmu pergi dari sana. Hanya ada kita berdua di suatu hari nanti tanpa mengubah suasana yang ada."
Aku mengerjabkan mata. Ini manis sekali terdengar. Tapi kala itu. Dan nyata di suatu hari nanti itu tidak akan pernah terjadi. Tidak ada sahutan dariku. Rasanya lebih baik masuk ke mobil. Aku tidak ingin sakau oleh kalimat-kalimat manis itu.
"Di suatu hari nanti, Miguel. Kalau boleh aku bicara jujur, apa rasanya kamu kala itu. Di setiap sudut apartemen, di supermarket bahkan di Berkshire ini, aku tidak lupa apa rasanya. Itu saja lebih dari cukup buatku," ucapku menyelipkan sebuah senyuman sebelum menaikkan kaca jendela dan melajukan mobil. Meninggalkan dirinya yang masih tertegun. Dan anehnya, setelah aku mengatakan itu, rasa lega perlahan tercipta. Mobilku membelah jalanan pinggiran Berkshire. Aku seperti tidak terganggu lagi dengan kenangan-kenangan yang muncul. Tawa, bahagia kala itu seperti nyata di depanku saat ini.
Jadi begini akhir masalahnya? Aku tertawa lirih sebelum kemudian bersenandung ringan. Kepalaku mengikuti irama musik yang memenuhi mobilku. Maroon 5 masih menjadi andalanku. Tapi kali ini ada yang tidak biasa. Ya, aku sangat menikmati lagu juga perjalanannya.
I won't go home without you
***
End
Terima kasih untuk yang sudah menunggu, mengikuti kisah ini. Ada kali dua tahun lebih mah.
Secara garis besar ya memang seperti ini akhirnya. Ga jelas sih😂😂
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top