26
Aku baru saja mendapat telepon dari pusat rehabilitasi bahwa Miguel datang untuk mengunjungi Brittany. Seketika aku kehilangan akal sehatku. Seisi kepalaku seperti mendidih dalam sekejab. Wanita itu memang berujung pada pusat rehabilitasi setelah dibawa oleh pihak kepolisian. Karena setelah proses interogasi, pihak kepolisian mendapatkan fakta mengenai keadaan Brittany. Sedikit merasa iba. Frustrasi yang akut karena semua keluarganya sudah tidak ada lagi, ditambah dengan kehilangan Miguel, adik angkatnya, kecanduan alkohol dan entah apalagi penyebabnya. Membuatnya hilang kendali.
Seorang psikiater yang mendampinginya menyarankan untuk mengistirahatkannya di pusat rehabilitasi. Katanya, masih ada harapan meskipun tipis. Setidaknya dengan ada pihak yang mengawasi Brittany, aku sedikit bernapas lega. Tidak akan ada lagi yang menyakiti Miguel. Mengungkit masa kelamnya. Tapi nyatanya, siang ini, aku kehilangan napas di saat hari pertama kembali bekerja setelah nyaris dua minggu aku berdiam sambil menunggu ada orang yang bisa kupercaya menjaga Miguel selain Ashley dan Kendrick yang tengah sibuk mempersiapkan hari pernikahannya.
"Kau mengijinkannya? Astaga, kau sendiri yang memberitahu keadaan wanita itu buruk untuk Miguel," sahutku tanpa bisa menahan kemarahan juga kekhawatiran menjawab telepon dari pusat rehabilitasi.
"Aku mengerti, Nona. Tapi Tuan Miguel bersikeras ingin bertemu dengannya. Dia akan baik-baik saja katanya."
"Dia datang dengan siapa?"
"Sendiri. Dengan tongkatnya. Tanpa kursi roda."
Napasku tersengal-sengal. Dia bersusah payah dengan sepasang tongkat untuk menumpunya saat melangkah. Dia meninggalkan kursi rodanya? Demi wanita itu? Aku meminta Josh, sepupu James untuk menemaninya sehari-hari ternyata dia tidak mampu untuk menjaga Miguel. Sama saja Miguel mendatangi kandang macan. Entah siapa yang harus menerima luapan kemarahanku. Atau mungkin ini memang karena salahku?
Oh, rasanya aku ingin tidak mempercayai apa yang baru saja kudengar. Aku ingin mengabaikan semuanya dan menganggap ini tidak terjadi. Tapi bayangan seorang Brittany yang merangsek Miguel begitu kuat mencuat. Lalu suara ketakutan Miguel yang mencariku kala itu pun mendadak kembali terdengar.
"Aku akan ke sana sekarang!" Sahutku cepat, menyambar kunci mobil lalu berseru pada James yang sejak tadi menungguku untuk makan siang bersama, "Aku harus keluar. Mungkin lain kali aku makan siang denganmu!"
"Ada sesuatu?" tanya James mengerutkan kening.
"Sepertinya. Tapi kuharap bukan."
Aku berlari dengan pikiran carut marut. Padahal kalau dipikir kembali, aku tidak pernah bersikap sekonyol ini. Mengkhawatirkan seseorang dengan berlebihan, memberikan segalanya demi seseorang, melakukan apapun demi seseorang. Tidak pernah seekstrim ini. Katakanlah ini ekstrim dengan tolok ukur kehidupanku sebelumnya.
Kakiku diantara gemetar dan langkah lebar memasuki pusat rehabilitasi itu. Yakin pasti Miguel masih ada di sana. Debaran keras dan napas tersengal-sengal kini sedang kualami.
"Kau mencintainya?" pertanyaan bernada sinis dengan derai tawa lirih terdengar di sebuah ruangan.
"Kau tahu rencana ini dari awal kan?"
"Tapi kau salah sasaran kan?"
Terdengar helaan napas panjang. Suara yang aku kenali, sangat tidak asing. Tapi tidak mungkin dia yang mengatakan itu kan? Tidak ada yang tahu jika saat ini tubuhku seperti jelly.
"Tidak ada yang menyangka jika dia memiliki teman yang rela berkorban banyak untuknya. Kita salah perhitungan. Lagipula memang tidak ada lelaki lain? Apa istimewanya Kendrick?"
Terdengar derai tawa perempuan. Tapi tidak meninggalkan kesan sendu. Kendrick. Jelas sudah siapa yang berada di dalam. Tapi untuk menggapai gagang pintu, rasanya aku tidak lagi memiliki daya.
"Kau sendiri? Apa istimewanya gadis itu sampai kau rela memainkan drama di luar skenario hingga aku berakhir di sini? Kau juga tidak bisa berterus terang dan mengakhiri kebohongan ini?"
"Tidak tahu. Aku sama sekali tidak memiliki ide itu ketika bersamanya. Sudah kubilang, kita salah perhitungan."
"Jangan bilang kau jatuh cinta. Ini kesalahan, Elgra. Sebaiknya secepatnya kau mengakhiri ini."
"Kalau aku tidak bisa?"
"Lalu sampai kapan aku tenggelam di sini? Benar-benar neraka!"
Elgra. Miguel. Hanya milik satu nama. Dan kebodohanku adalah mengapa percaya begitu saja ketika aku tidak menemukan identitas sedikitpun mengenai dia. Aku melupakan kepintaran seorang penjahat. Bagaimanapun seorang penjahat, bertindak dengan rencana yang rapi.
Seketika kepalaku seperti berdenyut. Tidak, rasanya bahkan lebih sakit seperti ditusuk tusuk jarum. Untuk kesekian kalinya aku menjatuhkan hidupku pada titik yang salah. Menjatuhkan perasaanku pada seseorang yang salah. Seseorang yang datang dengan niat awal ingin menghancurkan Ashley karena gadis itu membawa pergi Kendrick dari sepupunya. Kendrick yang sebentar lagi akan menjadi suami dari Ashley. Dan kebodohanku mengantarkanku pada skandal menjijikkan ini.
Aku menyeret kaki, meninggalkan tempat itu dengan perasaan campur aduk. Malu sekaligus merasa sangat bodoh. Mereka pasti sedang mentertawakanku di dalam. Dan saat ini, rasanya aku ingin tenggelam. Tidak tersisa lagi rasa percaya untuk orang. Terlebih urusan hati. Saat aku berjuang mengorbankan segalanya, bekerja pontang-panting untuk hidup membahagiakan dirinya. Yang kudapati adalah fakta kebohongan itu. Ini lucu, tapi rasa ingin tertawa pun aku tidak punya lagi.
"Apa semuanya baik-baik saja?" Tanya seorang petugas ketika aku melintas di hadapannya.
Sementara aku hanya menoleh dengan samar karena lelehan air mata. Kepalaku mengangguk kecil.
"Keluarkan dia. Dia tidak sakit. Aku membebaskannya," lirihku kemudian terseok-seok meninggalkan pusat rehabilitasi itu.
***
tbc
s andi
09 juli 2019
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top