7. Rahasia Sky
Akhir sekolah di Hari Jumat harusnya jadi hari yang paling menyenangkan bagi para murid, tetapi Sonia malah melangkah gontai menyusuri koridor di depan kelas. Wajahnya muram. Anne tak mampu membuatnya ceria kembali. Gadis itu lebih bingung lagi waktu Sonia malah berbelok masuk ke jalan kecil di samping laboratorium biologi, lalu melangkah terus menuju greenhouse kecil di samping laboratorium. Bagian dalamnya penuh berbagai macam tanaman hias, sebagian besar proyek sains anak-anak IPA. Ada pula seperangkat pipa hidroponik bersusun tiga yang ditumbuhi sawi hijau. Sebuah bangku taman diletakkan di tengah greenhouse, tempat para murid bisa beristirahat.
"Nggak jadi pulang, nih?" Dengan satu tangan, Anne mengusap keringat di dahi, sedang tangan satunya berkacak pinggang.
"Bentar. Aku mau nenangin diri dulu," jawab Sonia lesu. "Nggak papa kalau kamu mau pulang duluan."
"Aku juga—" Anne hendak menanggapi, tetapi ponselnya berbunyi. Begitu melihat tulisan di layar ponsel, spontan gadis itu menepuk jidat, lalu buru-buru berjalan keluar.
"Son, kutinggal dulu, ya. Aku lupa kalau aku sudah janji sama Bu Rosa buat nyortir buku-buku lama yang mau diloak! Dah!" Anne berlari-lari kecil. Waktu gadis itu mendaftar jadi relawan perpustakaan, ia tidak tahu bahwa ia akan jadi satu-satunya murid yang bersedia. Namun, tidak apa-apa, toh ia sebenarnya memang menyukai buku dan keheningan perpustakaan.
Sepeninggal Anne, Sonia menyandarkan punggung pada bangku. Matanya memandangi daun keladi warna-warni yang bergoyang ditiup angin sepoi-sepoi. Ia berusaha mengingat-ingat kelakuan Sky yang ia ketahui.
Kalau kuingat-ingat, Sky selalu sendirian waktu pulang, ucap Sonia dalam hati. Pemuda itu seringkali tinggal lebih lama di sekolah daripada murid-murid lain, bahkan para pengurus OSIS sekali pun. Dulu, Sonia berasumsi bahwa Sky sibuk mengejar pelajaran, apalagi karena cowok itu kadang-kadang bolos kelas karena urusan OSIS dan klub fotografi. Sekarang, Sonia jadi penasaran apa yang sebenarnya Sky lakukan sendirian.
"Ah, ya, semestinya dia masih di sekolah sekarang," gumam Sonia. Cewek itu berdiri, bermaksud meninggalkan greenhouse. Namun, baru saja ia melangkah ke pintu, tiba-tiba kepala Sky menyembul dari balik pintu itu. Pemuda itu keliatan terkejut mengetahui tempat yang biasanya kosong itu ternyata sedang diisi orang.
"Lho, Sonia, kamu belum pulang? Selesaikan dulu urusanmu, deh. Aku kembali nanti saja," ucap Sky cepat-cepat.
"Eh, nggak, kok! Aku cuma duduk-duduk aja!" jawab Sonia canggung. "Sebentar lagi aku pulang, kok! Silakan, masuk aja!"
Sky terdiam beberapa saat. Kemudian, sekonyong-konyong cowok berponi itu bertanya, "Kalau kamu nggak buru-buru, mau duduk-duduk bareng, nggak?"
"Eh?" Sonia tercengang. Telinganya tidak salah dengar, kan?
"Lho, kok bengong? Kalau kamu ada keperluan lain—"
"Eng ... enggak apa-apa!"' Sonia hampir berteriak. Gadis itu menyingkir dari pintu, memberi jalan agar Sky bisa masuk. "Ada apa, nih, memangnya?"
"Nggak ada apa-apa, kok. Habisnya lucu aja, kita kan sekelas, masa jarang ngobrol? Maaf, ya, aku belum properly say thank you soal buku catatanku yang kamu kembalikan. Kalau kamu nggak ngebawain buku itu, bisa-bisa nilai kuisku hancur total." Sky terkekeh. Cowok itu menghempaskan diri ke bangku. Kakinya berselonjor, kepalanyya tengadah kala ia menghirup udara dalam-dalam. Sonia ikut duduk di bangku. Pinggir sekali, sampai ia harus menyangga badan dengan kaki supaya tidak jatuh. Habisnya, mau dekat-dekat, malu!
"Anu, kulihat setiap hari kamu selalu pulang telat. Pasti repot banget, ya, jadi wakil ketua? Kadang-kadang, pengen nggak sih bisa pulang cepat, terus santai-santai rebahan di kamar?"
"Ah, nggak juga. Di rumah malah bosan. Lagian, masa SMA cuma sekali. Sayang kalau disia-siain." Sky menghela napas panjang. Sesaat, pemuda itu melamun. Sonia mendengar nada pahit dalam jawabannya. Sekali lagi, gadis itu yakin Sky berbohong. Namun, ia masih terlalu takut untuk mengungkapkan hal itu secara langsung.
"Bicarain hal lain, boleh? Aku penasaran apa hobimu. Kelihatannya kamu nggak terlalu antusias ikut ekstrakurikuler karate waktu Rabu lalu." Sky berbicara kembali. Sungguh, jantung Sonia mau meledak saja rasanya. Separuh senang, separuh malu. Selama enam belas tahun kehidupannya, belum pernah ia berdua saja dengan cowok yang bukan anggota keluarga dalam satu ruangan. Apalagi ini Sky, bukan cowok sembarangan.
"Anu, um, sebenarnya aku juga nggak tahu, sih." Bicara Sonia makin terbata-bata. "Aku kadang-kadang nonton film, tapi kayaknya enggak cukup sering buat dibilang sebagai hobi. Kadang aku baca novel, kadang kulineran, kadang dengerin musik, kadang hangout bareng Caitlyn dan Anne, pokoknya random aja sesuai keinginan."
"Hm? Bisa gitu ya?" Mata Sky melebar. Tahu-tahu pemuda itu tergelak, menampakkan sederetan gigi yang putih. Kontan saja wajah Sonia jadi merah padam. Ia kira dirinya salah bicara, sampai-sampai Sky tertawa begitu keras.
"A ... aneh ya?" cicit Sonia malu-malu.
"Hehe, sorry, habis kedengarannya lucu, sih. Tapi, selama kamu senang, nggak masalah, kan?" Sembari mengusap air mata dari sudut mata, Sky menjawab. "Makasih sudah bikin aku ketawa hari ini, Son. I need it, really."
"Ah, bukan apa-apa, kok!" Sonia menggeleng keras-keras. Sky Adrian Bagaskara, tolong berhenti bersikap begini ramah, sebelum aku meledak bahagia! serunya dalam hati. Dalam usahanya menenangkan diri, dengan canggung ia merogoh-rogoh ransel untuk mencari ponsel. "Um, di mana HP-ku, ya? Kayaknya kok barusan bergetar. Di sini bukan, sini juga bukan .... Aduh!"
Bruk! Tidak sengaja, Sonia menyikut ransel Sky. Ransel hitam itu terguling ke lantai greenhouse. Dari dalamnya, sebuah buku notes kecil jatuh dengan posisi terbuka. Sebelum Sonia selesai membaca isinya, buru-buru Sky menjejalkan buku itu ke dalam tas.
"Sky, itu—"
"Bukan apa-apa. Cuma corat-coret iseng aja." Mendadak sikap Sky berubah kaku. "Maaf, ya, aku harus pulang sekarang. Sampai ketemu Senin depan."
"Maaf, aku nggak sengaja!" Sonia berseru, tetapi Sky telanjur pergi. Gadis itu terdiam. Ia mengenal betul tulisan dalam buku itu. Sebab, kemarin akun @shadesoflife mengunggah puisi yang sama persis.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top