Short Story dari Amanda

Dug dug dug ...

Suara ketukan pintu rumah mengusik ketenangan anggota keluargaku. Aku terbangun dari tidur nyenyakku dan melihat jam weker di sebelahku.

03.02

Apa-apaan ini?? Seseorang mengetuk pintu jam segini?? Sungguh keterlaluan!

Aku mengambil kimono dan bergegas ke bawah. Aku membuka pintu kamar dan melihat sekeliling tidak ada yang terusik dengan gedoran pintu itu.

Dug dug dug ...

Suara itu semakin lama semakin keras. Tanpa ambil pusing aku segera berlari menuruni tangga dan cepat-cepat membuka pintu rumahku.

"Ada apa pagi pagi—" ucapanku terhenti saat menyadari Arka berdiri di depanku.

Tanpa melirikku sama sekali dia langsung memasuki rumahku dan berjalan ke arah kamar.

Aku menutup dan menguci pintu. Dan langsung berlari mengejar Arka yang sudah masuk kamarku.

"Ada apa kau datang ke sini?? Ini masih pagi," tanyaku sambil menutup pintu kamar dengan pelan-pelan.

Dia hanya menggidikan bahu sambil berbaring di ranjangku.

"Aku kesini hanya untuk itu." Dia menunjuk vas bunga yang terletak di meja belajarku. Di sana sudah terisi dua macam bunga mawar yang sangat cantik.

Aku tersenyum senang, kamarku sudah banyak dihiasi berbagai jenis bunga darinya.

Aku melompat ke arah ranjang dan berbaring di sebelahnya. "Apa kau tidak bosan mengirim bunga setiap hari?"

"Aku sahabatmu. Dan aku harap selalu begitu."

Aku menatap dia tak percaya. "Kau memang sahabat baikku." Dan aku harap lebih.

"Suatu saat aku tidak ingin meninggalkanmu, tapi itu sudah takdirku."

Aku tidak menghiraukan kata-katanya yang terakhir. Aku putuskan untuk melanjutkan tidur cantikku di sebelahnya.

Saat baru saja mataku tertutup, aku merasakan ada sebuah cahaya melesat bersamaan dengan Arka yang berteriak dan beragumentasi. Aku mencoba membuka mataku tetapi sangat sulit. Aku menggerakan tanganku dan berteriak "Arkaa ... kumohon tolong aku!! Aku tidak bisa membuka mataku Arkaa!!"

Suara Arka menghilang bersamaan dengan terbukannya mataku. Aku terbangun dan terduduk di posisi awal tidurku. Posisi sebelum Arka datang.

Aku berpikir, apakah ini mimpi? Aku cepat cepat melirik vas yang ada di atas meja belajarku. Dan mawar itu masih setia di dalam vas. Aku melirik pakaianku, aku belum menggunakan kimono?? Bagaimana bisa?

Aku mengerutkan kening. Melirik kiri-kanan untuk mencari posisi Arka. Aku melihat jam-ku. Rupannya jamnya masih sama dengan sebelum Arka datang.

Aku berjalan membuka pintu balkon dan diam disana. Angin malam menerpa tubuhku, seakan akan udara mereka menusuk hingga ke sanubariku.

Aku diam disana, melihat sekeliling dan mataku menangkap secarik kertas berwarna pink disertai bunga matahari diatasnya.

Aku mengambil bunga itu beserta suratnya. Aku buka perlahan surat pink itu, dan merasakan ada sebuah tangan di perutku. Seseorang memelukku di belakang.

Aku hendak menoleh tapi dia menempelkan dagunya di kepalaku.

Suara bariton khas terdengar "Aku mohon jangan lupakan aku."

Aku mengenali suaranya. Arka.

"Darimana saja kau Arka?" Bertepatan dengan pertanyaanku, lengan Arka yang tadi melingkar di perutku sudah hilang. Aku membalikan badan dan berharap Arka disana. Nyatanya tidak.

Aku menengok kanan dan kiri, Arka tidak ada di mana-mana. Angin berhembus sangat kencang hingga aku menyadari aku sedang memegang sepucuk surat.

Aku cepat-cepat membuka surat itu.

Hi, Flo! Aku sayang padamu. Ini tulisan dan bunga terakhirku untukmu. Terima kasih untuk semuanya. Terima kasih juga engkau menganggapku ada.

Arka.

Hah?? Aku tertegun untuk beberapa saat. Mencerna kata demi kata. Membaca ulang surat tersebut. Hingga aku menyadari Arka telah meninggalkanku. Dengan sejuta memory yang ia tinggalkan.

Sekarang aku baru menyadari. Menyayangi seseorang tidak perlu memiliki. Cukup menjadi sahabat, dan kita ukir sejuta memory yang akan selalu kita kenang walau sejuta tahun yang akan datang.

-End-

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top