Epilog

Normal POV

[Y/N] punya kebiasaan yang membuat orang-orang di sekitarnya tahu, emosi apa yang sedang melual di dalam diringa. Yakni berupa ia memainkan tangannya saat merasa gugup, takut, dan emosional lainnya. Namun, selain itu, ada satu lagi dampak dari emosi berlebihku yang hanya ia beritahukan kepada orang-orang yang notabenenya 'akrab karena saling kenal saja'. Dadanya akan terasa sesak dan kembang-kempis, lalu sekelebat dampak terburuk dari satu hal yang sedang ia hadapi pun muncul.

Sebelum-sebelum ini, momen di mana dampak terburuk yang muncul sekilas melewati benaknya tersebut, belum ada yang akhirnya jadi kenyataan.

Meski begitu, sepertinya ini akan jadi yang pertama kalinya. Dan akan jadi pengalaman baru untuknya.

Biasanya pengalaman barunya itu akan ia tuangkan ke lagu-lagu buatannya yang selanjutnya. Dan, ya, apapun bisa dijadikan inspirasi. Terutama apa yang ada di dunia nyata menjadi pengaruh terbesar dari inspirasi itu sendiri.

Lagu ini dan lagu yang tadi [Y/N] mainkan, sebenarnya memiliki kesinambungan. Lagu ini adalah lagu dengan alur utama yang saat ini sedang berjalan, dan lagu yang baru saja ia ciptakan di jam-jam terakhir mendekati kompetisi tersebut adalah bentuk prequel-nya.

Lagu utama ini mengisahkan tentang kehidupannya yang sempurna lika-likunya, kehidupan yang diidamkam oleh banyak orang, kehidupan yang sesuai ekspektasi. Di manapun [Y/N] melangkah, ada kakak dan orangtuanya di belakangnya. Jika langkah [Y/N] terhenti, maka mereka akan mendorong punggung [Y/N] dan menarik tangannya agar kembali melangkah maju.

Memang, jikalau memiliki suatu cita-cita atau berkeinginan menjadi sesuatu, maka tidak ada yang mudah. Menjadi pianis pun tidak kalah sulitnya, alasan kenapa [Y/N] bisa duduk di kursi piano selama belasan jam adalah karena ia dibiasakan untuk memainkan piano dalam waktu yang lama saat di sekolah musik.

Lalu bermain piano dengan mata tertutup, itu bertujuan untuk menajamkan daya ingat [Y/N] agar hapal dengan nada-nada balok dan hapal dengan posisi-posisi tuts piano yang ada di hadapannya. Ia bisa melakukannya, walaupun hanya butuh kesempatan sekali lihat saja.

Setelah perjuangan bangkit, lelah, sakit, istirahat, lalu bangkit lagi. Kerja kerasnya pun terbayar. Siapa sangka jika keseharian menjadi pianis yang dibayar 'harga keluarga' sampai masuk universitas untuk memainkan lagu pernikahan sebagai pengiringan pengantin pernikahan, ternyata mengantarkannya untuk bertemu dengan seorang tim ketua backsound pembuat film dari suatu studio yang secepatnya ingin seorang pianis dengan ciri khasnya sendiri untuk menggantikan pianis lama yang sudah sehari sebelumnya telah memutuskan untuk pensiun.

Karena pengumuman mendadak dan betapa tidak bertanggung jawabnya pianis sebelumnya yang mengambil keputusan sepihak untuk pensiun sebelum menyelesaikan pekerjaannya, produsernya sampai harus turun tangan sendiri untuk mengetes kandidat pianis yang lebih berkompeten.

Untuk membuktikan jika skill [Y/N] patut untuk dimanfaatkan di tempat yang seharusnya, maka [Y/N] pun harus melewati tes dahulu. Lalu, sesuai dengan apa yang diharapkan, [Y/N] lolos dan sampai saat ini masih terikat kontrak dengan studio di bagian backsound maker tersebut.

Ya. Pekerjaan dengan bayaran lumayan, apalagi jika itu tidak jauh-jauh dari apa yang biasanya [Y/N] lakukan sebagai pianis muda yang memainkan lagu pengiring pernikahan.

Lalu maju ke beberapa waktu kemudian, saat-saat di mana yang masih belum jauh setelah [Y/N] menandatangani kontrak untuk pekerjaan barunya. [Y/N] akhirnya punya cukup biaya untuk kuliah selama dua semesterーitu uang yang cukup banyak, dan merupakan hasil buah keringat sendiri.

Satu semester, dua semester. Dan akhirnya masuk ke tahun ajaran baru. Sekarang ia menjadi senior baru, tetapi itu juga bersamaan dengan setahun berada di klub yang sama dengan Dazai. Walau sayangnya, harus membutuhkan waktu satu tahun hingga akhirnya Dazai sendiri yang mengajukan untuk langsung melakukan date pertama mereka.

Kehidupan yang mulus, memang. Namun tanpa sadar [Y/N] menerapkan prinsipnya, ia hanya sesekali menunjukkan perjuangannya, sementara sisanya adalah kebahagiaan dan senang-senang yang ia dapat setelah berjuang.

Walau begitu, setelah empat semester di dunia kuliah, [Y/N] memutuskan untuk mengundurkan diri karena ingin fokus sepenuhnya dengan karirnya sebagai pianis. Sementara Dazaiーyang terkenal jeniusーtidak menyia-nyiakan kesempatan lebar tersebut.

Dazai juga berusaha untuk lulus sarjana lebih awal dari teman-teman seangkatannya, barulah setelah itu akhirnya Dazai memberanikan diri untuk menyematkan cincin pertunangan di jari manis [Y/N].

[Y/N] mencintai Dazai, dan keluarga [Y/N] menyetujui pertunangan tersebut setelah menyelidiki sedikit latar belakang Dazai yang lulus sarjana lebih awal dengan IPK sempurna. Mereka mempercayakan [Y/N] kepada Dazai.

Sementara alasan Dazai berlutut dan menyematkan cincin tersebut di jari manis [Y/N], ia bercerita dengan jujur. Hal itu ia lakukan karena ingin melupakan wanita yang membayang-bayangi masa lalunya. Ia harap, [Y/N] yang ada di sisinya bisa membuatnya terus maju. Dan [Y/N] menerima jawaban itu dengan lapang dada.

"Lagu yang bagus ya, ketua komite?"

"Ya.. Bagus sekali," kata Fyodor dengan sedikit keraguan di nada ucapannya.

Walaupun lebih tertarik dengan cello, Fyodor masih memahami bagaimana dasar-dasar memainkan alat musik agak menghasilkan komposisi yang pas, walau cello dan piano adalah alat musik dengan cara memainkan dan teknik yang bertolak belakang.

Fyodor mulai merasakan adanya tekanan tuts yang merendah. Fyodor yang justru memainkan cello saja memahaminya, apalagi pianis-pianis yang tengah menonton permainan [Y/N] dan para ahli musik yang menggeliat tidak nyaman karena hilangnya suatu komposisi bunyi alat musik yang sebenarnya; sempurna di mata mereka masing-masing.

Namun, kali ini mereka akan saling memandang, memastikan apa yang mereka dengar, lalu saling menganggukkan kepala. Sampai akhirnya terjadilah sesuatu yang bisa menjadi kesalahan fatal bagi semua orang, yaitu kesalahan tekan atau posisi memainkan alat musiknya.

Ya. Keadaan [Y/N] sudah tidak memungkinkan lagi. Awalnya hanya beberapa miss note, tapi ke depannya jadi semakin banyak. Meski begitu, [Y/N] tetap tidak menghentikan resitalnya.

"Miss note-nya banyak sekali.." Dazai yang saat masih muda, sering diperdengarkan permainan piano oleh ayahnya secara langsung, menyadarinya dengan mudah. "Nee-san, apakah tidak seharusnya [Y/N]-chan menghentikan permainannya?" Ia berkata kepada Ran.

Ran pun menjawab, "bagi pianis, menghentikan resital di tengah jalan adalah perbuatan gila. Karena itu, [Y/N] tidak berhenti."

Kemudian Dazai mendecih keras, akan tetapi Ran dengan cepat menenangkannya. "Tahan dirimu. Lagunya sudah sampai nada akhir. Setelah itu, Kau tahu apa yang harus Kau lakukan."

"Ya, aku tahu..!"

Ran tersenyum saat ia melihat tingkah laku Dazai. Apa yang Dazai lakukan di hari itu, kemungkinan karena mental Dazai terguncang ketika harus mendengar rapalan kalimat 'seorang pianis yang ikut serta dalam kompetisi, naik pesawat untuk terbang ke negara tujuannya' adalah kata-kata yang memicu traumanya.

Namun, di samping itu, Dazai adalah orang yang perhatian dengan orang terkasihnya. Setelah itu Ran kembali fokus dengan [Y/N] yang memulai penyelesaian lagunya, wajah Ran kembali mengkerut dengan cepat.

Riuh omongan orang yang menjadi penonton semakin menggelegar di kala detik-detik terakhir permainan tersebut. Tepat setelah [Y/N] melepaskan jari-jarinya sepenuhnya dari tuts piano, [Y/N] kembali harus menahan dirinya, supaya tidak ambruk sembarangan.

Ia menggunakan tangan kirinya untuk menopang tubuhnya di atas kursi piano, sementara tangan kanannya ia gunakam untuk menutup lubang hidungnya yang mengalirkan cairan merah hangat kental. Mereka menyaksikan itupun semakin riuh, dan Dazai sudah mendapat tanda untuk melakukan apa yang harus ia lakukan.

"Ugh.."

Bak seperti pangeran dan putri yang ditakdirkan memiliki akhir bahagia, sang pangeran datang tepat waktu di detik-detik momen yang merenggut nyawa sang putri. Yang ini hampir mirip, yaitu [Y/N] yang oleng ke kiri karena daya tahannya sudah melemah dan mencapai batas. Dazai datang tepat waktu dengan menahan tubuh [Y/N] yang sebentar lagi akan menghantam lantai, pula dengan cekatan ia menggendong [Y/N] ala bridal style.

"Bertahanlah sebentar lagi, [Y/N]-chan!"

Betapa itu adalah kenangan masa lalu yang berkesan, yang tidak akan dilupakan maupun terlupakan.

>~<


"Nee, kaa-san.. Suatu saat nanti, ketika aku sudah lebih besar dari sekarang, bisakah ibu menceritakan itu lagi?"

"Sepertinya kamu tertarik dengan sesuatu ya, shounen? (anak muda?)."

Anak laki-laki itu duduk di atas selembar kain berpola kotak-kotak berwarna merah-putih, kain yang erat kaitannya sebagai alas untuk piknik di taman yang penuh dengan hamparan rumput hijau yang segar serta tajam. Itulah kegunaan kain kotak-kotak tersebut.

Dan di sinilah mereka, sepasang wanita dan pria, bersama dengan anak laki-laki mereka yang berusia sepuluh tahun di tahun keempat sekolah dasarnya.

Anak laki-laki berparas sama seperti kedua orangtuanya tersebut memandang ke arah ayahnya yang ingin tahu dengan kebiasaannya yang sangat ingin tahu apa yang terjadi di masa lalu. Masa ketika takdirnya masih belum terukir, dan kedua orangtuanya masih menyusun-nyusun takdir mereka sendiri.

"Aku tertarik bagaimana kaa-san bisa memaafkan kelakuan ayah."

"太宰 日之出 DAZAI HINODE! J-jangan berkata seperti itu kepada ayahmuuuu~"

Berkah dari ayah Hinode, adalah berupa kecerdasan secara akademik. Sedangkan berkah dari ibu Hinode, adalah berupa kelembutan yang jarang dimilikiーatau jarang ditunjukkanーoleh anak laki-laki seusianya. Ya, sayangnya Hinode belum bisa mendapatkan pewarisan genetik berupa ketahanan fisik seperti anak laki-laki seusianya pula.

Namun, jika Hinode harus mendorong dirinya sendiri, maka Hinode akan bisa menyamai atau mengungguli siapapun.

"Hinode memang cerdas."

"Akh?!"

"Ibu sendiri heran kenapa ibu bisa memaafkan ayahmu ini.."

"A-aku masih di sini lho.."

Sepasang pasutri yang hidup bahagia bersama anak mereka. Rajin mengatur waktu dan menyesuaikan waktu, dan tak lupa meluangkan waktu hanya untuk anak mereka. Melakukan apa yang disukai anak mereka, piknik di taman dan membaca buku di sana saat hari sedang cerah-cerahnya.

"Ai? (Cinta?)," ujar anak muda tersebut. Mungkin anak seusianya masih belum harus mengenal cinta, tetapi berkat edukask dari ibunya, ia bisa mengerti sedikit demi sedikit pengertian tentang cinta.

"Ya, cinta."

"Ooh, cinta, ya?"

Dan tak lupa, Hinode juga belajar dari kebiasaan ayah dan ibunya.

"Osamu, kita sedang ada di taman! Ada Hinode juga.."

"Lalu? Padahal [Y/N]-chan yang dulu sama sekali tidak menghindar dariku. Apalagi saat kita berciuman di balkon gedung saat kompetisi itu..."

"K-kamu masih mengingatnya-?!"

Miris atau tidak, tergantung pandangan orang masing-masing. Hinode sudah terbiasa dan bisa maklum dengan pandangan seperti ini. Ayahnya pernah berpesan kepadanya, kalau yang kedua orangtuanya lakukan adalah contoh perlakuan cinta kepada pasangan.

Jadi, Hinode tidaklah seperti anak-anak kebanyakan umumnya, yang akan ikutan malu ketika kedua orangtua mereka sedang bermanja-manja. Namun, yang apa yang Dazai dan [Y/N] paling sayangi dari Hinode adalah ...

"Ayah.. Tolong, kita di tempat umum," katanya dengan menambahkan sedikit penekanan.

... Hinode adalah anak yang sadar berperilaku pantas di masing-masing tempat yang ada di sekelilingnya.

>0<


WOAAHHH EPILOG JUGA AKHIRNYAー

Berikut sedikit keterangan mengenai nama Hinode:
日の出 、日之出、ひので
Bermakna "matahari terbit".

Alasan memilih nama Hinode sebagai nama anak Dazai x Reader adalah..? Sebelumnya sudah dikasih clue-nya lho~

[Y/N] suka dengan kehangatan matahari yang ada di diri Dazai. Senyumannya, pelukannya, caranya berbicara, dan (ekhem) menggombal, sama halnya seperti matahari.

Kalau terlalu dekat, kamu akan terbakar. Tapi kalau mendekat sampai ke intinya, maka kamu akan tahu, seperti apa matahari yang sebenarnya.

Ah, terus kesan pesan tentang book ini ... Aku cukup puas, dan agak terbebani wkwk (karena mepet dedlen).

Soalnya aku nge-rush ini sambil diteror tugas mtk, rangkuman IPS yg seabrek, ditambah tugas perbaikan nilai:D katanya, hari ini sama besok gitu, hari penyelesaian tugas terakhir..

Woke, jadi, makasih sudah tinggalkan vote dan komennya ya, cinta -3-)b

Jangan lupa mampir ke lapak lainnya! See you in another book~

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top