Chapter 8
Normal POV
"D-Dazai.. -san?"
Dazai menghentikan langkahnya dengan geram dan muak, ketika menyadari namanya dipanggil oleh seseorang yang masih belum ia pastikan wujudnya. Namun bayang-bayangnya sudah menghantui benaknya.
Suara yang erat kaitannya dengan batuk dan dehaman itu berkata dengan pita suara dan hatinya bergetar dengan ekspresi yang hendak dilimpahkan Dazai.
"Wah, wah.. Betapa Dewi Fortuna dengan mudahnya membalikkan kesukaannya kepadaku, menjadi kebencian. Padahal tadi aku pergi itu dengan niatan untuk menghindari seseorang.."
"Dazai-san, kau benar di sini..?"
"Lalu apa, Akutagawa-kun? Kau pikir aku adalah roh yang meninggalkan tubuhnya dan tengah melakukan astral projection?"
"Apa ituー"
"Kau siapa?" Wanita berambut pirangーHiguchiーyang tidak tahu apa-apa mengenai Dazai langsung berdiri di depan Akutagawa. Walau sayangnya, perbuatannya yang memiliki niat untuk melindungi pianis yang coba ia pandu tersebut justru menunjukkan giginya kepadanya.
"Higuchi, kau tidak sopan!"
"M-memangnya dia siapa, Akutagawa-san? Apakah pria ini adalah orang yang penting untukmu?"
"Hah, penting? Apakah aku harus memperkenalkan diriku di sini, Akutagawa-kun? Karena aku takut aku akan ketinggalan seluruh permainan resital yang ada."
Akutagawa tidak berbicara apa-apa lagi, sementara ia menggertakkan giginya dan mengepalkan kedua tangannya kuat-kuat. Kemudian, Akutagawa memandang lurus ke wajah Dazai. Ia berusaha untuk berbicara dengan sopan dan tenang, dan berupaya untuk menyeimbangkan dengan cara bicara Dazai yang sarkas dan penuh provokatif.
"Maaf sudah mengganggumu. Tadinya, aku kira siapa yang tanda namanya mengisi kursi depan, ternyata kau.."
"Ya, tentu itu aku. Kepala keluarga Dazai saat ini hanyalah aku seorang, walau dalam tidak lama lagi akan ketambahan satu orang, sih." Dazai berucap masih dengan senyumannya, seraya melebarkan jarak dari Akutagawa dengan dirinya.
Sementara Higuchi yang sangat memperhatikan Akutagawa itu mendapati Akutagawa yang memandang punggung putih Dazai dibalut oleh jas putih. Higuchi baru menyadari satu hal, dan itu sangat terlambat.
"Dazai ... Dazai itu bukannya-?!"
"Pikiranmu kemana saja, Higuchi? Orang tadi; Dazai Osamu, si Hanabatake, dan.. Mendiang mentorku. Mereka terhubung pada satu orang yang sama."
"Sebenarnya dia itu siapa, Akutagawa-san?!"
"Bukankah sudah jelas, Hanabatake dan Dazai Osamu itu bertunangan. Sedangkan 太宰 武蔵 Dazai Musashi yang adalah mendiang mentorku, ia seorang pianis Jepang yang meninggal karena kecelakaan pesawat. Dan Dazai Osamu adalah anaknya."
.
.
"Your name, sir?"
"Dazai Osamu."
"Follow me."
Tepat ketika Dazai masuk melewati pintu merah yang dibuka oleh pria penjaga pintu, itu menjadi langkah awal bagi orang-orang menginjakkan kaki di ruangan besar nan megah tersebut. Bertujuan untuk menikmati mahakarya yang juga diciptakan oleh para pianis yang bertangan keajaiba.
Riuh tepuk tangan dari orang-orang yang duduk di bangku penonton serta juri seketika mememuhi saluran telinga Dazai.
Apa yang dikatakan oleh Ran, adalah benar. Pianis yang baru saja menyudahi resitalnya tadi adalah pianis dari Perancis. Dan setelah Perancis, yang selanjutnya adalah Jepang. Yaitu tunangannya, Hanabatake [Y/N]. Dan anak didik mendiang ayahnya, Akutagawa Ryuunosuke.
Setelah pria penjaga pintu itu mengarahkan Dazai ke tempat duduk VVIP-nya, ia pun pamit dan meninggalkanmu Dazai yang masih berdiri di wilayah yang dikhususkan untuk orang-orang dapat berjalan masuk dan keluar dengan mudan.
Kenapa Dazai tak kunjung duduk?
"Aku lihat.. Kau sudah bermanja-manja dengan tunangan terkasihmu? Tapi, kau tampak belum puas setelah terpisah darinya selama dua minggu." Inilah alasannya.
"Kau ketua komite, tidak jadi jurinya?"
"Bagaimana mengatakannya.. Aku lebih tertarik dengan cello."
"Wah, salah server, nih?" ejek Dazai dengan nada jahilnya dan keahliannya menggunakan bahasa asing. Yang tak lain dan tak bukan adalah ia berbicara bahasa Rusia kepada Fyodor.
Hal itu sukses membentuk sebuah perempatan imajiner kecil di wajah Fyodor. "Bahasa yang bagus, Dazai."
Akhirnya, setelah ia memastikan, tidak ada sesuatu yang dapat mengancamnya. Ia pun duduk di tempat di mana dari dua kursi kosong di sebelah Fyodor, di salah satunya terdapat namanya. Ia pun mengambil tanda nama tersebut dan memindahkannya agar ia bisa duduk dengan leluasa.
Nikolai Gogol..
"[Y/N]."
"Ya, Nee-chan?"
Ran menggaet tangan [Y/N] yang dingin karena gugup. Meski [Y/N] terus menggumamkan jika tidak ada waktu baginya untuk gugup, tetap saja, hatinya tidak bisa membohonginya. Mungkin bisa secara lisan, tapi tubuhnya jujur secara hati.
Tatapan Ran berubah sendu saat ia memperhatikan jemari-jemari adik perempuan semata wayangnya yang ia bela mati-matian, walau nyaris membuatnya jatuh karena peebuatannya sendiri.
[Y/N] menunjukkan raut wajah khawatir. "Apa ada sesuatu yang ingin Nee-chan katakan?"
Bukannya mengungkapkan isi hatinya, Ran justru tertawa. "Justru aku yang harus bertanya begitu. Kemarin kamu mimisan, kan?"
"Nee-chan.. Sejak kapan?"
"Ketika kamu di kamar mandi ... Kamu itu ya, tidak ada topeng yang cocok denganmu.. Ah, sudahlah. Lupaー"
"Kalau akhirnya aku sudah tidak kuat lagi, Nee-chan akan selalu ada untukku, kan? Dan tentu saja, dengan Osamu juga."
Ran bersyukur atas perkataan positif adiknya. Walau ia tahu kalau adiknya tengah menahan kekhawatirannya seorang diri dengan sekeras mungkin, Ran memutuskan untuk memberikan semangat berupa tindakan; sebuah pelukan hangat sama seperti yang biasa ia lakukan.
"Hanabatake." Pria bersurai dark light bergradasi white-silver itu menghampiri rekan senegaranya. Sebenarnya, ia tidak sungguh-sungguh menganggapnya rekan, hingga ia mengetahui jika Hanabatake memiliki hubungan khusus dengan Dazai.
"Akutagawa.. Anuー"
"Tidak ada waktu untuk membungkuk terima kasih."
Kami memang berhutang budi kepadanya, tetapi tata kramanya kurang sekali.. Batin Ran.
Mendapati perkataan terima kasihnya tidak akan diterima secara cuma-cuma, [Y/N] berkata, "baiklah.. Ada apa, Akutagawa?" Meski Akutagawa adalah orang yang menyelamatkan karirnya secara langsung. Secara teknis, Akutagawa masih lebih muda setahun darinya. Jadi, sah-sah saja ia memanggil Akutagawa seperti itu.
"Aku harus terus terang, karena yang akan memenangkan kompetisi ini adalah aku."
ANGKUH SEKALI?!
Ran mengernyitkan dahinya heran.
Sementara [Y/N] lebih berusaha untuk memaklumi tingkah laku Akutagawa. Akutagawa berkata seperti itu karena ia sudah mencetak banyak prestasi dan mencapai banyak kesuksesan darinya. Itu lebih baik daripada si pianis Amerika yang cuma modal bacot saja. Batinnya.
Marga saja yang besar, disenggol Dostoyevsky sedikit saja langsung tercerai-berai.
"Kalau begitu, aku juga akan menekankan hal ini padamu."
Kini, giliran Akutagawa yang berusaha memahami perkataan [Y/N].
"Meski ada namanya, si pemilik nama ini tidak akan muncul untuk menempati tempat duduknya, ya.." Dazai berkata dengan penampilan yang berkharisma. Berkemeja putih, rambutnya ditata rapi, lalu gaya duduknya yang menunjukkan kepercaya dirian yang tinggi.
Dan tentunya hal itu berlaku pula kepada Fyodor. Mereka berdua seperti bulan dan bayangan bulan, yang bayangan bulan itu ditangkap dan dipantulkan oleh air telaga biru. "Ya. Aku meminjam nama teman baikku untuk membuat jeda di antara kita."
"Teman baik? Pasti teman baikmu ini sangat setia, sehingga ia rela memberikan namanya untuk digunakan sebagai penanda kursi yang tak berkepemilikan."
"...."
(If you know, you know wkwk)
Suasana yang menjadi lebih senyap dari beberapa saat lalu membuat perhatian Dazai dan Fyodor jadi terpaku pada apa yang membuat mereka terdiam.
Yakni seorang wanita yang bagai bidadari. Bidadari ini memiliki penampilan berupa mengenakan kimono berwarna biru muda yang didominasi oleh putih, dan sepatu hitam panjang yang menutupi seluruh betis hingga tengah paha. Lalu sedikit pernak-pernik yang erat kaitannya jika menggunakan kimono.
Dazai sudah tahu dari sejak ia melakukan kencan pertamanya dengan [Y/N]. Tapi, [Y/N] yang berdiri di atas panggung itu sangat cantik. Tunangannya itu berhati lembut, penuh kasih sayang dan pengertian. Sayangnya, bidadari ini harus dipertemukan dengan malaikat yang sudah rusak.
Bahkan Fyodor pun tidak akan menyangkal, ink merupakan salah satu alasan kenapa ia belajar berbahasa Jepang. Mungkin setelah ini ia akan jadi lebih sungguh-sungguh untuk belajar?
"Akutagawa, kalau kamu terus angkuh seperti ... Apakah semua keberhasilan yang kamu capai sampai saat ini, pada akhirnya akan membantumu menemukan arti yang kamu cari?"
>0<
Fyi, oSAMU = MUSAshi
Dan Musashi sendiri ini arti namanya bagus loh~
Arti nama Musashi adalah berani, cerdas, dan pekerja keras. Musashi juga seorang teman yang setia.
Source: namamia.com
:3
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top