Chapter 6.5

Author POV

Pernyataan Ran tentang membawamu ke spa kecantikan sangat tidak ia lebih-lebihkan. Kamuーtubuhmu yang sudah sangat lelahーbenar-benar dimanjakan dengan pijatan di sana-sini. Tentunya, Ran juga tidak mau ketinggalan. Tidak jauh darimu, ia pun ikut tidur telungkup dengan wajahnya yang sangat menikmati pijatan tersebut.

Apalagi, banyaknya wewangian dan hiasan dari kelopak bunga anggrek di berbagai sudut ruangan, sangat menambah kesan estetika dan memanjakan baik dirimu maupun Ran. Baik secara jasmani, maupun rohani.

Oh ya, dan apakah aransemenmu sudah selesai? Tentu saja belum! Ran mengajakmu pergi ke luar karena ingin agar dirimu bisa mencari inspirasi menurut hal-hal apa saja yang kamu lihat selama berjalan-jalan di satu hari penuh ini.

Ran juga membawa kertas salinan, jadinya ketika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan, maka tidak ada alasan bagimu untuk undur diri dan menyia-nyiakan kesempatan berharga bisa menginjakkan kaki di panggung yang merupakan tempat lahirnya para pianis hebat. Lalu tak lupa bantuan Akutagawa yang sudah membela dan memberikan pernyataannya, meski itu hanya semata-mata ia lakukan karena kamu adalah rekan senegaranya, dan ia tidak ingin membuat nama negaraーJepangーkelahiran kalian tercoreng.

Kemudian akhirnya setelah beberapa waktu yang menyegarkan, sesi pijat kalian pun telah usai. Dan kini berganti ke sesi berendam, yang airnya diberikan wewangian yang dengan sangat sopan masuk ke rongga hidung bahkan jika kamu mencoba menarik napas panjang yang kasar sekalipun.

"Tolong putarkan musik klasik," ujar Ran. Namun, kamu segera menolaknya.

"Tidak usah. Aku butuh kesunyian."

"... Ya sudah."

Harus kamu akui, pijat spa yang tadi kamu dan Ran rasakan, itu luar biasa. Pijatan tersebut benar-benar membuatmu rileks, tetapi hal itu tidak sepenuhnya menyembuhkan demammu yang masih kamu sembunyikan dari Ran sampai saat ini.

Tentu kamu berniat ingin memberitahukannya, karena tidak ingin menyembunyikan apapun dari Ran. Namun, percaya atau tidak, ada saat ketika kamu merasa sedikit tidak enak badan lalu kamu memberitahukan entah salah satu anggota keluargamu atau Dazai sekalipun, maka sakit itu akan jadi semakin parah.

Kamu berkata, "aku merasa akan flu." Kemudian, datanglah flu yang sampai-sampai memaksamu untuk menerima selang yang dimasukkan ke mulutmu. Dengan tujuan, agar selang itu bisa menyedot lendir-lendir yang bersarang daripada kerongkongan dan bahkan paru-parumu.

Lalu, kamu kembali berkata, "tubuhku lemas.." Tidak butuh waktu lama, sampai Dazai memergokimu berjalan dengan terhuyung-huyung hingga nyaris mencium tanah; terjatuh.

Untungnya, Dazai berhasil menahanmu tepat waktu dan segera membopongmu ke klinik terdekatーkarena, waktu itu kalian sedang kencan. Kamu pun merasa tak enak jika membatalkan kencan kalian setelah menghitung-hitung hari libur yang jauh dari kesibukan, karena akan sulit untuk mencari waktu yang sama seperti di hari itu.

"Oh iya, Kak."

"Hm?"

"Apa peserta sudah diperbolehkan untuk melihat panggung ..."

"Ohh! Sudah boleh, kok. Setelah ini, mau ke sana?" tanya Ran.

Sedangkan kamu hanya menggangguk dengan ukiran lengkungan senyum di wajahmu, kamu menarik napas panjang dan menenggelamkan seluruh kepala hingga tubuhmu ke dalam bathtub, sehingga wujudmu di dalam air pun tidak dapat terlihat karena tertutupi air susu yang digabungkan dengan beberapa kelopak guna yang menambahkan kesan estetika dan elegan.

"Sudah terpikirkan cara yang pantas untuk menyampaikan asal mula datangnya idemu?" kata Ran yang menagih janjinya.

"Sungguh? Sekarang?"

"Yaa.. Kamu sudah berjanji untuk memikirkannya. Aku tidak masalah jika kamu berbicara sekarang."

"Oh my fucking God, big sis..," umpatmu yang menangkap basah permintaan Ran yang berbau memaksa, dan ia tidak akan berhenti sampai kamu menceritakannya sepenuhnya.

"Watch your mouth, lil sis. Besides, what's wrong with telling me? Oh, tentu saja, cerita ini akan aku rahasiakan."

Kamu menatap Ran dengan tatapan sinis, sementara Ran berkata dengan gesturnya, apa salahku?

Daripada terus ditanyakan, maka lebih baik kamu menceritakannya saja. Selain itu, mengapa kamu seolah-olah tidak mengenal Ran sampai-sampai kamu berkeinginan untuk merahasiakan ide yang bocor dari mulutmu sendiri? Maka seperti dengan yang dikatakan Ran, tidak ada salahnya tuh menceritakannya.

"Dazai-kun itu.. Bagaimana, ya? Dia mencintai seorang wanita, dan itu cinta pertamanya di hidupnya."

"... Ooohh, cintanya ditolak oleh orangtuanya si wanita-?"

"Y-ya! Itulah inti dari lagunya."

Ran yang tadinya bersandar santai pada bathtub seraya mendengarkan kata-kata yang terbang melalui mulutmu, ia merubah posisinya menjadi meletakkan kedua tangannya di atas pinggiran bathtub dan menindihnya dengan dagunya yang ia letakkan di sana.

"Lalu, kenapa kamu menggunakan pengalamannya Dazai sebagai ide aransemenmu?"

Kebanyakan orang akan kelabakan jika ditanya alasannya tentang memilih suatu ide atau hal tertentu, tetapi tidak denganmu. Kamu tetap tenang, dan justru meningkatkan rasa percaya dirimu.

"Ketika wanita itu tahu kalau Dazai-kun sudah bertunangan, ia mulai mengejar-ngejar Dazai-kun. Untungnya, tidak sampai melabrakku sih.."

"Jadi?"

"Jika aku masuk grand final, atau katakanlah memenangkan kompetisi ini. Paling tidak, lagu ini harus sampai ke telinganya, dan ia harus tahu siapa yang membuatnya."

"Dia tidak akan punya kesempatan, ya kan?"

"Ya.. Dazai-kun menyatakan perasaannya saat ia kecil, tetapi ia bisa saja membalasnya saat mereka bertemu kembali di SMA. Namun, ia masih menyia-nyiakannya." Kamu menatap Ran, dan tersenyum bangga. "Kesempatannya sudah habis."
.
.

"Jika aku mengatakan kalau panggung ini adalah yang termegah sepanjang karirku menjadi pianis ... Apa Nee-chan akan menertawakanku?"

Ran memasang wajah setengah ketusnya yang ditambah dengan wajah setengah ledekan pula. Lalu kedua lengannya ia lipat dan letakkan di bawah buah dadanya. Ia mengangguk-anggukkan kepalanya sebanyak dua kali, tanda jika ia menyetujui perkataanmu.

Ada banyak hal yang membedakan antara dirimu dan kakakmu, mulai dari rentang usia, warna kesukaan, bahkan selera tentang kamu yang suka make-up tetapi tidak dengan kakakmu.

Namun, di samping itu ada juga hal yang membuktikan jikalau kalian adalah sepasang saudari kandung. Yaitu adalah kesamaan tentang selera genre baik film maupun game, teater dan opera, lalu pakaian, kemudian barang-barang sehari-hari kalian yang notabenenya pasti memiliki beberapa benda yang sama persis.

"Aku bisa berdiri sampai di sini ... Apakah itu cukup?"

"Mungkin, masih belum. Tapi, itu akan sangat membanggakan. Apalagi, jika anda bisa mematahkan perkataan Mr. Seanーbisa sampai ke semi-final, bersama dengan rekan perwakilan Jepang yang sudah membela Kakak anda."

Ada orang lain di sana, yang sedang duduk di kursi penonton. Surainya berwarna hitam, dan jika diberikan cahaya maka akan bertambah sedikit sorot gradasi kilauan warna violet. Begitu pula netranya yang berwarna ungu gelap.

Kamu yang ketika ditatap olehnya, langsung menyadari bagaimana indahnya surai dan netra dari orang yang merupakan ketua komite yang merupakan penanggung jawab dari kompetisi piano yang hanya perlu menghitung jam tersebut.

"Kon'nichiwa."

"Ketua komite Dostoyevsky..!" seru Ran yang setengah terkejut karena ia sudah menduga jika seorang perwakilan dari komite akan melakukan pemeriksaan akhir sebelum akhirnya kompetisi piano dibuka oleh pidato dari Fyodor Dostoyevsky secara resmi, selaku ketua dari komite yang menyelenggarakan kompetisi piano internasional.

"Nama 'Dostoyevsky' itu terlalu susah untuk diucapkan oleh lidah orang Jepang, panggil saja aku dengan nama depanku." Fyodor berkata dengan senyuman yang ramah.

"A-aku baru tahu kalau Tuan Fyodor bisa bicara bahasa Jepang," katamu.

"Hanya beberapa kata-kata dasar, perkenalan, dan salam sehari-hari. Bagaimana denganmu, bisa bahasa Rusia?"

"A-ah, dobriy jyen? (selamat siang?)."

Lalu, Fyodor tertawa terbahak-bahak, "ahahaha! Menarik.. Jarang sekali ada orang yang bisa mengerti bahasa Rusiaーmeski hanya satu kataーkarena bagaimanapun, bahasa Rusia adalah salah satu bahasa yang paling sulitー"

"Tuan Fyodor!" Ran yang ada dibelakangmu pun langsung berjalan beberapa langkah hingga ia berdiri memimpin di depanmu dan kemudian membungkukkan badannya 90° di depan Fyodor yang masih duduk di bangku penonton.

"Ada apa ini?" Wajah Fyodor seketika dipenuhi keterkejutan karena ia masih belum terbiasa dengan kebudayaan dari orang Jepang yang seringkali membungkukkan badannya sebagai bentuk permintaan maaf maupun terima kasih yang sedalam-dalamnya.

Lalu, Ran berkata, "kejadian waktu itu dan kesempatan yang kau berikan pada kami dengan murah hatinya, tidak akan pernah kami lupakan!!"

"Kakak.."

Fyodor menghela napas, ia sepenuhnya menolehkan wajahnya ke arah Ran yang masih membungkukkan badan. "Tolong angkat kepalamu. Yah, dibandingkan dengan adikmu yang baru memulai dunia piano dan naik daun menggunakan kerja keras dan ketekunannya, keluarga besar Carter merupakan sebuah keluarga pianis yang bakat dan kekayaannya diturunkan secara turun-temurun dari generasi ke generasi. Tentunya, mereka memiliki posisi yang jauh tinggi di atas adikmu," jelas Fyodor.

Setelah itu, Fyodor terperanjat dengan halus dari kursi penonton yang masih menyisakan kehangatan dari tubuhnya yang tersalur ke bokongnya, dan menggantikan suhu dingin dari pendingin ruangan teater yang menggerayangi permukaan kursi dengan kehangatan daripada mahkluk hidup yang bernapas.

"Walau begitu, mereka sama sekali tidak memiliki kekuasaan, jikalau aku sudah memutuskan apa yang sudah aku putuskan. Itu karena aku telah memastikan untuk menyingkirkan semua pianis dari keluarga Carter yang hendak mendiktatori komite yang bertanggung jawab atas kompetisi piano internasional ini.."

Kini, Ran terkejut sepenuhnya. Ia pun menegakkan badannya kembali seperti semula, dan berpikir kalau informasi tentang apapun yang sudah ia pelajari sampai saat ini, rupanya masih belum cukup. Ran masih belum menyelam terlalu dalam.

Meski begitu, kamu mengerti betul karakter seseorang seperti Sean yang mencoba main kotor dengan memprovokasi kakakmu dan memiliki kesempatan untuk membawa Ran ke meja hijau dan kamu tidak bisa memiliki kesempatan untuk mengikuti kompetisi piano. Namun sayangnya, apa yang ia rencanakan tidak berjalan semestinya.

Lantas, kamu bertanya, "setiap keluarga memiliki rahasia masing-masing, apalagi keluarga terpandang seperti mereka. Hanya saja, apa tidak apa-apa bercerita hal seperti ini kepada kami?"

Fyodor segera menjawab dengan senyum anggun dan wajah yang sumringah. "Yah, kalian baru saja terlibat konflik kecil dengan seorang yang merupakan bagian dari mereka. Jadi, aku rasa tidak apa-apa. Anggap saja sebagai pembelajaran."

Dan 'konflik kecil' yang dimaksudnya nyaris menghancurkan karir seumur hidupku.. Aku tidak bisa menyalahkan kakak, karena kakak melakukan apa yang sudah seharusnya dilakukan ketika dihina oleh seorang pria Amerika gadungan yang sangat tidak waras.

Sedetik setelahnya, muncul suara dering smartphone yang rupanya berasal dari Fyodor. Dan ia masih belum juga menekan ikon hijau panggilan masuk tersebut; menerima panggilan masuknya. Fyodor hanya memandangi panggilan masuk yang entah dari siapa itu. Tidak sopan rasanya jika kamu sampai melirik nama kontak yang panggilannya tidak kunjung diterima oleh Fyodor, kamu pun menanyai Fyodor walau langsung dipotong olehnya.

"Tidak diー"

"Ah, ya, saya pamit dulu. Hari terakhir sebelum kompetisi benar-benar membuat sibuk."

"S-silakan.."

Fyodor pun melenggang pergi dengan mudahnya. Kamu yang masih berdiri di tempatmu melihat gelagat Fyodor yang tengah menghadapi panggilan masuknya itu. Fyodor masih terpaku pada layar smartphone-nya, lalu ada beberapa gerakan kecil yang sepertinya terjadi karena ia menggerakkan jemari-jemari di tangan kirinya. Lalu, akhirnya ia pun mengarahkan layar smartphone-nya ke arah telinga kirinya, dan berbalik ke arahmu.

"Ah, semoga aransemenmu bisa selesai tepat waktu. Aku begitu menantikan bagaimana wajah Sean akan membeku dengan konyol karena diperdengarkan lagu yang dibuat oleh seorang bidadari," kata Fyodor.

Setelah itu, ia benar-benar lenyap. Menghilang ke pintu keluar, dan hawa keberadaannya pun sudah tidak berarti apa-apa lagi. Bahkan, kursi yang tadi Fyodor duduki pun sudah dirangkul kembali oleh hawa dingin daripada belasan pendingin ruangan.

Kemudian, kamu berkata pada Ran.

"Aku mau di sini dulu. Aku mendapat inspirasi."

"As you wish, lady."

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top