XXVII | Epilog

🎵 Seperti pelangi yang hadir selepas hujan.
Begitulah dirimu.
Indah menawan.
Namun begitu cepat berlalu.

Lagu itu berulang diputar. Tiga tahun ini, di setiap sore, Tera tiada pernah sekali pun melewatkannya. Denting suara piano yang dimainkan, pun suara indah yang menyapa selalu setia menemaninya setiap kali berduet dengan sekian cerita fiksi yang ditulisnya.

🎵 Merah yang melukis diri di wajahmu saat itu.
Masih jelas tergambar dalam ingatan.
Di balik sekat kayu dan buku-buku lusuh
Jingga di langit sore menelusup menyentuh wajahmu.

Pagi itu, ketika ia berkunjung ke kediaman Warna bersama Yeyen dan Sabit, Warna tiba-tiba memberikannya sebuah flashdisk.

"Mbak rasa ini buat kamu," ujar Warna waktu itu.

Meski di balik flashdisk itu tertulis nama Warna Pelangi, tetapi Tera kenal jelas bahwasannya kisah di balik lirik yang ditulis dalam lagu itu sepenuhnya adalah kisahnya dengan Faran.

🎵 Aku terpana.
Ada pelangi dalam pesonamu.
Sebagian jiwa ini membiru.
Tatkala hati mulai menitip rindu.

Aku milikmu. Dan kamu milikku.
Buku tua bersampul kuning itu menjadi saksi.
Bahwa kita pernah sama-sama memulai rasa
Hingga menghijau, tumbuh subur dalam hati.

Senyum Tera tergurat. Selalu ia seperti ditarik mundur ke kejadian ketika pertama kali bertemu dan menjalin kisah dengan laki-laki itu. Benar, Faran mungkin sudah tiada. Namun, kenangan bersamanya masih abadi dalam ingatan Tera.

Kendati menyesakkan, tetapi terkadang kenangan yang ada senantiasa menjadi pengingat kalau Tera pernah merasa menjadi orang paling bahagia di muka bumi ini.

🎵Namun, warna pelangi ini cepat memudar
Ketika hati bahkan masih meniti harap.
Wangi di mafela nilamu menjelma jadi kenangan.
Menggurat luka dan menyisakan lebam keunguan.

"Belum bosen dengerin itu?"

Tera menghentikan aksi jarinya menari-nari di atas keyboard saat kata-kata itu mampir di telinga. Ia menengok ke arah sumber suara. Sedikit terkejut tatkala tahu siapa yang kini berdiri di hadapannya.

Juan Kiraal Fidan. Kepala sekolahnya tiga tahu yang lalu. Sekarang, dia adik dari kakak iparnya dan juga wakil CEO di perusahaan tempatnya bekerja saat ini.

Kendati dalam hati terkejut, tetapi Tera berusaha bersikap setenang dan sedingin biasanya. Ia menatap Juan penuh dengan tanda tanya. Entah apa yang sedang pria tujuh tahun di atasnya itu lakukan di rumahnya.

"Saya tahu kenapa kamu memilih sad ending buat si tokoh utama dalam novel ini." Juan meletakkan novel yang terakhir ditulisnya di atas meja.

Tera melirik novel berjudul "Hello, Faran" karyanya itu sejenak sebelum berputus menatap Juan. "Kenapa, memangnya?"

"Karena si tokoh utama dalam novel ini akan hidup bahagia bersama saya," tutur Juan. Ekspresi datar yang Juan guratkan membuat Tera menaikan alis bingung dan bertanya-tanya.

"A-apa maksu—"

"Juan? Kamu udah datang? Syukurlah ...."

Pertanyaan yang hendak Tera paparkan terputus. Yeyen bersama anak kecil dalam gendongannya berjalan menghampiri Juan.

"Ibu harus segera ke rumah sakit. Tolong bantu jagain si triplets, ya? Tera kamu juga bantu Juan jagain mereka, ya? Merah dan Jingga masih tidur di kamar. Ibu harus segera berangkat." Rusuh, Yeyen memberikan Kuning dalam gendongannya kepada Juan. Anak berusia satu tahun itu langsung tersenyum lebar begitu Juan gendong. Sangat menggemaskan.

Tera masih tidak mengerti apa yang sedang terjadi. Setahu Tera tadi pagi Wira menitipkan ketiga anak kembarnya kepada Yeyen. Tera tidak terlalu banyak bertanya sebab beberapa bulan selepas kehamilan Warna yang kedua, keponakannya yang lucu-lucu itu sering dititipkan di rumah.

"Katanya Mbak Warna mau lahiran," ungkapan Juan menjawab kebingungan Tera.

"Lah?" Setahu Tera kandungan Warna baru menginjak tujuh bulan. "Tapi, kan ...."

"BUUUU!" Sabit yang sejak tadi menunggu di luar untuk mengantar Yeyen ke rumah sakit, tiba-tiba muncul di depan pintu. "Barusan Mas Wira telepon katanya bayinya udah lahir. Kali ini kembar dua."

Tera dan Juan kontan saling melempar pandang. Ketidakpercayaan kontras di wajah mereka berdua.

"Saya yakin, kali ini nama kedua anaknya pasti Hijau dan Biru," papar Juan pelan.

Tera mengangguk setuju. Dalam dua tahun ini, ia langsung punya keponakan lima sekaligus. Tahun depan, jika ditambah dua, maka akan warna pelangi dalam hidupnya pasti akan lengkap.

.Selesai
Bandung, 16 Desember 2022

...

Alhamdulillah, bersyukur banget bisa nyelesain cerita ini. Walaupun sepi pembaca, tapi benar-benar bahagia.
Setelah ini, saya fokus di lapak ini

Jangan lupa mampir, ya.

Btw, makasih yang udah setia di sini.

Wassalam.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top